Pages - Menu

Rabu, 28 November 2012

Penyuluhan Kesehatan Terkait Manfaat Posyandu


Pendahuluan
Posyandu merupakan satu bentuk Upaya Kesehatan Bersunber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu yang secara khusus ditujukan bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita, serta pasangan usia subur, memiliki lima pelayanan dasar yang sangat pokok. Kelima pelayanan dasar tersebut antara lain: KIA, KB, imunisasi, gizi, dan pencehahan serta penanggulangan diare. Kesemuanya itu memiliki manfaat masing-masing yang akan membawa dampak positif bagi masyarakat.
Posyandu sesungguhnya memiliki banyak manfaat, namun karena kurangnya penyuluhan kesehatan berkaitan dengan hal tersebut, maka minat warga terhadap Posyandu menjadi berkurang. Tujuan dari penyuluhan kesehatan kali ini adalah agar masyarakat mengetahui apa saja manfaat yang didapat dari Posyandu, sehingga dapat menumbuhkan rasa ketertarikan untuk datang secara rutin ke Posyandu. Dengan masyarakat rutin datang ke Posyandu, tingkat kesehatan akan meningkat dan risiko kematian ibu dan anak akan semakin berkurang.

Isi
1.      Penyuluhan Kesehatan1
Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menamkan keyaninan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Terkait dengan definisi tersebut, maka petugas peyuluh kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan.
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Sementara itu, sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasran pendidikan kesehatan, meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus, dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual. Pada kesempatan kali ini, akan dilakukan penyuluhan kesehatan terkait dengan manfaat posyandu.

2.      Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersunber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang terutama adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.2
Tujuan dari posyandu antara lain: untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak dan angka kelahiran, untuk mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), serta agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunggu, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sasaran pelayanan posyandu adalah semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan pasangan usia subur.3
Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.2 Kelima pelayanan kesehatan tersebut, akan membawa manfaat tersendiri bagi masyarakat.

3.      Lima Pelayanan Dasar Posyandu
3.1  Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Menurut temuan lapangan WHO, tiap tahun, lebih dari setengah juta wanita meninggal dalam keadaan hamil atau melahirkan, bahkan hampir 11 juta anak balita meninggal, yang seharusnya kondisi ini dapat dicegah. Karena hal itulah, kesehatan ibu dan anak tidak hanya sensitif dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu negara, tetapi juga merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.4
3.1.1        Ibu Hamil2
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup: penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi, pemberian tablet besi, pemberian imunisas Tetanus Toksoid, konseling Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, akan diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu. Didalam kelas tersebut akan dilakukan berbagai kegiatan, diantaranya: penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil; persiapan persalinan; persiapan menyusui; KB dan gizi, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan pola makan ibu hamil, peragaan perawatan bayi baru hamil, dan senam ibu hamil.
3.1.2        Ibu Nifas dan Menyusui2
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup: penyuluhan atau konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif, pemberian 2 kapsul vitamin A, perawatan payudara, pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, da pemeriksaan rahim.
3.1.3        Bayi dan Anak Balita2
Pelayanan bayi dan anak balita harus dilakukan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh posyandu terkait dengan bayi dan anak balita antara lain: penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan dan konseling, dan jika ada tenaga kesehatan Puskesnmas akan dilakuakn pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.

3.2  Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraa keluarga, untuk mewujudkan norma keluar kecil bahagia dan sejahtera (NKBBS).5 Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil KB. Jika ada tenaga puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB (cnth. pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi).2
Ada berbagai jenis kontrasepsi yang dapat dipilih oleh masyarakat. Mulai dari penggunaan kontrasepsi jangka panjang (IUD, MOP, MOW, dan susuk KB), maupun kontrasepsi jangka pendek (suntikan, pil, atau kondom). Alat-alat kontrasepsi tersebut dapat disesuikan dengan kondisi pemakai, artinya pemakaian alat-alat kontrasepsi akan disesuaikan dengan diagnose yang tepat agar aman untuk digunakan.6
Dengan mengikuti program KB sesuai dengan anjuran pemerintah, baik ibu, anak dan keluarga akan mendapatkan beberapa manfaat. Manfaat yang akan diperoleh oleh ibu antara lain: mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu, menjaga kesehatan ibu, dan dapat merencanakan kehamilan lebih terprogram. Manfaat untuk anak antara lain: mengurangi risiko kematian bayi, meningkatkan kesehatan bayi, mencegah bayi kekurangan gizi, dan kebutuhan ASI ekslusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi. Sementara itu, manfaat untuk keluarga adalah: meningkatkan kesejahteraan keluarga dan harmonisasi keluarga lebih terjaga.5

3.3  Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Sedangkan vaksin sendiri diartikan sebagai bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan memlalui mulut (vaksin polio). Tujuan dari imunisasi ini tidak lain bertujuan untuk menciptakan kekebalan anak agar dapat menurunkan angka mortalitas serta mengurangi kecatatan akibat penyakit.7
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan akan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil. Beberapa jenis imunisasi yang biasa diberikan kepada bayi maupun balita adalah: BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), campak, dsb.

3.4  Gizi
Mengkonsumsi makanan yang bergizi sangatlah penting dalam tumbuh kembang anak, baik selama masih didalam kandungan maupun setelah ia beranjak dewasa. Gizi yang diberikan haruslah seimbang. Apa arti dari gizi seimbang itu? Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.8
Untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jnis dan jumlah yang tepat, di negara Indonesia, visualisasi dari gizi seimbang adalah Tumpeng Gizi Seimbang (TGS), yang terdiri atas potongan-potongan tumpeng. Luasnya potongan menunjukkan porsi yang harus dikonsumsi setiap hari. TGS dialasi air putih, kemudian karbohidrat, sayuran, buah-buahan, protein nabati, protein hewani, dan yang terkahir adalah minyak-gula-garam yang biasa didapat dari makanan-makanan ringan.9
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader (masyarakat yang telah mendapat pelatihan). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi: penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Bila nantinya ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BMG), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas.2

3.5  Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu juga dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.2 Salah satu bentuk PHBS  yang bisa dilakukan untuk mencegah diare adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan atau setelah buang air besar.



