Pages - Menu

Senin, 27 Januari 2014

PBL Blok 10: Struktur Pelvis Pada Tubuh Manusia


Abstrak
Dalam proses melahirkan, panggul atau pelvis adalah salah satu struktur penting. Pelvis yang memiliki 4 tulang penyusun utama ini, mebentuk pintu atas panggul, pintu bawah panggul, dan juga rongga panggul. Pada masing-masing bagian tersebut, terdapat ukuran-ukuran pelvis (difragma pelvis dan konjugta pelvis) yang menjadi ukuran ketika hendak mempertimbangkan jalan lahir bagi fetus. Bentuk pelvis atau panggul juga terdiri dari banyak bentuk yang masing-masing memiliki cirinya masing-masing. Satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah, bawah terdapat alat-alat panggul yang cukup penting diantaranya terdapat vesikula seminalis, prostat, uterus, vagina, dsb.
Kata Kunci: Pelvis (Panggul), Ukuran Pelvis, Bentuk Pelvis

Abstract
The process of birth, the pelvic or pelvis is one of the important structures. Pelvic bone which have 4 main constituent of this, forming the pelvic, the pelvic doors down, and also the the pelvic cavity. In each of these sections, there are size of pelvis (pelvis diaphragm and pelvis konjugta) which being measure of when trying to considering the birth canal to the fetus. pelvis or the pelvic forms also consists of many forms which each have characteristics. One thing that should not be missed is that there are some pelvic tools, are quite important seminal vesicles, prostate, uterus, vagina, etc.
Keywords: Pelvis (Pelvic), Size of Pelvis, Pelvis forms

Pendahuluan
Pelvis (panggul) bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri. Bentuk dari pada pelvis serupa dengan mangkok yang terbentuk dari tulang. Pelvis membentuk suatu gelang untuk memberikan perlindungan kepada alat-alat yang terletak di dalam pelvis. Pelvis sendiri merupakan struktur tulang terbesar yang berada dalam tubuh.1  Pelvis sendiri tesusun oleh empat tulang, yaitu os sacrum, os coccygis dan os coxae. Pelvis juga disusun dari otot serata ligamentum-ligamentum tertentu dan tentunya diperdarahi baik oleh arteri maupun pembuluh balik.
Pada makalah kali ini, akan dijelaskan bukan hanya mengenai tulang maupun otot dan pendarahan yang menyusun serta mendarahi panggul, namun juga akan dibahas hal-hal lainnya. Diantaranya akan dibahas ukuran-ukuran panggul yang terdapat pada pintu atas panggul, pintu bawah panggul, dan rongga panggul, bentuk-bentuk panggul, dan juga alat-alat yang berada dalam rongga panggul. Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa FK Ukrida untuk lebih dapat mengerti perihal pelvis atau panggul dan hal-hal yang terkait di dalamnya.

Pembahasan
1.      Tulang-Tulang Penyusun Pelvis (Panggul)1
Pelvis tersusun oleh empat tulang: os sacrum, os coccygis, dan dua os coxae.

1.1  Os Sacrum dan Os Coccygis
Os sacrum dibentuk oleh persatuan lima vertebra sacralis. Bentuk dari os sacrum seperti segitiga yang puncaknya menghadap kebawah dan terletak sedemikian rupa seperti suatu baji di antara os coxae kanan dan kiri. Os sacrum membentuk dinding belakang rongga pelvis. Promotorium adalah titik pusat tepi atas bertebra sacralis pertama dengan dasar (basis) vertebra lumbalis ke-5, dan menonjol di atas cekung sacrum. Os coccygis dibentuk dari empat vertebra yang bersatu. Os coccygis  merupakan bangunan berbentuk seigitiga dengan dasar (basis) di bagian atas dan bersendi dengan sacrum. Otot-otot dan ligament melekat pada puncaknya.

