Pages - Menu

Rabu, 28 November 2012

Mengenal Lebih Dalam tentang Demensia (Pikun) dan Cara Mencegahnya


Abstrak
Bukan hanya kulit yang mengalami penuaan, otak manusia pun dapat mengalami penuaan. Salah satu tanda penuaan yang terjadi pada otak adalah terjadinya penurunan daya ingat atau pikun (demensia). Demensia atau pikun secara umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Terdapat berbagai macam penyebab demensia (pikun), diantaranya adalah: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, ketidakseimbangan elektrolit, masalah tiroid, dan kekurangan vitamin B12. Tetapi tidak perlu khawatir, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah demensia, antara lain: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia. Selain hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.
Kata Kunci: demensia (pikun), penyebab demensia, mencegah demensia

Abstract
Not only skin that experience aging, the human brain can experience aging too. One of the signs of aging that happen in brain is a memory decline or senile (dementia). Senile or dementia is generally defined as an intellectual decline because of the decreased function on the outside of the brain tissue (cortex). There are various causes of senile (dementia), such as: degenerative deseases (Alzheimer disease, Lewy body dementia, fronto-temporal dementia), cerebrovascular disease (stroke; cerebrovascular accident), trauma, infectious disease, normal pressure hydrocephalus, brain tumor, depression, autoimmune disorders, alcoholism, metabolic disorders, electrolyte imbalance, thyroid problems and vitamin B12 defiiency. Do not worry, there are several ways that can be used to prevent dementia, such as: controlling the blood pressure, treating diseases that aggravate the inidence of dementia and treat the symptoms of mental disorders that may accompany dementia. Besides those things, we could do self prevention (primary prevention) such as manage your diet, stop smoking, etc, secondary prevention efforts (secondary prebention), and constantly polish your memmory.
Keywords: dementia (senile), causes of dementia, prevent dementia

Pendahuluan
Bukan hanya kulit yang mengalami penuaan, otak manusia pun dapat mengalami penuaan. Bila kulit yang menua akan tampak secara kasat mata, namun hal yang demikian tidak sama dengan otak. Kulit yang mulai menua setidaknya dapat diperbaiki, akan tetapi otak yang telah menua tidak dapat digantikan.1 Salah satu tanda penuaan yang terjadi pada otak adalah terjadinya penurunan daya ingat atau pikun (demensia). Demensia atau pikun secara umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex).2 Demensia sendiri kebanyakan menyerang orang-orang pada rentan usia antara 40-90 tahun.3
            Demensia bagaikan mimpi buruk yang akan menyerang masa tua siapa saja. Untuk mendapatkan masa tua yang terbebas dari demensia, ada baiknya untuk melakukan pencegahan sejak sekarang. Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.2 Selain hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.4

Pembahasan
1.      Tiga Tingkatan Lupa
Bentuk lupa terbagi atas tiga tingkatan, yakni mudah lupa (forgetfulness), amnesia, dan pikun (demensia). Mudah lupa, sering disebut sebagai lupa yang wajar (benign forgetfulness), terjadi jika simpanan memori jangka panjang dalam otak sulit diingat lagi saat dibutuhkan atau mendadak lupa pada suatu hal, padahal sebelumnya ingatan tersebut terasa sudah berada di dalam kepala. Amnesia adalah lupa akibat adanya kerusakan pada sel-sel otak, misalnya akibat benturan di kepala. Sementara demensia atau biasa dikenal dengan pikun adalah kondisi simana seseorang tidak hanya kehilangan daya ingat (memori), tapi juga kehilangan kemampuan mengingat.4 Pada kesempatan kali ini, akan lebih dibahas mengenai lupa jenis demensia (pikun).

2.      Pengertian dan Penyebab Demensia (Pikun)
Pikun atau demensia secara harafiah berarti de (kehilangan) dan mensia (jiwa). Tetapi, secara lebih umum demensia diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex).2 Penderita demensia mengalami kemunduran beberapa fungsi mental, seperti mengingat, berbicara, berpikir, berprilaku, dan melakukan berbagai pekerjaan.4 Contohnya, ia tidak mampu lagi mengenal orang-orang yang selama ini dikenalnya, tidak bisa memebedakan siang dan malam, tidak mengenal hari, bulan, dan juga tahun.
Terdapat berbagai macam kondisi yang mungkin dapat menyebabkan demensia (pikun), diantaranya adalah: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, ketidakseimbangan elektrolit, masalah tiroid, dan kekurangan vitamin B12.5 Penyakit alzheimer paling menyebabkan demensia karena bertanggung jawab terhadap 50%-90% kasus-kasus demensia yang dirujuk ke rumah sakit.