4.      Manfaat Posyandu
Melalui pelayanan-pelayanan yang didapat di Posyandu, masyarakat akan memperoleh banyak manfaat. Terdapat tiga manfaat paling utama dari posyandu, yaitu: masyarakat memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, masyarakat memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak, serta masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan sosial dasar.2
Dengan mengikuti kegiatan dan menerima pelayanan di Posyandu, baik ibu hamil; ibu menyusi; bayi dan balita; serta pasangan usia subur akan mendapatkan informasi yang memadahi terkait dengan kondisi masing-masing individu. Semakin banyak informasi yang mereka dapatkan, pengetahuan mereka semakin tinggi, maka masyarakat akan semakin mampu untuk menjaga kesehatan dirinya masing-masing dan memiliki persiapan yang matang untuk menjalani kondisinya sekarang.
Pada point yang kedua dan ketiga, masyarakat akan mendapatkan pelayanan secara profesional yang meliputi pelayanan dasar saat datang ke posyandu. Pelayanan yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap individu. Dengan begitu, kesehatan masing-masing orang akan semakin terjamin dan penangan yang sesuai akan semakin memperkecil kemungkinan untuk terjadi kematian.

5.      Lima Meja Posyandu
Kegiatan posyandu biasanya dilaksanakan dengan sistem 5 (lima) meja. Sistem 5 meja tersebut yakni: meja I (pendaftaran), meja II (penimbangan), menja III (pengisian Kartu Menuju Sehat/KMS), meja IV (penyuluhan perorangan berdasarkan KMS), dan meja V (pelayanan KB dan kesehatan). Meja I-IV biasanya dikelola oleh kader PKK, sedangkan meja V dikelola oleh perwakilan pihak puskesmas.10
           

Daftar Pustaka
1.      Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.134-7.
2.      Kementrian Kesehatan RI bekerja sama dengan Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL POSYANDU). Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2011.
3.      Suryanah. Keperawatan anak untuk siswa spk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
4.      Syafrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.221.
5.      Sudayasa P. 3 manfaat utama program keluarga berencana. Edisi Oktober 2010. Diundur dari http://www.puskel.com/3-manfaat-utama-program-keluarga-berencana/, 27 November 2012.
6.      Keluarga berencana. Diunduh dari http://www.kendalkab.go.id/index.php/sosial-budaya/penduduk/1913-keluarga-berencana, 27 November 2012.
7.      Hidayat, AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008.h.54-60.
8.      Apa itu gizi seimbang?. Edisi 2012. Diunduh dari http://www.kfindonesia.org/index.php?pgid=12&contentid=21, 27 November 2012.
9.      Tentang gizi seimbang. Diunduh dari http://www.danonenutrindo.org/tentang_gizi_seimbang.php, 27 November 2012.
10.  Wahyu GG. Obesitas pada anak. Jakarta: PT Mizan Publika; 2009.h.29.

Mengenal Lebih Dalam tentang Demensia (Pikun) dan Cara Mencegahnya


Abstrak
Bukan hanya kulit yang mengalami penuaan, otak manusia pun dapat mengalami penuaan. Salah satu tanda penuaan yang terjadi pada otak adalah terjadinya penurunan daya ingat atau pikun (demensia). Demensia atau pikun secara umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Terdapat berbagai macam penyebab demensia (pikun), diantaranya adalah: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, ketidakseimbangan elektrolit, masalah tiroid, dan kekurangan vitamin B12. Tetapi tidak perlu khawatir, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah demensia, antara lain: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia. Selain hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.
Kata Kunci: demensia (pikun), penyebab demensia, mencegah demensia

Abstract
Not only skin that experience aging, the human brain can experience aging too. One of the signs of aging that happen in brain is a memory decline or senile (dementia). Senile or dementia is generally defined as an intellectual decline because of the decreased function on the outside of the brain tissue (cortex). There are various causes of senile (dementia), such as: degenerative deseases (Alzheimer disease, Lewy body dementia, fronto-temporal dementia), cerebrovascular disease (stroke; cerebrovascular accident), trauma, infectious disease, normal pressure hydrocephalus, brain tumor, depression, autoimmune disorders, alcoholism, metabolic disorders, electrolyte imbalance, thyroid problems and vitamin B12 defiiency. Do not worry, there are several ways that can be used to prevent dementia, such as: controlling the blood pressure, treating diseases that aggravate the inidence of dementia and treat the symptoms of mental disorders that may accompany dementia. Besides those things, we could do self prevention (primary prevention) such as manage your diet, stop smoking, etc, secondary prevention efforts (secondary prebention), and constantly polish your memmory.
Keywords: dementia (senile), causes of dementia, prevent dementia

Pendahuluan
Bukan hanya kulit yang mengalami penuaan, otak manusia pun dapat mengalami penuaan. Bila kulit yang menua akan tampak secara kasat mata, namun hal yang demikian tidak sama dengan otak. Kulit yang mulai menua setidaknya dapat diperbaiki, akan tetapi otak yang telah menua tidak dapat digantikan.1 Salah satu tanda penuaan yang terjadi pada otak adalah terjadinya penurunan daya ingat atau pikun (demensia). Demensia atau pikun secara umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex).2 Demensia sendiri kebanyakan menyerang orang-orang pada rentan usia antara 40-90 tahun.3
            Demensia bagaikan mimpi buruk yang akan menyerang masa tua siapa saja. Untuk mendapatkan masa tua yang terbebas dari demensia, ada baiknya untuk melakukan pencegahan sejak sekarang. Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.2 Selain hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.4

Pembahasan
1.      Tiga Tingkatan Lupa
Bentuk lupa terbagi atas tiga tingkatan, yakni mudah lupa (forgetfulness), amnesia, dan pikun (demensia). Mudah lupa, sering disebut sebagai lupa yang wajar (benign forgetfulness), terjadi jika simpanan memori jangka panjang dalam otak sulit diingat lagi saat dibutuhkan atau mendadak lupa pada suatu hal, padahal sebelumnya ingatan tersebut terasa sudah berada di dalam kepala. Amnesia adalah lupa akibat adanya kerusakan pada sel-sel otak, misalnya akibat benturan di kepala. Sementara demensia atau biasa dikenal dengan pikun adalah kondisi simana seseorang tidak hanya kehilangan daya ingat (memori), tapi juga kehilangan kemampuan mengingat.4 Pada kesempatan kali ini, akan lebih dibahas mengenai lupa jenis demensia (pikun).