1.2  Os Coxae
Os coxae membentuk suatu baji yang terletak diantara os sacrum kanan dan kiri. Pada orang dewasa os coxae tampak sebagai satu tulang besar yang tidak teratur bentuknya. Sesungguhnya, os coxae terbentuk dari tulang-tulang yang berkembang dari tigas pusat penulangan primer. Ketiga bagian ttersebut disebut ilium (os illi), ischium (os ischii), dan pubis (os pubis). Ketiga tulang tersebut bertemu pada cekungan yang berbentuk mngkok yang disebut acetabulum.
1.2.1        Ilium
Ilium dibagian atas dibatasi oleh crista iliaca yang dapat diraba denngan budah apabila tangan diletakkan pada pinggang. Cirsta iliaca berakhir di dengan pada spina iliaca anterior yang pada bagian bawahnya terletak spina iliaca anterior inferior. Di sebelah belakang, crista iliaca berakhir pada spina iliaca posterior superior. Dua cekungan kanan dan kiri tepat di atas celah gluteus merupakan tanda letak kedua spina tersebut. Spina iliaca posterior inferior menandai tepi atas incisura ischiadica major yang dilewati oleh nervus ischiadicus. Ilium sendiri membentuk dua perlima bagian atas acetabulum dan merupakan bagian atas os coxae. Permukaan dalamnya halus dan ckung, tetapi permukaan luarnya kasar dan merupakan tempat pelekatan otot-otot pada gluteus.
1.2.2        Ischium
Ischium yang terletak pada bagian paling bawah dari os coxae membentuk dua perlima bagian bawah acetabulum. Tuber ischiadicum merupakan daerah tulang yang menebal dari tulang yang membentuk corpus ossis ischii. Berat tubuh tertumpu pada tuber ischiadium apabila seseorang dalam posisi duduk. Spina ischiadica terletak di atas tuber ischiadicum, memisahkan ischiadica major dan minor.

1.2.3        Pubis
Pubis merupakan komponen yang paling kecil dari ketiga komponen yang membentuk os coxae , dan membentuk seperlima bagian bawah acetabulum. Pubis kana dan kiri bersatu di bagian depan pada corpus osis pubis yang bentuknya segi empat. Tulang-tulang terseut disatukan oleh bantalan cartilago yang disebut symphysis pubis. Ramus superior, bersatu dengan ilium pada eminentia illiopectinea. Ramus inferior meluas kebawah untuk bersatu dengan ischium. Ramus inferior (desendens) kanan dan kiri membentuk arcus pubis. Suatu foramen yang dikelilingin oleh ischium dan pubis disebut foramen obrturatorium.

2.      Ligamentum dan Otot-Otot Pada Pelvis3
Ligamentum pada pelvis terdiri dari ligamentum sakrotuberosum yang terbentak dari bagian lateral sakrum dan koksigis menuju tuberositas iskia dan ligamen sakrospinosum yang terbentuk dari bagian lateral sakrrum dan koksigis menuju spina iskiadika. Kedua ligamentum tersebut bersama dengan ligamentum-ligamentum sakro-iliakam mengikat sakrum dan coccygis ke os dan mencegah pergerakan berlebihan dari sendi sakro-iliaka. Selain itu, ligamentum ini membentuk foramen isciadica mayor dan minor dengan incisura ischiadika mayor dan minor.
Terdapat otot-otot pada bagian dasar panggul yang ditujukan untuk mendukung visera sehingga menghasilkan fungsi sfinter pada rektum dan vagina serta membantu meningkatkan tekanan intraabdomen saat menggeliat. M.levator ani dan m.koksigeus membentuk dasar panggul, sedangkan m.piriformis menuntupi bagian depan sakrum. M.levator ani keluar dari aspek posterior pubis, fasia yang menutupi obturatorius internus di dinding dalam pevis dan spina iskiadika. Dari origo yang lebar ini serabut-serabut otot menyapu ke bagian belakang ke arah garis tengah menghasilkan serabut anterior (sfingter vagina atau m.levator prostat), serabut intermedia (pubroktalis) dan serabut posterior (iliokoksigeus). M.koksigeus keluar dari spina iskiadika dan masuk ke bagian bawah sakrum dan koksigis.
Fasia pelvis adalah istilah untuk menyebut jaringan ikat yang membatasi panggul, melapisi m.levator ani dan m.obturatorius internus. Fasia endopelvis adalah istilah untuk menyebut jaringan ikat longgar yang melapisi visera pelvis. Fasia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang fungsinya menunjang serviks dan vagina. Ligamentum-ligamentum ini di antaranya adalah ligamentum kardinale (melewati sebelah lateral servik dan bagian atas vagina ke dinding pelvis), ligamentum utero-sakrae, ligamentum puboservikale (meluas ke anterior dari ligamentum kardinale ke pubis), dan ligamentum pubovesikale (dari belakang simfisis pubis menuju leher kandung kemih.
Selain yang telah disebutkan diatas, terdapat juga dua ligamentum penting yaitu ligamentum latum dan ligamentum rotundum. Ligamentum latum merupakan dua lipatan lapisan perineum yang menggantung di antara aspek lateral uterus dan dinding samping pelvis. Ureter menuju ke depan di bawah ligamentum ini, tetapi di sebelah atas dan lateral forniks lateral vagina, untuk menapai kandung kemih. Ligamentum latum mengandung struktur tuba fallopi, ovarium, ligamentum ovarii, ligamentum rotundum, pembuluh darah uterus dan ovarium serta serabut saraf dan limfatik. Sementara itu, ligamentum rotundum merupakan struktur firbomuskular mirip korda yang terdapat pada wanita dan ekuivalen dengan gubernakulum pada pria. Ligamentum ini berjalan dari angulus lateralis uterus ke labia mayora melalui ligamentum latum dan kemudian menembus kanalis inguinalis.