3.      Cara-cara Mencegah Demensia (Pikun)
Kepikunan tidak terjadi secara tiba-tiba. Sebelum menjadi pikun, seseorang akan melewati tahap-tahap prapikun atau prademensia. Seseorang akan mengalami gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment, MCI) selama bertahun-tahun. Pada tahap ini, seseorang masih sanggup melakukan kegiatan sehari-hari, karena yang terganggu hanyalah proses mengingat dan ingatan tentang waktu kejadian.4
Ada baiknya sebelum mencapai tahap tersebut dan pada akhirnya berujung demensia, setiap orang melakukan beberapa tindakan pencegahan. Tidakan pencegahan demensia itu antara lain: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.2 Selain hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.4
Mengendalikan naiknya tekanan darah, biasanya digunakan untuk mencegah demensia akibat matinya di banyak daerah jaringan otak (multi infarct dementia). Pencegahan tekanan darah yang dimaksud adalah pencegahan agar tekanan darah tidak tinggi (hypertensi), termasuk dalam hal ini mencegah kakunya dinding pembuluh darah otak.5  Pencegahan demensia juga dapat dilakukan dengan mengobati penyakit-penyakit yang dapat memicu demensia seperti penyakit alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal, penyakit serebrovaskular (stroke), kencing manis, dan pengapuran pembuluh darah.
Melakukan terapi pencegahan diri (primary prevention), diantaranya dapat dilakukan dengan membenahi pola makan agar komposs gizinya seimbang, behenti merokok, menjauhi minuman beralkohol, membiasakan diri berolahraga secara teratur, menghindari stress dan cukup melakukan rekreasi.4 Mengatur pola makan yang paling sederhana adalah dengan mengawali hari dengan minum jus. Sebuah studi mengemukakan, orang yang minum jus buah atau sayuran paling sedikit 3 kali seminggu menurunkan risiko pengembangan alzheimer (salah satu penyebab demensia) sampai 75%.1 Mengapa? Karena jus buat atau sayuran yang kaya akan polifenol dan antioksidan dapat menjadi pelindung otak.
Berolahraga juga sangat dianjurkan untuk mencegah demensia. Sejumlah riset yang dilakukan di AS dan Jepang membuktikan bahwa orang yang malas berolahraga akan lebih cepat pikun! Tim peneliti dari University of California, memanfaatkan tikus-tikus percobaan yang telah diberi ransum lema dan tinggi gula. Tikus-tikus tersebut akhirnya mengalami kemerosotan zat penghantar saraf otak sehingga kesulitan mengingat kembali lorong-lorong jalan yang pernah mereka lalu. Kemerosotan zat penghantar saraf ini dapat dikoreksi melalui kegiatan fisik, karena setelah diolahragakan selama sebulan, mereka dapat kembali normal. Hal yang seupa dilakukan juga di Jepang, dengan membanding relawan yang rajin melakukan jogging dengan yang tidak. Hasilnya, rewalan yang rajin melakukan jogging menunjukan hasil lebih baik dalam hal belajar dan daya ingat.4
Salah satu upaya pencegahan lainnya adalah dengan pencegahan sekunder (secondary prevertion). Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melaksanakan senam silang (tangan dan kaki digerakan menyilang secara bergantian), dengan tujuan agar otak kiri dan kanan bekerja seimbang. Cara-cara lainnya adalah dengan lebih aktif membaca, mengisi teka-teki silang, bermain catur, melibatkan diri dalam kegiatan, sosial, maupun mempelajari hal-hal baru.4
Selalu mengasah daya ingat juga dapat membantu mencegah demensia. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengasah daya ingat, diantaranya adalah: sering mengamati kondisi sekeliling, melatih pancaindera, mengat kembali nama-nama teman, mempelajari hal baru, belajar melukis maupun memainkan alat musik, menekuni hobi, menghafalkan hal-hal yang disukai, memaknai tanggal-tanggal penting, mempelajari buku pintar, dan meneliri ulang pengeluaran sehari-hari. Diharapkan dengan melakukan pencegahan seperti yang telah disebutan diatas, penyakit demensia dapat dihindari agar masa tua menjadi lebih berarti.

Kesimpulan
Demensia diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Demensia sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, dsb.
Biasanya demensia menyerang orang-orang yang telah memasuki usia lanjut. Karena itu, masih ada kesempatan bagi orang-orang usia muda untuk melakukan beberapa tindakan pencegahan. Pencegahan demensia ada beragam, diantaranya: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia, mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia, pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat. Diharapkan dengan menerapkan hal-hal tersebut, penyakit demensia dapat dihindari sehingga tiap-tiap kita dapat menikmati masa tua dengan kualitas otak yang masih baik.

Daftar Pustaka
1.      Pangkalan Ide. Seri tune up: gaya hidup penghambat Alzheimer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2008.h.4.
2.      Yatim F. Pikun (demensia), penyakit Alzheimer, dan sejenisnya: bagaimana cara menghindarinya. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2003.
3.      Tapan E. Kesehatan keluarga: penyakit degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2005.
4.      Apriadji WH, Siregar AH. Good mood food: makanan sehat alami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2007.h.61-5.
5. Demensia (pikun). Diunduh dari http://www.dinghealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/Dementia.aspx, 06 November 2012.  

2 komentar:

  1. Demensia adalah termasuk penyakit penurunan fungsi luhur, yang lebih dikenal dengan istilah pikun. hal ini berbeda dengan "gila" atau "Schozophrenia" yang lebih menekankan aspek ketidakmampuan dalam menilai realitas. Artikel yang anda tulis sangat bermanfaat. Terima kasih, Semoga bisa menambah pengetahuan tentang Demensia

    BalasHapus
  2. Demensia (dementia) atau pikun merupakan gangguan degenarasi otak. Terima kasih telah membagi informasi yang sebenarnya tentang Demensia.

    BalasHapus