2.      Pengertian dan Penyebab Demensia (Pikun)
Pikun atau demensia secara harafiah berarti de (kehilangan) dan mensia (jiwa). Tetapi, secara lebih umum demensia diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex).2 Penderita demensia mengalami kemunduran beberapa fungsi mental, seperti mengingat, berbicara, berpikir, berprilaku, dan melakukan berbagai pekerjaan.4 Contohnya, ia tidak mampu lagi mengenal orang-orang yang selama ini dikenalnya, tidak bisa memebedakan siang dan malam, tidak mengenal hari, bulan, dan juga tahun.
Terdapat berbagai macam kondisi yang mungkin dapat menyebabkan demensia (pikun), diantaranya adalah: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, ketidakseimbangan elektrolit, masalah tiroid, dan kekurangan vitamin B12.5 Penyakit alzheimer paling menyebabkan demensia karena bertanggung jawab terhadap 50%-90% kasus-kasus demensia yang dirujuk ke rumah sakit.

3.      Cara-cara Mencegah Demensia (Pikun)
Kepikunan tidak terjadi secara tiba-tiba. Sebelum menjadi pikun, seseorang akan melewati tahap-tahap prapikun atau prademensia. Seseorang akan mengalami gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment, MCI) selama bertahun-tahun. Pada tahap ini, seseorang masih sanggup melakukan kegiatan sehari-hari, karena yang terganggu hanyalah proses mengingat dan ingatan tentang waktu kejadian.4
Ada baiknya sebelum mencapai tahap tersebut dan pada akhirnya berujung demensia, setiap orang melakukan beberapa tindakan pencegahan. Tidakan pencegahan demensia itu antara lain: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.2 Selain hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.4
Mengendalikan naiknya tekanan darah, biasanya digunakan untuk mencegah demensia akibat matinya di banyak daerah jaringan otak (multi infarct dementia). Pencegahan tekanan darah yang dimaksud adalah pencegahan agar tekanan darah tidak tinggi (hypertensi), termasuk dalam hal ini mencegah kakunya dinding pembuluh darah otak.5  Pencegahan demensia juga dapat dilakukan dengan mengobati penyakit-penyakit yang dapat memicu demensia seperti penyakit alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal, penyakit serebrovaskular (stroke), kencing manis, dan pengapuran pembuluh darah.
Melakukan terapi pencegahan diri (primary prevention), diantaranya dapat dilakukan dengan membenahi pola makan agar komposs gizinya seimbang, behenti merokok, menjauhi minuman beralkohol, membiasakan diri berolahraga secara teratur, menghindari stress dan cukup melakukan rekreasi.4 Mengatur pola makan yang paling sederhana adalah dengan mengawali hari dengan minum jus. Sebuah studi mengemukakan, orang yang minum jus buah atau sayuran paling sedikit 3 kali seminggu menurunkan risiko pengembangan alzheimer (salah satu penyebab demensia) sampai 75%.1 Mengapa? Karena jus buat atau sayuran yang kaya akan polifenol dan antioksidan dapat menjadi pelindung otak.
Berolahraga juga sangat dianjurkan untuk mencegah demensia. Sejumlah riset yang dilakukan di AS dan Jepang membuktikan bahwa orang yang malas berolahraga akan lebih cepat pikun! Tim peneliti dari University of California, memanfaatkan tikus-tikus percobaan yang telah diberi ransum lema dan tinggi gula. Tikus-tikus tersebut akhirnya mengalami kemerosotan zat penghantar saraf otak sehingga kesulitan mengingat kembali lorong-lorong jalan yang pernah mereka lalu. Kemerosotan zat penghantar saraf ini dapat dikoreksi melalui kegiatan fisik, karena setelah diolahragakan selama sebulan, mereka dapat kembali normal. Hal yang seupa dilakukan juga di Jepang, dengan membanding relawan yang rajin melakukan jogging dengan yang tidak. Hasilnya, rewalan yang rajin melakukan jogging menunjukan hasil lebih baik dalam hal belajar dan daya ingat.4
Salah satu upaya pencegahan lainnya adalah dengan pencegahan sekunder (secondary prevertion). Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melaksanakan senam silang (tangan dan kaki digerakan menyilang secara bergantian), dengan tujuan agar otak kiri dan kanan bekerja seimbang. Cara-cara lainnya adalah dengan lebih aktif membaca, mengisi teka-teki silang, bermain catur, melibatkan diri dalam kegiatan, sosial, maupun mempelajari hal-hal baru.4
Selalu mengasah daya ingat juga dapat membantu mencegah demensia. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengasah daya ingat, diantaranya adalah: sering mengamati kondisi sekeliling, melatih pancaindera, mengat kembali nama-nama teman, mempelajari hal baru, belajar melukis maupun memainkan alat musik, menekuni hobi, menghafalkan hal-hal yang disukai, memaknai tanggal-tanggal penting, mempelajari buku pintar, dan meneliri ulang pengeluaran sehari-hari. Diharapkan dengan melakukan pencegahan seperti yang telah disebutan diatas, penyakit demensia dapat dihindari agar masa tua menjadi lebih berarti.

Kesimpulan
Demensia diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Demensia sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, dsb.
Biasanya demensia menyerang orang-orang yang telah memasuki usia lanjut. Karena itu, masih ada kesempatan bagi orang-orang usia muda untuk melakukan beberapa tindakan pencegahan. Pencegahan demensia ada beragam, diantaranya: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia, mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia, pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat. Diharapkan dengan menerapkan hal-hal tersebut, penyakit demensia dapat dihindari sehingga tiap-tiap kita dapat menikmati masa tua dengan kualitas otak yang masih baik.

Daftar Pustaka
1.      Pangkalan Ide. Seri tune up: gaya hidup penghambat Alzheimer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2008.h.4.
2.      Yatim F. Pikun (demensia), penyakit Alzheimer, dan sejenisnya: bagaimana cara menghindarinya. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2003.
3.      Tapan E. Kesehatan keluarga: penyakit degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2005.
4.      Apriadji WH, Siregar AH. Good mood food: makanan sehat alami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2007.h.61-5.
5. Demensia (pikun). Diunduh dari http://www.dinghealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/Dementia.aspx, 06 November 2012.  