3.      Pendarahan Pelvis
Pembuluh nadi utama yang memasuki pelvis minor dapat dibedakan menjadi a.iliaca interna, a.ovarica/a.tersticularis (a.spermatica interna), dan a.sacralis media. Ketiga nadi utama tersebut akan dibahas dengan lebih lengkap pada pembahasan di bawah ini.
3.1  Arteri Iliaca Interna (a.hypogastrica)
Arteri iliaca interna sebagian besar memberikan pendarahan pada visera pelvis dan regio glutea. Nadi ini merupkan cabang dari terminal a.iliaca communis. Dalam perjalanannya, arteri ini disilang ureter. Arteri iliaca interna dipisahkan dari articulatio sacroiliaca oleh v.iliaca interna dan truncus lumbosacralis, memasuki pelvis minor posteromedial, media dari v.iliaca externa dan n.obturatorius, dan berakhir diatas oramen ischiadica major. A.iliaca interna terbagi menjdi trunkus anterior dan posterio setinggi foramen ischiadica mayor.3
3.1.1        Cabang-Cabang Trunkus Anterior
3.1.1.1  Arteri Obturatoria
Arteri ini disilang ureter dan berjalan anteroinferior diatas facia obturatoria pada dinding lateral panggul dan berjalan diantara n.obturatorius dan v.obturatoria, memasuki foramen obturatoria. A.obturatoria mendarahi otot-otot daerah tungkai. Dalam rongga panggul memberikan cabang-cabang r.musculare, a.nutrien untuk ilum dan r.pubicus sebelum meninggalkan rongga panggul untuk beranostomosis dengan r.pubicus a.epigastrica inferior sisi lain cabang a.iliaca externa.
3.1.1.2  Arteri Glutea Inferior
A.glutea inferior menuju posterior antara Nn.sacrales. Nadi ini terletak dalam rongga panggul melalui foramen ischiadica major dibawah M.piriforms, dan mendarahi otot-otot, kulit daerah glutea dan permukaan belakang tungkai.
3.1.1.3  Arteri Pudenda Interna
Merupakan sumber pasukan darah utama bagi perineum. Arteri ini keluar dari pelvis melalui foramen ischiadica major namun kemudian masuk lagi di bawah m.piriformis melalui foramen ischiadika minor untuk memasuki kanalis pudenda bersama dengan n.pudendus.3
3.1.1.4  Arteri Umbilikalis
Sebelum bayi lahir, nadi ini membawa oksigen dalam placenta. Setelah bayi lahir pembuluh darah ini mengalami atrofi menjadi lig.umblicale mediale, dan menimbulkan lipatan peritoneum yang disebut plica umbilicale mediale. Meskipun begitu, bagian proksimalnya menetap dan memiliki cabang a.vesikalis superior yang turut memasuk darah ke kandung kemih.3
3.1.1.5  Arteri Vesicalis Inferior
Pembuluh darah ini hanya terdapat pada laki-laki. Melalui fundus vesica urinaria, gl.prostata pesteroinferior vesica urinaria dan memberikan cabang untuk ductus deferens dan a.prostatica.
3.1.1.6  Arteri Rectalis Media
A.rectalis medoa dipercabangkan dari a.iliaca interna dan berjalan disisi medial rektum. Memberikan cabang ke prostat, vesicula seminalis dan r.vaginalis pada wanita.
3.1.1.7  Arteri Uterina
Nadi ini biasanya berasal dari a.iliaca interna, tetapi bisa juga berasal dari a.umbilicali. A.uterina menuju dinding lateral panggul, di depan a.iliaca interna dan memasuki lig.rotundum berjalan di atas sisi lateral fornix vagina untuk sampai ke tepai lateral uterus. Dalam mencapai sisi cervix, a.uterina terbagi menjadi ramus superior (untuk memperdarahi fundus dan corpus uteri) dan ramus vagina (untuk memperdarahi cervix dan vagina).
3.1.1.8  Arteri Vaginalis
Pembuluh ini homolog dengan A.vecilais inferior pada laki-laki. A.vaginalis bisa 2-3 buah dan merupakan cabang a.uterina, tetapi bisa juga berasal dari a.iliaca interina. Pembuluh ini berjaan anterior dan sepanjang vagina, memberikan beberapa cabang yang memperdarahi permukaan anterior dan posterior vagina, bagian posteroinferior vasica urinaria, dan pars pelvica ureter. Arteri ini beranastomosis dengan r.vaginalis a.uterina.
3.1.2        Cabang-Cabang Trunkus Posterior
3.1.2.1  Arteri Glutea Superior
A.Glutea superior menuju dorsa antara truncus lumbosacralis dan ramus ventralis N.sacralis1 terletak dalam rongga panggul melalui foramen ischiadica major, diatas M.pyriformis. A.glutea superior memperdarahi otot-otot gluteus.
3.1.2.2  Arteri Iliolumbalis
A.iliolumbalis menuju fossa illiaca superolateral, kemudian melalui articulatio sacroiliaca dan dibelakang M.psoas major. Terpisah n.obturaorius dari truncus lumbosacralis. Dalam fossa iliaca, arteri ini terbagi menjadi r.iliacus yang memperdarahi m.iliacus dan ilium, serta r.lumbalis yang memperdarahi m.psoas dan m.quadratus lumborum.
3.1.2.3  Arteri Sacralis Lateralis
Pembuluh ini biasanya ada dua, yaitu yang superr memasuki foramina sacrali anteriola 1 dan 2. Yang caudal terletak lateral terhadap truncus sympaticus, ventral m.pyriformis dan nn.sacrales. Nadi ini juga memberikan rr.spinales untuk memperdarahi medulla spinalis.
3.2  Arteri Ovarica/Arteri Testicularis (A.Spermatica Interna)
Merupakan cabang aorta abdominalis yang terletak di bawah a.renalis, di atas a.mesenterica inferior. Menuju distal melekat pada peritoneum parietale menuju depan ureter dan menyilangnya. Kemudian menyilang di vasa iliaca externa dan masuk pelvis minor, menuju sisi medial lig.suspensorium ovarii dan memasuki superolateral lig.rotundum untuk mendarahi ovarium dan tuba uterina, a.ovarica beranastomisis dengan ramus ovaricus a.uterina.
Arteri testicularis berjumlah sepasang dan merupakan cabang aorta abdominalis distal dari pangkal. Arteri renalis, bersama-sama dengan plexu venosus menuju ke distal di depan m.psoas dan menyilang disebelah dorsal ureter, memasuki canalis inguinalis ke testis untuk memperdarahi testis dan funiculus spermaticus.
3.3  Arteri Sacralis Media
Pembuluh darah ini kecil dan tunggal, dipercabangkan dari permukaan belakang aorta abdominalis, proximal bifurcatio aorta.
3.4  Pembuluh Balik
Pembuluh balik pada rongga panggung pada umumnya mengikuti pembuluh nadi yang senama dan akhirnya bermuara ke v.cava inferior. Vena cava inferior tidak mempunyai katup dan merupakan pembuluh balik yang besar dan menerima aliran darah dari membran inferior, dinding abdomen, viscera abdomen, dan viscera pelvis.