PBL Blok 2: Imunisasi dan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Sebagai Bagian dari Kesehatan Masyarakat dan Komunitas


Abstrak
Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan visi tersebut, dirancangkan beberapa program unggulan, salah satunya adalah imunisasi. Imunisasi sendiri merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Kegiatan imunisasi ini dalam konsep sehat-sakit tergolong dalam spesific protection sementara penyuluhan yang dilakukan sebelum imunisasi tergolong dalam health promotion. Imunisasi ditujukan untuk mempertahankan kekebalan tubuh, yang tergolong dalam Acquired Immunity aktif-buatan dan pasif-buatan. Imunisasi dilakukan di posyandu yang merupakan bagian dari puskesmas. Adapun macam-macam imunisasi antara lain BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), campak, Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman), dsb. Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Reaksi KIPI dapat berupa demam, sulit tidur, kejang, pembengkakan pada bekas suntikan, dsb.
Kata Kunci : imunisasi, vaksinasi, KIPI

Abstract
Vision of healthy Indonesian 2010 is the future picture of Indonesian people that live in healthy enviroment and behavior, able to reach health services, fair and equitable, and has a medical degree as high. To realize that vision, devised some flagship program, one of them is immunization. Immunization itself is an attempt to provide immunity in babies and children by entering the vaccine into the body to make antibody for preventing illness. Immunization activities in the concept of healthy-ill classified in the specific protection, while education before immunization classified in health promotion. Immunization intended to maintaining immunity, wich belonging to active-artificial and passive-artificial. Immunization should be in posyandu which is part of the health center. The kinds of immunization among others are BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Diphtheria, Pertussis, Tetanus), measles, Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless, mumps, rubella), and so on. Reactions that arise after vaccination called adverse events following immunization (AEFI). AEFI reactions can include fever, insomnia, seizures, swelling of the injection site, and so on.
Keywords: immunization, vaccination, AEFI (indonesian:KIPI)

Pendahuluan
Tiga domain pembangunan manusia pada suatu negara adalah kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Indonesia masih memiliki tingkat kesehatan yang rendah, karena itulah pemerintah mencoba untuk membangun kesehatan di Indonesia melalui Visi dan Misi Indonesia sehat 2010. Dari visi dan misi yang telah dicanangkan oleh pemerintah, terciptalah beberapa program-program unggulan yang hendak dilaksanakan guna memperbaiki kualitas kesehatan masyarkatnya. Salah satu program unggulan yang dicanangkan adalah imunisasi. Imunisasi kemudian menjadi salah satu program puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang dijalankan lewat posyandu (pos pelayanan terpadu).
Kegiatan imunisasi sendiri memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk melindungi anak dari penyakit dengan mekanisme pertahanan tubuh aktif-buatan dan pasif-buatan. Jenis perlindungan ini termasuk dalam specific protection. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah, bahwa sebelum melakukan imunisasi, ada baiknya untuk melakukan penyuluhan berkaitan dengan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang mungkin dapat terjadi. Kegiatan penyuluhan tersebut masuk dalam health promotion. Baik penyuluhan sebelum imunisasi maupun kegiatan imunisasi sama-sama memiliki andil penting, untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar diperhatikan.
Pada kasus kali ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA dituntut untuk dapat mengerti perihal Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010, konsep sehat-sakit, puskesmas, posyandu, imunisasi, dan KIPI. Pengertian akan hal-hal diatas akan membantu untuk menyelesaikan kasus yang telah diberikan.

Pembahasan
1.      Paradigma Sehat, Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010
1.1  Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah model kebijakan pembangunan kesehatan baru yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas ssektor dan upayanya lebih diarahkan kepada pemeliharaan, peningkatan, perlindungan kesehatan (promotif), dan pencegahan terhadap ancaman penyakit (preventif), bukan hanya penyembuhan orang sakit (kuartif) dan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit (rehabilitatif).
1.2  Visi Indonesia Sehat 2010
Untuk mewujudkan paradigma sehat terebut, ditetapkannyalah suatu visi yang merupakan prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, yang dikenal dengan “Visi Indonesia Sehat 2010”. Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lingkungan sehat yang dimaksud adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebeas polusi, tersedia air bersih, sanitasi yang memadai, dsb. Sementara itu, perilaku sehat yang dimaksud adalah perilaku proatif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah resiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit; serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
1.3  Misi Indonesia Sehat 2010
Untuk mewujudkan visi Indonesia sehat tersebut, maka ditetapkan delapan “Misi Indonesia Sehat 2010”. Misi-misi tersebut antara lain: memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel, meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan, memberdayakan masyarakat dan daerah, melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional, menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemadirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; merata; terjangkau, dan yang terakhir adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan individu; keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.
1.4  Program Unggulan
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi Indonesia sehat 2010, maka disusunlah program-program unggulan. Program-program unggulan tersebut adalah: kebijakan kesehatan; pembiayaaan kesehatan dan hukum kesehatan, perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi, peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental, lingkungan permukiman; air; dan udara sehat, kesehatan keluarga; kesehatan reproduksi; dan keluarga berencana, keselamatan dan kesehatan kerja, anti tembakau; alkohol dan madat; pengawasan obat berbahaya; makanan dan minuman, serta pencegahan kecelakaan dan rudapaksa (termasuk keselamatan lalulintas). Berdasarkan uraian diatas, imuniasi merupakan salah satu program yang dirancangkan oleh pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan visi serta misi Indonesia sehat 2010.

2.      Konsep Sehat-Sakit
2.1  Pengertian Sehat-Sakit 1
Konsep sehat-sakit adalah suatu konsep yang kompleks dan multiinterprestasi. Sehat itu sendiri memiliki beragam definisi, seperti: suatu keadaan keseimbangan yang sempurna; baik fisik; mental; dan sosial; tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO), kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif (Parson), atau suatu keadaan sejahtera tubuh; jiwa; sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan RI No.23 Tahun 1992).
Selain itu, definisi sakit juga cukup beragam. Menurut Parson, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Sementara itu menurut Perkins, sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada ktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.
2.2  Hubungan Pejamu (host), Lingkungan (environment) dan Bibit Penyakit (agent) (Skema Gordon & La Richt)
Menurut Gordon dan La Richt (1950), terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan timbul atau tidaknya suatu penyakit pada manusia.2 Ketiga faktor tersebut adalah pejamu (host), penyebab penyakit atau bibit penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit.2 Faktor-faktor yang dimaksud seperti genetika, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan dan kebiasaan hidup. Misalnya saja penyakit asma yang bisa menyerang seseorang karena faktor keturunan, penyakit diabetes yang datang dari kebiasaan hidup, atau penyakit cacar yang identik menyerang anak-anak.
Bibit penyakit (agent) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.2 Bibit penyakit dibedakan menjadi 2 macam, yaitu benda biotis (benda hidup) dan benda abiotis (benda mati). Benda biotis biasanya menyebabkan penyakit-penyakit infeksi, sementara benda abiotis menyebabkan penyakit metabolisme seperti kanker dan diabetes. Benda yang tergolong biotis adalah bakteri, virus, jamur, ricketsia, protozoa, dan metazoa. Sementara itu benda yang tergolong abiotis adalah nutient agent (kelebihan atau kekurangan gizi), chemical agent (bahan-bahan dalam makanan), physical agent, dan mechanical agent (aktivitas manusia).
Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.2 Lingkungan yang dimaksud terdiri dari lingkungan fisik (berada disekitar manusia; cnth: kondisi udara, musim, cuaca), lingkungan biologi (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme), dan lingkungan non-fisik (akibat interaksi manusia; cnth: sosial-budaya, norma, kehidupan sosial).
Dibawah ini adalah gambaran konsep hubungan antara pejamu, lingkungan dan bibit penyakit dalam menciptakan kondisi sehat maupun kondisi sakit seseorang.
 
Gambar 1. Kondisi Sehat2


 
(1)                                                     (2)                                          (3)
Gambar 2. Kondisi Sakit2

Seseorang akan berada dalam kondisi sehat apabila antara pejamu (host), lingkungan (environment), bibit penyakit (agent) berada pada posisi yang imbang (lihat gambar 1). Faktor-faktor dalam pejamu memiliki kekuatan yang sama besar dalam mencegah bibit penyakit menyerang pejamu, didukung dengan kondisi lingkungan yang baik.
Dilain hal, seseorang akan dikatakan berada pada kondisi sakit apabila terjadi ketidakseimbangan antara host (H), agent (A), dan environment (L) (lihat gambar 2). Apabila bibit penyakit (A) meningkat, maka ada kemungkinan pejamu (H) terserang penyakit dan kemudian menjadi sakit (lihat gambar 2, bagian 1). Selain dikarenakan peningkatan bibit penyakit, pejamu dapat menjadi sakit apabila kekebalan tubuhnya menurun sehingga mudah diserang oleh bibit penyakit (lihat gambar 2, bagian 2). Apabila lingkungan mengalami perubahan, hal tersebut dapat juga menyebabkan pejamu menjadi sakit (lihat gambar 2, bagian 3).
2.3  Mekanisme Pertahanan Tubuh pada Pejamu
Mekanisme pertahanan tubuh pada pejamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mekanisme pertahanan tubuh umum dan mekanisme pertahanan tubuh khusus. Mekanisme pertahanan tubuh umum dibagi lagi menjadi dua yaitu first line defence (kulit, mukosa, bulu hidung) dan second line defence (tonsil, kelenjar getah bening, hepar, lien). Mekanisme pertahanan tubuh khusus juga dibedakan menjadi dua, yaitu cellular action (leucositosis, fagositosis) dan humora action  (innate immunity, acquired immunity, herd immunity). Pada pembahasaan kali ini akan lebih dikhususkan pada humora action.
2.3.1        Humoral Action: Innate Immunity (Ketahanan Tubuh Alamiah) 3
Ketahanan tubuh yang bersifat alamiah (innate immunity) berarti bahwa sejak seorang manusia lahir, di dalam tubuhnya telah dilengkapi dengan seperangkat sistem kekebalan tubuh yang sudah siap menghadapi suatu serangan. Ketahanan tubuh tersebut antara lain didapat dari kuliat, silia, selaput lendir, fagosit, dan Sel NK (Natural Killer cell: sel pembunuh alamiah, dsb).
2.3.2        Humoral Action: Acquired Immunity
Acquired immunity adalah kekebalan tubuh yang diperoleh baik dari perkembangan antibodi dalam menanggapi paparan antigen (cnth: dari vaksinasi, penyakit menular), atau dari transmisi aantibodi (cnth: dari ibu ke janin melalui plasenta). Selain itu, acquired immunity juga dapat diartikan sebagai segala bentuk kekebalan yang bukan berasal dari lahir dan diperoleh selama hidup.4 Bentuk kekebalan ini dapat diperoleh secara alami ataupun buatan, dan secara induksi aktif maupun pasif.
Pada imunitas aktif, tubuh membentuk antiobodinya sendiri melalui pemberian vaksin atau respons terhadap penyakit tertentu yang menginvasi tubuh. Sementara itu, imunitas pastif didapat melalui transfer transplasental imunitas ibu terhadap penyakit ke janinnya, selain itu juga dapat diperoleh dengan memasukkan antibodi yang sudah terbentuk ke dalam penderita yang rentan.5
Lebih khusus lagi, acquired immunity digolongkan dalam 4 macam perdasarkan sifat aktif-pasif dan alami-buatan. Pertama adalah kekebalan aktif-alami, yaitu kekebalan yang didapat setelah menderita suatu penyakit. Kedua adalah kekebalan aktif-buatan, yaitu kekebalan yang tercipta setelah diberi suntikan atau imunisasi. Dikatakan aktif karena tubuh nantinya akan membentuk antibodinya sendiri lewat injeksi yang didapat, dan dikatakan pasif karena kekebalan tersebut bersifat “diberikan” atau tidak alami. Ketiga adalah kekebalan pasif-alami, yaitu kekebalan yang didapat melalui transfer transplasental imunitas ibu terhadap penyakit ke janinnya. Terkahir adalah kekebalan pasif-buatan, yaitu kekebalan yang diperoleh setelah mendapatkan vaksinasi. Dikatakan pasif karena antibodi yang dimasukkan bersifat sudah “aktif”, dan dikatakan buatan karena sifatnya yang “diberikan” atau tidak alami.
2.3.3        Humoral Action: Herd Immunity (Imunitas Kelompok)6
Herd immunity atau imunitas kelompok didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa jika suatu kelompok dilindungi dengan ketat melalui imunisai, peluang munculnya epidemi besar dapat dikurangi. Imunitas kelompok juga dianggap sebagai resistensi (kemampuan menentang) yang dimiiki suatu kelompok terdapat invasi dan penyebaran penyakit. Jika tingkat imunitas kelompok tinggi, kemampuan orang yang rentan untuk berkontak dengan orang yang sakit akan sangat terbatas sehingga hampir di semua aspek, penularan penyakit dapat dihentikan.