4.      Bagian-Bagian Pelvis1
Pintu atas pelvis dibagi menjadi dua bagian, yaitu pelvis spuria (palsu) dan pelvis vera (asli). Pelvis spuria terletak di atas pintu atas pelvis dan tidak begitu penting. Pelvis vera meliputi pintu atas pelvis dan seluruh daerah yang terletak di bawahnya. Pelvis vera dikarang mempunyai pintu atas pelvis, satu tuangan, dan pintu ke luar, dan membentuk saluran yang melengkung yang dilewati fetus saat dilahirkan.
Pintu masuk pelvis atau sering juga dikenal sebagai pintu atas pelvis, bentuknya pada wanita normal hampir bulat, dan padanya dapat diperlihatkan delapan titik, meliputi: promotorium, ala sacralis, articulatio sacroiliaca, linea iliopectinea, eminenta iliopectinea, margo interna ramus superior ossis pubis, corpus ossis pubis, dan margi superior symphysis pubis.
Rongga atau dikenal juga sabagai cavitas pelvis meluas dari Pintu atas pelvis di sebelah atas sampai pintu ke luar pelvis di sebalah bawah. Rongga pevis ini dibentuk oleh lengkungan sacrum, dinding posteriornya sangat cekung. Dinding anteriornya dibentuk oleh symphysis pubis, sementara dinding lateralnya dibentuk oleh garis khayal yang ditarik melalui lubang sacrum, incisura ischiadica major, facies posterior acetabuli, foramen obturatorium, facies posterior ossis pubis, dan symphysis pubis posterior.
Sementara itu, pada bagian pintu bawah atau pintu bawah pelvis, terdapat batas margo inferior symphysis pubis, spina ischiadica, ligamentum sacrospinosum, dan margo inferior sacrum. Semua batasan ini merupakan titik yang tetap yang dapat berguna untuk pengukuran pelvis. Karena ujung coccyx dapat bergerak ke belakang dan ligamentumnya dapat meregang, maka rongga pelvis dapat bertambah luas untuk jalan fetus dan tidak seperti yang terlihat semula. Ruang yang terjadi ini dengan demikian dapat juga disebut sebagai pintu bawah obstetrik.

5.      Ukuran-Ukuran Pelvis1
Pada bagian pintu atas pelvis, terdapat beberapa diameter yang dapat diukur. Diantaranya terdapat diameter anteroposterior, diameter obliqua, diameter transversa dan diameter sacrocoty. Diameter anteroposterior sering juga disebut sebagai conjugate vera. Diameter ini dapat dikur dari jarak antara promontorium dengan bagian dalam margo superior sympysis pubis dan pada pelvis wanita normal jaraknya tidak boleh kurang dari 11cm. Sementara itu, diameter obliqua adalah jarak antara articulatio sacroiliaca dengan eminentia iliopectinea yang bersebrangan, jaraknya pada wanita normal tidak boleh kurang dari 12cm. Diameter transversa ialah jarak yang terpanjang antara dua titik pada pintu atas dan harus sepanjang 13cm. Pada pelvis wanita, diameter ini lurus melintasi pusat pintu atas. Diameter sacrocortyloidea dapat diambil antara promontorium dengan salah satu eminentia iliopectinea dan paling tidak panjangnya harus 9,5cm.
Pada bagian rongga pelvis, terdapat juga beberapa diameter yang dapat diukur. Misalnya saja diameter anteroposterio yang dapat dikur dari persatuan vertebra sacralis ke 2 dan 3 ke titik tengah symphysis pubis. Diameter obliqua diukur setinggi sama dengan pelvis seperti diameter anteroposterior dan berjalan sejajar dengan diameter obliqua pintu atas pelvis. Diameter transversa adalah suatu ukuran yang diambil antara kedua titik yang terpisah paling jauh pada dinding lateral pelvis, tetapi karena rongga tersebut bulat maka semua diamter tentu sama dan panjangnya paling tidak 12cm.
Kemudian, pada bagian pintu bawah pelvis, diameter anteroposterior yang diukur dari tepi bahwah symphysis pubis ke tepi bawah sacrum seharusnya berukuran tidak kurang dari 12,5cm. Untuk diameter obliqua diangap terletak sejajar dengan diamter obliqua pintu atas pelvis dan rongga pelvis. Diameter transversa dibentangkan antara kedua tuber ischiadium atau spina ischiadica dengan ukuran 11cm.
Selain ukuran-ukuran diatas, ada juga dua ukuran lain yaitu kunjugata diagonalis dan konjugata obstetrik. Diamana konjugata diagonalis dapat dinilai dengan pemeriksaan vagina dan menujukkan ukuran pintu atas pelvi, merupakan jarak antara tepi bawah symphysis pubis dengan promontorium. Untuk konjugata obstetrik adalah ukuran yang dibuat antara permukaan daam, di tengah-tengah symphysis pubis dengan promontorium.