3.      Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit
Dalam kesehatan masyarakat ada lima tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark. Kelima tingkat pencegahan tersebut antara lain adalah: peningkatan kesehatan (health promotion), perlindungan khusus (specific protection), diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability of limitation), dan pemulihan kesehatan (rehabilitation).2
Lebih spesifik lagi, kelima tingkatan pencegahan penyakit tersebut digolongkan kedalam tiga hal, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus merupakan pencegahan primer, sementara diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat serta pembatasan kecacatan adalah bagian dari pencegahan sekunder, dan pencegahan tersiernya adalah dan pemulihan kesehatan.
Pencegahan primer sasarannya adalah kelompok risiko tinggi (ibu hamil dan menyusi, perokok, obesitas, dan pkerja seks), dengan tujuan untuk menghindarkan mereka agar tidak jatuh sakit atau terkena penyakit. Pencegahan sekunder sasarannya adalah penderita penyakit kronis dengan tujuan untuk memberikan penderita kemampuan untuk mencegah penyakit bertambah parah. Sementara, pencegahan tersier sasarannya adalah kelompok pasien yang baru sembuh dengan tujuan agar penderita segera pulih dengan mengurangi keacacatan seminimal mungkin.7 Pencegahan primer masuk keadalam kategori fase pencegahan prepatogenesa (belum sakit), sementara pencegahan sekunder dan tersier masuk kedalam kategori fase pencegahan patogenesa (kondisi sakit).
3.1  Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Peningkatan kesehatan merupakan suatu tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit dengan menggunakan pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik. Peningkatan kesehatan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.8
Peningkatan kesehatan (health promotion) misalnya dapat dilakukan dalam bentuk: pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, serta pemeriksaan kesehatan periodik.5 Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, peningkatan kesehatan juga dapat berbentuk: melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, memberikan nutrisi yang sesuai dengan standar, dan meningkatkan kesehatan mental.2
3.2  Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Specific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya dengan melakukan serangkaian kegiatan imunisasi dan peningkatkan keterampilan remaja untuk menolak menggunakan narkoba.7 Selain kedua hal tersebut, perlindungan khusus juga dilakukan melalui upaya higiene personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment allergic, dan nutrisi khusus (nutrisi untuk ibu hamil dan bayi), dsb.1,2,5
3.3  Diagnosis Dini dan Pengobatan Cepat dan Tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Early diagnosis and prompt tratment ini ditujukan pada individu yang telah jatuh sakit. Tujuan utama dari diganosis dini dan pengobatan cepat dan tepat adalah untuk mencegah penyebaran penyakit menular, mengobati dan menghantikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.7 Hal-hal yang terkait dengan hal ini adalah diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pemberantasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.2 Diagnosis dini sangat penting untuk penyakit kanker dan penyakit-penyakit menular.
3.4  Pembatasan Kecacatan (Disability of Limitation)
Pada tahap ini, kecacatan yang terjadi diupayakan untik diatasi, agar tidak mengarah pada cacat yang lebih buruk.7 Misalnya adalah dengan penyempurnaan pengobatan lanjutan agar tidak menimbulkan komlikasi, pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan, serta perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan.2
3.5  Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
Untuk tahap rehabilitasi ini, upaya yang dapat dilakukan antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi, penempatan klien seseuai dengan keadaannya (selective place), terapi kerja, dan pembentukan kelompok paguyuban khusus bagi klien yang memiliki kondisi yang sama.1

4.      Puskesmas
4.1  Pengertian Puskesmas
Menurut World Health Organization, puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) dipakai untuk menjelaskan berbagai fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten. Puskesmas biasanya berfokus pada pasien rawat jalan, tetapi tetap mampu memberikan pelayanan pencegahan (preventif) da pelayanan pengobatan (kuartif).9
Selain definisi diatas, masih banyak definisi lain tentang puskesmas. Dalam sistem kesehatan nasional, puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Sementara itu, menurut Departemen Kesehatan RI (1990), puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pembangun kesehatan masyarakat; membina peran serta masyarakat; dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
4.2  Wilayah Kerja Puskesmas
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan infrastruktru lainnya ikut menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.  Sasaran penduduk yang akan dilayani di puskesmas adaah 30.000 jiwa.5 Ada kemungkinan bahwa jumlah penduduk yang ingin mendapatkan pelayanan lebih dari 30.000 jiwa. Apabila terjadi demikian, maka dapat dibentuk puskesmas pembantu dan untuk menjangkau masyarakat yang berada di wilayah sulit transportasi dapat dibentuk puskesmas keliling.
Puskesmas pembantu lebih dikenal dengan pustu atau pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas. Sasaran penduduknya antara 2.500 jiwa-10.000 jiwa. Sementara itu, puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau perahu bermotor dan alat kesehatan, alat komunikasi dan sejumlah tenaga puskesmas.5
4.3  Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Tujuan dari puskesmas adaah untuk mendukung tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. Adapun puskesmas memiliki 3 fungsi, yaitu: sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh serta terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.5
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat adalah dengan mengkaderisasi masyarakat. Dengan melakukan kaderisasi, diharapkan masyarakat dapat ikut serta membina dan berpartisipasi dalam upaya peningkatan kesehatan masyarkat. Posyandu merupakan salah satu bentuk pelatihan kader masyarakat. Di posyandu, masyarakat yang telah dikaderisasi akan melayani masyarakat, sementara puskesmas hanya membimbing saja.
4.4  Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Pada Rakernas ke III/1970, telah ditetapkan 6 usaha kesehatan pokok. Namun seiring dengan perkembangan di berbagai aspek kehidupan, maka usaha kesehatan pokok tersebut berkembang menjadi 18. Kemudian berdasarkan SK.Men Kes RI no.128/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, upaya pelayanan kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi dua, yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Pada pembahasan kali ini, kita akan lebih menekankan kepada upaya kesehatan wajib puskesmas.
Upaya kesehatan wajib puskesmas terdiri dari 6 unsur, yaitu: upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya KIA (termasuk KB), upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya P2M (pemberantasan penyakit menular), dan upaya pengobatan. Keenam hal diatas, merupakan hal-hal yang harus dilakukan oleh puskesmas, guna memenuhi tujuan dari puskesmas itu sendiri.
Pada makalah kali ini, akan lebih ditekankan kepada salah satu upaya kesehatan wajib puskesmas, yaitu: upaya kesehatan ibu dan anak (KIA). Dalam upaya kesehatan KIA, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti: pemeliharaan kesehatan ibu hamil-melahirkan-menyusui, memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk, imuniasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan bagi ibu-bayi, dsb.

5.      Posyandu 10
Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan profesional oleh petugas sektor, maupun non-profesional oleh kader. Posyandu sendiri dikembangkan dari pos pengembangan balita, pos imunisasi, pos KB, dan pos kesehatan. Adapun pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh posyantu meliputi: KB, KIA, gizi imunisasi, penanggulangan diare, dsb. Sasaran dari pelayanan posyandu adalah sebuah anggota masyarakkat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan pasangan usia subur.
Seperti telah disebutkan diatas, di posyandu terdapat pelayan kesehatan profesional dan non-profesional. Fungsi dari para perawat kesehatan profesional anataralain adalah: memberikan bimbingan teknis saat pelaksaaan penimbangan, membantu menyuluh, memberikan pelayanan imunisasi dan pengobatan sederhana, memberikan penyuluhan, merujuk pasien ke puskesmas, dan pelayanan kontrasepsi. Sementara peran kader yang merupakan masyarakat meliputi: mencatat pendaftaran, membantu menimbang, memberikan penyuluhan, mengirim masyarakat ke petugas kesehatan, menemukan penderita diare kemudian melakukan penyuluhan dan oralit, serta merujuk bayi yang belum diimunisasi agar dibawa ke posyandu.

6.      Imunisasi
6.1  Pengertian dan Tujuan Imunisasi11
Imunisasi merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Sedangkan vaksin sendiri diartikan sebagai bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan memlalui mulut (vaksin polio). Tujuan dari imunisasi ini tidak lain bertujuan untuk menciptakan kekebalan anak agar dapat menurunkan angka mortalitas serta mengurangi kecatatan akibat penyakit.
6.2  Sasaran Imunisasi
Yang perlu diimunisasi adalah orang-orang yang rentan terkena penyakit tertentu pada suatu saat karena profesinya, misalnya: ibu hamil, bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja, orang tua, manula, profesional (dokter, para medis), calon jemaah haji, dan orang-orang yang akan berpergiaan ke luar negeri.
6.3  Imunisasi Wajib (Imunisasi Dasar) dan Imunisasi Pelengkap
Di Indonesia, terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi dasar) dan imunisasi yang hanya dianjurkan atau hanya sebagai pelengkap saja. Biasanya imunisasi yang merupakan imunisasi pelangkap dapat digunakan untuk mencegah kejadian luar biasa (KLB) atau penyakit endemik dan hanya untuk kepentingan tertentu (berpergian).11
Imunisasi yang diwajibkan merupakan sebuah Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang wajib diberikan kepada bayi usia satu tahun ke bawah. Imunisasi yang diwajibkan adalah program yang resmi dari pemerintah terutama dari Departemen Kesehatan). Setiap anak dibawah usia 1 tahun, wajib memperoleh lima jenis imunisasi. Kelima jenis imunisasi ini disebut dengan LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap). Lima imunisasi dasar yang diwajibkan antara lain BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), dan campak.12
Sementara itu, imunisasi yang hanya dianjurkan (imunisasi pelengkap) merupakan program imunisasi non-PPI. Meskipun hanya sebagai pelengkap, sebenarnya jenis imunisasi ini juga sangat penting bagi anak. Karena bertujuan agar sistem kekebalan tubuh anak menjadi lebih baik lagi. Imunisasi pelengkap biasanya dilakukan oleh dokter praktik swasta yang biayanya relatif lebih mahal. Beberapa jenis imunisasi pelengkap adalah: Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman), dsb.12
6.4  LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap)
6.4.1        Jenis-Jenis LIL
Tabel 1. Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL)12
Jenis Imunisasi
Penyakit yang Berusaha Dicegah
Cara pemberian Vaksin
BCG (Bacille Calmette Guerin)
TBC (tuberkulosis), yaitu penyakit yang menyerang paru-paru, selaput otak, tulang, kelenjar getah bening, dan usus.
Disuntikkan
(biasanya dilengan atas)
Hepatitis B
Hepatitis B, yakni penyakit yang menyerang hati, dapat juga menyebabkan sirosis (hari mengkerut) dan kanker hati.
Disuntikkan
(biasnaya di daerah paha)
Polio
Polio, yaitu penyakit yang mengakibatkan kelumpuhan, baik lumpu satu kaki saja atau kedua kakinya.
Diteteskan di mulut
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Difteri adalah salah satu penyakakit yang disebabkan bakteri. Tetanus adalah penykit akibat bakteri yang masuk melalui luka kulit, dapat menyebabkan kontraksi hebat pada otot. Pertusis adalah batuk rejan atau batuk seratus hari.
Disuntikan
Campak
Campaak adalah penyakit yang menyebabkan kulit kemerahan dan demam.
Disuntikan
6.4.2       
Jadwal Pemberian LIL

Gambar 3. Jadwal Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 200611

Secara lebih lengkap, pemberian imunisasi BCG diberikan sejak lahir, dan apbila usia >3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. BCH baru dapat diberikan apabila uji tuberkulin negatif. Sementara imunisasi Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1bulan dan kemudian pada rentan waktu 3-6 bulan. Untuk polio diberikan pada saar kunjungan pertama dan secara berkala dilakukan pada 2,4,6, 18 bulan, lalu pada usia 5 tahun. Imunisasi DPT dapat diberikan pada usia >= 6 minggu, secara terpisah atau dikombinasi dengan Hepatitis B (Hepatitis-combo/DPT-HB). Untuk campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, sedangkan campak-2 diberikan pada usia 6 tahun.