6.      Bentuk-Bentuk Pelvis
Ada empat bentuk pelvis utama yaitu ginekoid, android, paltipeloid dan antropoid. Selain bentuk-bentuk pelvis yang demikian ada pula bentuk-bentuk lain seperti robert nagele, justo-minor, dan pelvis panjang.Pelvis ginekoid mempunyai bentuk bulat atau oval dengan segmen anterior dan posterior membulat baik.5 Pelvis ini mempunya sacrum yang melengkung dengan baik, selain itu spina ischiadica bersifat tumpul, serta arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepada, dengan bagian yang paling buat di depan, dan perentasi ini merupakan letak yang paling menguntungkan pada permulaan persalinan. Pelvis ini menggambarkan pelvis normal wanita dan didapati pada 45% wanita.
Pelvis android mempunyai bentuk seperti bahi atau jantung, dengan diameter transversa terlebar lebih dekat ke sakrum. Segmen posterior pelvis android pendek dan rata serta segmen anterior sempit. Karena pelvis ini bagian depannya sempit, maka pintu ke luar yaitu pada kedua ramus pubis inferior bertemu, membentuk sudut yang jauh lebih tajam. Dengan demikian, membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan. Pelvis ini juga sering dikatakan sebagai pelvis yang terdapat pada laki-laki, dengan berat tulang melebihi berat pada pelvis wanita. Tipe pelvis ini didapati pada 15% wanita.5
Pelvis paltipeloid disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis atau pun faktor herediter. Keadaan semikian sering ditemukan pada wanita-wanita Afrika, mungkin tidak hanya karena faktor diet yang buruk, tetapi juga kebiasaan membawa beban berat di kepada pada masa perkembangan. Pelvis ini memiliki diameter anteroposterior yang pendek, tetapi diameter transversanya lebih panjang, sehingga memberikan pintu masuk yang berbentuk ginjal atau kacang kara. Karena pelvis ini dangkal, maka kedua ramus inferior pubis bertemu dengan membentuk sudut yang sangat besar untuk membentuk arcus pubis sangat besar, dengan demikian mempunyai pintu ke luar yang cukup luas.1 Bentuk pelvis yang demikian kira-kira dimiliki oleh 35% wanita.
Bentuk berikutnya adalah bentuk antropoid. Bentuk seperti ini biasanya dapat ditemukan pada wanita Kaukasia dan juga wanita Afrika Selatan. Pintu atasnya berbentuk oval, namun mempunyai diamter anteroposterior yang panjang, dengan diameter transversa lebih pendek.1 Pelvis ini mepunyai pendataran jelas dimensi anteroposterior. Bentuk pelvis yang demikian tidak lazim ditemui, sebab hanya timbul pada kurang dari 5% wanita.5