7.      Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)
Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization (AEFI). Secara khusus KIPI dapat didefinisikan sebagai kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik karena efek aksin, efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, dsb. Walaupun saat ini reaksi KIPI dapat diminimalkan, tetap saja petugas imunisasi maupun dokter mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kemungkinan reaksi KIPI apa saja yang dapat terjadi.13 Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan reaksi KIPI terhadap beberapa jenis imunisasi:
Tabel 2. Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)11
Imunisasi
Efek Samping
DPT
Difteri: umumnya demam dalam 24-48 jam, sakit, kemerahan dan bengkak pada daerah injeksi, rewel, mengantuk, serta anoreksia.
Tetanus: sama seperti difteri ditambah urtikaria dan malaise, adanya benjolan pada daerah injeksi.
Pertusis: sama seperti tetanus, namun dapat terjadi kehilangan kesadaran, kejang demam, dan reaksi alergi sistemik.
Haemophilus influenzae tipe b
Reaksi lokal ringan seperti eritema, nyeri, dan demam ringan
Polio
Paralisis karena vaksinasi jarang terjadi dalam 2 bulan imunisasi
MMR
Mumps (gondong): secara esensial tidak ada efek samping.
Rubella (campak jerman): anoreksia, malaise, ruam, dan demam sampai 10 hari.
Meassles (campak): Anoreksia, malaise, ruam, dan demam sampai 10 hari

8.      Pembahasan Kasus
Kasus yang didapat pada PBL kali ini adalah: seorang bayi usia 4 bulan dibawa ke Puskesmas dengan keluhan agak demam setelah 1 hari sebelumnya mendapatkan imunisasi Hepatitis-combo (HB dan DPT). Anak agak rewel, mencret 2 kali dan sulit tidur, lengan bekas suntikan agak kemerahan dan bengkak. Dokter mengatakan bahwa itu normal dan menjelaskan tujuan dari pemberian imunisasi pada bayi.
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Dengan melakukan imunisasi, berarti kita telah melakukan pertahanan dengan memperbaiki mekanisme kekebalan tubuh. Imunisasi sendiri merupakan jenis mekanisme pertahanan tubuh aktif-buatan dan pasif-buatan.
Dari kasus tersebut, terlihat bahwa bayi telah mendapakan imunisasi dasar jenis Hepatitis B dan DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) yang digabungkan menjadi satu (Hepatitis-combo). Imunisasi adalah salah satu dari lima tingkat pencegahan penyakit yaitu specific protection. Adapun tujuan pemberian vaksin Hepatitis B, adalah untuk melindungi bayi dari kemungkinan penyakit Hepatits B yang menyerang hati, dan dapat menyebabkan sirosis (hari mengkerut) serta kanker hati. Sementara vaksin DPT bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus dan pertusis.
Setelah diberi imunisasi, ternyata bayi mengalami reaksi yang disebut dengan KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi). Ia mengalami gejala dari imunisasi yang diterimanya (HB-DPT) yaitu: demam dalam waktu 24 jam (satu hari setelah imunisasi), kemerahan dan bengkak pada daerah suntikan, dan rewel. Gejala lainnya seperti susah tidur biasanya dikarenakan demam yang ditimbulkan.
Ibu dari bayi tersebut membawa anaknya ke puskesmas untuk memeriksakan kondisi anaknya, dari sini terlihat bahwa mungkin belum ada penyuluhan yang dilakukan sebelum imunisasi kepada ibu berkaitan dengan KIPI. Atau mungkin saja telah dilakukan penyuluhan, namun tidak tersampaikan atau tidak dimengerti dengan baik. Penyuluhan yang termasuk dalam health promotion harus dilakukan dengan baik dan benar agar maksud dan tujuan yang diinginkan dapat tersampaikan.

Kesimpulan
Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Melalui visi tersebut dicanangkannyalah beberpa misi beserta beberapa program unggulan untuk mencapai visi. Salah satu program unggulan yang ada adalah imunisasi. Melalui konsep sehat-sakit yang ada, imunisasi adalah bentuk dari specific protection, sementara penyuluhan yang dilakukan sebelum imunisasi tergolong dalam health promotion.
Imunisasi sendiri merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Sedangkan vaksin sendiri diartikan sebagai bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh. Tujuan dari imunisasi ini tidak lain bertujuan untuk menciptakan kekebalan anak agar dapat menurunkan angka mortalitas serta mengurangi kecatatan akibat penyakit. Imunisasi merupakan jenis mekanisme pertahanan tubuh aktif-buatan dan pasif-buatan.
Imunisasi yang ada di Indonesia terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi pelengkap. Lima imunisasi dasar yang diwajibkan antara lain BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), dan campak. Sementara itu, beberapa jenis imunisasi pelengkap adalah: Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman), dsb. Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Reaksi KIPI dapat berupa demam, sulit tidur, kejang, pembengkakan pada bekas suntikan, dsb.
Dari kasus yang didapat, bayi usia 4 bulan yang satu hari sebelumnya diimunisasi Hepatitis-combo (HB dan DPT) menderita demam, rewel, mencret 2 kali, sulit tidur, serta lengan bekas suntikan agak kemerahan dan bengkak. Dari beberapa sumber yang telah diperoleh, gejala-gejala yang timbul tersebut merupakan gejala KIPI dari imunisasi Hepatitis-combo yang telah dilakukan satu hari sebelumnya. Jadi dengan demikian, hipotesis yang telah disusun dapat dibenarkan.

Daftar Pustaka
1.      Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
2.      Rajab, Wahyudin. Buku ajar epodemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
3.      Sudiana, IK. Patobiologi molekuler kanker. Jakarta: Penerbit Salemba Madika; 2008.h.61-2.
4.      Acquired immunity. Diunduh dari http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/acquired+immunity, 21 November 2012.
5.      Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
6.      Timmreck TC. Epidemiologi: suatu pengantar. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.47.
7.      Maulana DJH. Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
8.      Kusnanto. Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.h.96.
9.      WHO. Pedoman praktis safe motherhood: perawatan ibu & bayi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.5.
10.  Suryanah. Keperawatan anak untuk siswa spk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.h.109-11.
11.  Hidayat, AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008.h.54-60.
12.  Eveline, Djamaludin N. Panduan pintar merawat bayi dan balita. Jakarta: KAWAHmedia; 2010.h.72-5.
13.  Cahyono JBSB, Lusi RA. Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K.
Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI); 2010.h.37.