7.      Alat-Alat Rongga Panggul
Alat-alat panggul adalah alat-alat yang terletak di dalam rongga panggul dan terfiksasi di dalam rongga tersebut. Alat-alat panggul dapat dibedakan menjadi colon sigmoideum, rectum, vesica urinaria, prostat (pada laki-laki), vesikula seminalis (pada laki-laki), uterus (pada wanita), tuba-ovarium (pada wanita), dan vagina (pada wanita).
Baik colon sigmoid maupun rectum adalah bagian yang telah lebih dahulu di pelajari pada sistem digestivus. Colon sigmoid atau pelvicus memiliki beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sacrum tepatnya berhubungan dengan rectum. Rectum sendiri dimulai dari pertengah sacrum dan berakhir pada canalis analis.6
Vesica urinaria yang kosong terletak di dalam cavitas pelvis dengan dasar (basis) berada pada separo bagian atas vagian dan puncaknya (apex) menghadap ke arah symphysis pubis. Bila vesica urinaria terisi urin, maka vesica urinaria akan meninggi dan lebih tinggi dari cavitas pelvis dan akan menjadi oragan abdomen dan apabila penuh dapat diraba (dipalpasi) di atas symphysis pubis. Bila vesica urinaria ini meninggi, maka akan menggeser letak corpus uteri.5
Prostat merupakan tempat lewatnya ureta proksimal dan melekat pada leher kandung kemih dan simfisis pubis. Bagian distal, prostst terletak pada diafragma pelvis, dimana terdapat spinter urinari volunter. Vesika seminalis berada di belakang kadung kemih, di samping dari ampula vas deferens.7
Uterus terletak di dalam rongga pelvis di antara rektum dan kandung kemih. Umumnya uterus terfleksi ke depan dan teranteversi sehingga letaknya hampir horisontal di atas kandung kemih. Pada beberapa perempuan, uterus secara norma dapat teretrofleksi dan teretoversi sehingga menindih rektum. Tuba uteri atau juga dikenal sebagai tuba fallopii ditopang oleh ligamen besar pada uterus. Salah satu ujungnya melekat pada uterus dan ujung lainnya membuka ke dalam rongga pelvis. Terakhir, vagina yang merupakan jalan lahir bayi dan aliran mestruasi, mengahadap uterus dari vestibula genitalia eksterna dan terletak antara kandung kemih dan uretra di sisi anterior dan rektum di sisi posterior.8

Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini, kasus yang diterima adalah: seorang ibu A sedang hamil 9 bulan datang ke klinik bersalin karena dirasakan akan melahirkan anaknya yang pertama. Selama ini ibu tersebut belum pernah memeriksakan kehamilannya. Karena belum lahir juga sesuai perhitungan dokter maka dilakuakan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata ibu A mempunyai panggul yang sempit.
Panggul sempit sendiri dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara anatomi berati panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal.
Seperti yang telah kita bahas diatas, panggul terdiri dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul, dimana masing-masing dari bagian tersebut memiliki ukuran-ukuran tertentu. Apabila ternyata panggul seorang wanita mengalami kekurangan 1cm atau lebih pada satu atau lebih bagiannya, maka bisa dikatakan memiliki panggul yang sempit. Panggul sempit dapat menggangu proses kelahiran fetus. Pada kasus, ibu A ternyata memiliki panggul yang sempit sehingga sulit untuk melahirkan walaupun usia kehamilannya sudah cukup. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa memiiki panggul yang sempit bukanlah faktor satu-satunya seorang wanita tidak dapat melahirkan, tetapi juga dapat disebabkan oleh bayi dengan ukuran yang besar.
Ukuran dan bentuk panggul yang normal bagi seorang wanita untuk melahirkan adalah panggul ginekoid. Panggul ini mempunyai bentuk bulat atau oval dengan segmen anterior-posterior membulat baik, sacrum yang melengkung dengan baik, selain itu spina ischiadica bersifat tumpul, serta arcus pubis mempunyai sudut yang membulat.

Kesimpulan
Hipotesis yang disusun kelompok adalah sebagai berikut: ibu dengan kehamilan cukup belum juga melahirkan disebabkan karena memiliki panggul sempit. Hipotesis ini sebenarnya kurang lengkap, namun dapat dibenarkan. Sebab ukuran panggul yang sempit memang dapat menyebabkan seorang wanita belum juga dapat melahirkan meskipun sudah cukup usia kehamilannya. Ukuran panggul haruslah sesuai dengan normal atau bisa dikatakan memiliki bentuk seperti panggul ginekoid. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga, bawasannya tidak hanya panggul sempit yang menjadi faktor sulitnya proses kelahiran, tetapi juga ukuran bayi dapat menjadi faktor lainnya.

Daftar Pustaka
1.      Verralls S. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
2.      Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
3.      Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2008.
4.      Putz R, Pabst R. Sobotta atlas of human anatomy. Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
5.      Supriadi T, Gunawan J. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.
6.      Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
7.      Schwarts, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.

8.      Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.



DAPATKAN UANG 
DENGAN KERJA ONLINE
Kunjungi: Money4visits

Thx for your visits :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar