Minggu, 25 Agustus 2013

PBL Blok 9: Sistem Pencernaan Pada Tubuh Manusia


Pendahuluan
Tubuh manusia memerlukan energi untuk dapat terus melakukan metabolisme. Energi-energi tersebut didapat dari konsumsi makanan yang berada dari luar tubuh. Agar makanan tersebut dapat diserap dengan baik, diperlukan proses pencernaan. Proses pencernaan mengubah makanan dari molekul-molekul besar menjadi molekul kecil yang dapat diserap dan dibawa oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Untuk melakukan proses pencernaan ini dibutuhkan saluran-saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, anus) dan juga organ-organ pencernaan tambahan (hati, kandung empedu, pankreas, kelenjar ludah, gigi, lidah). Hasil akhir dari pencernaan yang dilakukan dalam tubuh manusia berupa feses yang dikeluarkan melalui proses defekasi. Apabila terjadi penundaan proses defekasi, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi konstipasi, dimana feses sulit untuk dikeluarkan.
Pada makalah kali ini, akan dibahas sistem pencernaan mulai dari lambung hingga ke anus dan turut membahas organ-orang pencernaan tambahan yang meliputi hati-pankreas-kandung empedu. Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi maupun histologi dari sistem pencernaan, mekanisme pencernaan, fungsi masing-masing saluran dan organ pencernaan, enzim-enzim apa saja yang berperan dalam melakukan proses pencernaan, dan apa yang akan terjadi jika tubuh mengalami defisiansi serat dan air.

Pembahasan
1.      Sistem Pencernaan
Selain sistem respirasi, sistem kardiovaskular, di dalam tubuh manusia juga terdapat sistem pencernaan atau sering dikenal dengan istilah sistem digestive. Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan sumber energi yang digunakan sel untuk menghasilkan ATP. Nantinya, ATP tersebut akan digunakan untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, seperti transpor aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi. Selain sebagai sumber energi, makanan yang masuk ke dalam tubuh juga menjadi bahan baku untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.1
Makanan mula-mula harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi, dari molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi untuk didstribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, 95% dari makanan yang ditelan dapat digunakan oleh tubuh.1
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pencernaa tambahan. Saluran pencernaan yang dimaksud terdiri dari mulut, faring, esophagus, gaster/lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Sementara itu organ-organ pencernaan tambahan meliputi lidah, gigi, kelenjar-kelenjar liur, pankreas, hati, dan kadung empedu. Pada makalah kali ini, bagian dari sistem pencernaan yang akan dibahas secara lebih khusus adalah gaster, usus halus, usus besar, pankreas, hati, kadung empedu, dan anus.

2.      Struktur Anatomi SistemPencernaan
2.1  Gaster / Lambung
Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak di antara ujung esofagus dan pangkal usus halus. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh perubahan di dalam rongga abdomen dan oleh isi lambung, tetapi lambung berada di bahwa diafragma, agak ke kiri dari garis tengah.2
Lambung berbentuk seperti huruf J dan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan perbendaan anatomik, histologis, dan fungsional. Ketiga bagian tersebut adalah fundus, korpus, dan antrum. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah lambung yaitu bagian antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal.1
Organ ini mempunyai dua kurvatura. Kurvatura minor membentuk batas kanan atau posterior lambung. Kurvatura mayor diarahkan terutama ke depan dan bentuk pertama arkus ke atas dan ke kiri untuk membentuk fundus lambug, kemudian berjalan ke bawah dan akhirnya memutar ke kanan, ke titik dimana ia bergung deng duodenum. Kapasistas lambung orang dewasa kira-kira 1,5L.2
Lubang bagian atas esofagus disebut orifisium jantung dan serat otot sirkular esofagus agak lebih tipis pada titik ini dan mengandung otot sfingter yang lemah, sfingter tersebut disebut sebagai sfingter gastroesofagus. Lubang bagian bawah, ke dalam duodenum, disebut orifisum pilorus dan dilindungi oleh sfingter pilorik atau sfingter pilorus kuat yang mencegah regurgitasi makanan dari duodenum ke dalam lambung.2

2.2  Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo-kolikam tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus halus mengisi sebagian besar rongga abdomen dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.3
2.2.1        Duodenum
Duodenum atau dikenal dengan sebutan usus duabelas jari adalah saluran berbentuk C, panjangnya sekitar 25cum, pada bagian belakang abdomen, mengitari caput pankreas.4 Duodenum merupakan bagian terpendek dari susu halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamen Treitz. Duodenum terdiri dari empat bagian, yaitu pars superior duodeni, pars descendens duodeni, pars inferior duodeni, dan pars ascendes duodeni.
2.2.2        Jejunum
Jejunum atau usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, yang terletak diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian dari jejunum.
2.2.3        Ileum
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

2.3  Usus Besar
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum membentuk kantung buntu di bawah pertemuan antaa usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjulan kecil seperti jari di dasar sekum adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit.1 Apendiks memiliki lumen yang sempit. Apendiks berhubungan dengan mesenterium ileum oleh mesenterium pendek berbentuk segitiga yang di dalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular.4
Kolon, yang membentuk sebagain besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus tetapi terdiri dari tiga bagian relatif lurus, yaitu kolon asendens, kolon transversum, dan kolon desendens. Bagian terakhir kolon desendens membentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid, kemudian lurus membentuk rektum.1
Kolon ascendens membentang dari caecum pada fossa iliaca dextra ke sisi kanan abdomen sampai flexura colica dextra di bawah lobus hepatis dexter. Pada flexura colica dextra kolon membelok ke kiri dengan tajam dan menyilangi abdomen sebagai kolon transversum dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus, dan baik pada sisi kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien. Pada flexura colica sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri absdomen sampai tepi pelvis, tempat colon berlanjut sebagai colon sigmoid. Colon sigmoid memiliki beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sekum tepatnya berhubungan dengan rektum.4
Rektum memiliki panjang seitar 12cm dn mendapat namanya karena berbentuk lurus atau hampir lurus. Rektum dimulai pada pertengaha sakrum dan berakhir pada canalis analis. Hubungan rektum pada bagian posterior adalah setengah bawah sakrum dan coccygeus, lateral dengan musculus levator ani, anterior pria dengan vesica uriaria- vesicula seminalis- galndula prostatica, dan anterior wanita dengan cervix uteri serta vagina.4

2.4  Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.

2.5  Hati
Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1550gr. Hepar berwarna merah coklat, sangat vaskular dan lunak. Hepar berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, dilindungi oleh cartilago costalis; tepi bahwanya mencapai garis cartilago costalis tetapi tepi hepar yang sehat tidak dapat teraba.4
Hepar dipertahankan dalam posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan oleh logamentum perotineum. Permukaan anatanya yang licin membulat terletak di bawah diafragma. Facies viseralisnya terletak diatas lambung, duodenum, flexura hepatica colon, ginjal kanan, dan kelenjar adrenal kanan.4 Lobus hepar dibagi menjadi lobus kanan (dekstra) dan lobus kiri (sinistra), selain itu terdapat juga lobus caudatus.

2.6  Kadung Empedu
Kadung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang berada di permukaan bawah lobus kanan hati. Dari kadung empedu ini duktus sistikus, yang panjangnya sekitar 3 sampai 4cm, berjalan ke belakang dan ke bawah untuk menyatu dengan duktus hepatikus komunis dan bersama-sama membentuk duktus empedu. Bila empedu, yang disekresikan oleh hati tidak segera diperlukan untuk pencernaan, empedu ini melewati duktus sistikus masuk ke dalam kadung empedu dimana keduanya disimpan.2

2.7  Pankreas
Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri dari caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, corpus, dan cauda (yang mencapai lien). Terdiri dari sel yang menyekresi getah pankreas dan pulau sel intraalveoli, di sebut juga pulau-pulau Langerhans. Getah melalui duktus yang melewati panjang kelenjar utuk bergabung, pada caput kelenjar, dengan duktus biliaris, duktuss membuka bersama ke dalam duodenum. Getah pankreas adalah cairan pencernaan.4

3.      Struktur Histologi Sistem Pencernaan
3.1  Gaster / Lambung
Ada tiga lapisan jaringan dasar pada struktur histologi lambung, yaitu mukosa, submukosa, dan jaringa muskularis beserta modifikasinya.5 Lambung dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cardia, fundus, dan pilorus. Pada bagian fundus, lapisan mukosa lambung dilapisi epitel selapis torak. Sumur-sumur lambung juga erdapat di sini berupa celah diantara dua tonjolan mukosa. Pada dasar sumur terdapat muara kelenjar kubah (kelenjar fundus) yang biasanya merupakan kelenjar tubulosa simpleks dan lurus-lurus.
Dapat ditemukan 4 macam sel pada bagian ini, yaitu sel mukus leher, sel parietal, sel chief, dan sel argentafin. Pada bagian pilorus, epitel yang melapisinya sama dengan epitel kubah yaitu selapis torak. Pilorus mempunyai sumur-sumur lambung yang dalam. Di dalam lamina propia terdapat nodulus limfatikus yang kadang-kadang meluas sampai ke lapisan submukosa. Lapisan otot yang melingkar amat tebal karena membentuk otot lingkar yaitu sfingter pilorus.




3.2  Usus Halus
Usus halus terdiri atas tiga daerah yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Tunika mukosa usus halus memperlihatkan lipatan yang disebut dengan vili intestinal. Pada tunika submukosa tampak lipatan spiral yang disebut dengan plika sirkularis. Pada pembahasan kali ini, ketiga daerah tersebut akan dibahas satu per satu.
3.2.1        Duodenum
Pada duodenum, lapisan mukosa diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai mikrovili dan sel piala. Sel piala disini belum begiu banyak. Mukosa mempunyai vili intestinal yang gemuk-gemuk. Lamina propia terdapat di bawah epitel vili maupun kriptus Lieberkuhn. Lapisan otot mukosa tidak ikut membentuk vili intestial. Lapisan submukosa dipenuhi kelenjar Burnner. Lapisan otot terdiri atas lapisan lingkar dan mamanjang, dan dianataranya terdapat pleksus saraf.
3.2.2        Jejunum
Pada jejunum, lapisan mukosanya mirip dengan duodenum tetapi vilusnya lebih langsung dan sel gobletnya lebih banyak. Pada dasarnya kriptus dapat ditemukan sel paneth, berupa sel berbentuk limas dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah. Lapisan submukosa disini tidak terdapat kelenjar.
3.2.3        Ileum
Lapisan mukosa pada ileum seperti jejunum tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di dalam lamina propia terdapat kelompok nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus ang disebut plaque peyeri yang dapat terliht meluas ke dalam submukosa. Lapisan submukosa terdiri tas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissner di dalamnya dan tidak mempunyai kelenjar.

3.3  Usus Besar
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum, dimana nantinya raktum akan berlanjut ke anus. Pada kolon usus besar, lapisan mukosa mempunyai bangunan mirip vilus tetapi itu bukan vilus, itu adalah potongan kriptus liberkuhn. Kadang-kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus di dalam lamina propia. Lapisan otot mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan lapisan submukosa. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang yang di dalamnya dapat ditemukan pleksus meissner. Umbai cacing atau dikenal juga dengan appendix lapisan mukosanya seperti usus lainnya, yaitu epitel selapos torak yang mempunyai sel goblet. Terdapat banyak nodulus limfatikus di dalam lamina propia yang memenuhi sekeliling dindingnya.

3.4  Hati
Pada struktur histologi hati, dapat dikenali vena sentralis yang biasanya terletak di tengah lobulus. Di luar vena sentralis terdapat deretan sel-sel hati yang tersusun baik jari-hari mengarah ke jaringan interlobularis. Dianatara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang bermura ke dalam vena sentralis tadi. Saluran herring merupakan duktus biliaris intralobular, letaknya di tepi lobulus.
Didalam jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya dilapisi epitel selapis atau berlapos kubis. Pada salah satu sudut jaringan interlobularis biasanya dapat ditemukan duktur biliaris, arteriol cabang A.hepatika, cenul cabang V.porta. daerah ini disebut degan segitiga kiernan.

3.5  Kadung Empedu
Lapisan mukosanya dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak mempunyai sel piala. Epitel bersama lamina propia membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina propia terdapat bangunan-bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama dengan epitel mukosa. Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky Ashoff. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dijumpai sisa-sisa saluran keluar emedu yang rudimenter dan disebut duktus aberans Luschka.
3.6  Pankreas
Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin mirip dengan kelenjar parotis. Pars terminalis kelenjar berupa asinus. Di dalam asinus sering dijumpai sel sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Duktus sekretorius jarang atau sedikit jumlahnya.

4.      Fungsi Organ-Organ Pencernaan
4.1  Gaster / Lambung1
Fungsi lambung yang pertama dan yang terpenting adalah menyimpan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Diperlukan waktu beberapa jam untuk mencerna dan menyerap satu porsi makanan yang dikonsumsi hanya dalam bilangan menit. Karna usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan, maka lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya secara mencicil ke duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus.
Fungsi yang kedua adalah untuk memproduksi kimus. Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan kental yang dikenal seagai kimus. Isi lambung harus diubah mejadi kimus sebelum dapat dialirkan ke duodenum. Fungsi yang terakhir adalah untuk digesti protein. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang dapat memicu pencernaan protein.
4.2  Usus Halus4
 Usus halus memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah untuk mensekresi cairan usus, menerima empedu dan getah pankreas untuk melakukan pencernaan makanan. Getah usus dan pankreas yang mengandung enzim dapat mengubah protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi glukosa-maltosa-galaktosa, lemak menjadi asam lemak-gliserol (dengan bantuan garam empedu di dalam empedu yang dikeluarkan ke dalam empedu oleh kontraksi kantong empedu).
Pencernaan menjadi lengkap setelah makanan dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana dan diserap melalui dinding usus halus ke dalam darah atau limfe. Selain menyerap hasil pecahan makanan, usus halus juga menyerap air, garam dan vitamin. Gerakan isi usus sepanjang usus oleh kontraksi segmental pendek dan gelombang rush yang menggerakan isis sepanjang usus lebih cepat.
4.3  Usus Besar3
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Bila isi usu halus mencapai sekum maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sisinya cair. Selama perjalanan di dalam kolon isisnya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak. Diperlukan waktu kira-kira enam belas sampai dua puluh jam bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid.
Fungsi kolon dapat diringkas sebagai berikut, yaitu untuk absorpsi air-garam-glokosa, sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam, penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi. Fungsi paling akhirnya nanti berujung pada proses defekasi atau pembuangan air besar.
4.4  Hati2
Fungsi hati terdiri atas tiga bagian yaitu fungsi metabolik, penyimpanan, dan sekresi. Fungsi metabolik meliputi hal-hal berikut ini: lemak yang disimpan dipecah-pecah untuk membentuk energi (proses desaturasi), kelebihan asam amino dipecah dan diubah menjadi urea, obat-obatan dan racun didetoksifikasi, vitamin A disintesis dari karoten, plasma protein disentesisi, sel-sel jaringan yang dipakai dipecah untuk membentuk asam urat dan urea, kelebihan karbohodrat diubah menjadi lemak untuk disimpan, protombin dan fibrinogen disintesis dari asam amino, antibodi dan antitoksin diperoduksi, terakhir heparin diproduksi.
Sementara fungsi penyimpanan meliputi: penyimpan vitamin A dan D, faktor anti-anemia, zar besi dari diet dan dari sel darah yang telah dipakai, terakhir sebagai penyimpanan glikogen yang dapat diubah kembali menjadi glukosa. Fungsi sekresi meliputi sekresi empedu yang dibentuk dari unsur-unsur yang dipecah oleh darah.
4.5  Kandung Empedu3
Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Juga melakukan fungsi penting yaitu getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. Di dalam waktu setengah jam setelah makanan masuk, segera sesudah sfinker oddi mengendor untuk mengizinkan getah emedu masuk duodenum, kandung empedu berkontraksi. Dengan demikian aliran getah empedu tidak kontiyu, tetapi sesuai dengan selang pencernaan bila makanan masuk ke duodenum.
4.6  Pankreas6
Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin. Fungsi eksokrin pankreas berkaitan dengan sintesis dan pengeluaran enzim-enzim pencernaan dan larutan natrium bikarbonat dari sel-sel khusus pankreas yang disebut sel asinus (acini). Sel-sel asinus mengeluarkan isinya ke dalam duktus pankreatik. Dari duktus pankreatik, enzim dan larutan bikarbonat mengalir melewati sfingter oddi masuk ke bagian pertama dari susu halus, yaitu duodenum.
Enzim pankreatik dan larutan bikarbonat berperan dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan di usus halus. Sementara itu, fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan hormon insulin, glukagon, da somatostatin. Hormon ini masing-masing diproduksi oleh sel-sel khusus yang berbeda di pankreas, yang disebut pulau Langerhans.

5.      Empat Proses Pencernaan Dasar1
5.1  Motilitas
Kata motilitas menunjuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong maju isi saluran cerna. Saluran cerna disusun oleh otot polos yang mempertahankan suatu kontraksi tingkat rendah yang menetap yang dikenal sebagai tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran cerna utuk mencegah dindingnya teregang permanan setelah mengalami distensi.
Terdapat dua tipe dasar motilitas yaitu gerakan mendorong (propulsif) dan gerakan mencampur. Gerakan mendorong maju isi saluran cerna, dengan kecepatan pergerakan bervariasi bergantung pada dungsi yang dilakukan oleh berbagai bagian sauran cerna. Pada esofagus, gerakan ini berlangsung sangat cepat.
Sementara itu, gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, dengan mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan ini meningkatkan pencernaan makanan. Kedua, gerakan ini mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi saluran cerna ke permukaan serap saluran cerna.
5.2  Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran cerna oleh kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konsituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan, misalnya enzim, gram empedu, atau mukus. Sekresi semua getah pencernaan memerlukan energi, baik untuk transpor aktif sebagai bahan mentah ke dalam sel maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh retikulum endoplasma.
5.3  Pencernaan
Manusia mengkonsumsi tiga kategori biokimiawi bahan makanan kaya energi yaitu karbohidrat, protein dan juga lemak. Dasar dari proses pencernaan ini adalah untuk memecah molekul-molekul besar yang tidak dapat melewati membran plasma menjadi molekul-molekul kecil untuk dapat diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah. Perubahan molekul besar menjadi kecil ini dibantu oleh enzim-enzim yang diproduksi di dalam sistem pencernaan.
Sebagain besar karbohidrat yang kita telan berada dalam bentuk polisakarida yang terdiri dari rantai-rantai molekul glukosa yang saling berikatan. Selulosa adalah polisakarida lain dalam makanan yang ditemukan di dinding tumbuhan yang tidak dapat dicerna menjadi monosakarida, karena itu karbohidrat ini membentuk serat yang tidak tercerna. Selain bentuk polisakarida, sumber karbohidrat lain yang lebih sedikit dalam makanan adalah dalam bentuk disakarida termaksuk sukrosa dan laktosa. Dalam prosesnya, kesemuanya harus diubah menjadi bentuk monosakarida (glukosa, fruktoa, galaktosa) agar dapat diserap.
Sementara itu, protein melalui proses pencernaan diuraikan menjadi asam amino konstituennya serta beberapa polipeptida kecil. Keduanya adalah satuan protein yang dapat diserap. Sebagai besar lemak dalam makanan berbentuk trigliserida, yaitu lemak netral yang terdiri dari satu molekul gliserol dengan tiga asam lemak. Dalam prosesnya, dua dari tiga molekul asam lemak tersebut terpisah, meninggalkan satu monogliserida, satu molekul gliserol dengan satu molekul asam lemak melekat padanya. Karena itu hasil akhirnya adalah monogliserida dan asam lemak bebas.
5.4  Penyerapan
Secara sederhana, proses penyerapan adalah proses dimana unit-unit kecil makanan yang dapat diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe. Di usus halus, terjadi sebagain besar penyerapan.

6.      Mekanisme Lambung1
Kita telah mengetahui struktur anatomi maupun histologi serta fungsi dari lambung. Sekarang kita akan membahas bagaimana lambung melaksanakan fungsi-fusngi diatas berdasarkan keempat mekanisme dasar dari sistem pencernaan (motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan).
6.1  Motilitas Lambung
6.1.1        Pengisian
Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50ml tetapi volume lambung dapat bertambah hingga sekitar 1 liter saat makan. Lambung dapat terisi tanpa mengalami perubahan tegangan didndingnya melalui mekanisme berikut. Bagian interior lambung membentuk lipatan-lipatan dalam. Sewaktu makan, lipatan menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit meleas setiap kami makanan masuk. Relaksasi refleks lambung seaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung menampung volume makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung.
6.1.2        Penyimpanan
Sekelompok sel pemacu yang terletak di fundus bagian atas lambung menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter pilorus dengan frekuensi tiga kali per menit. Pola ritmik depolarisasi spontan ini (BER) terjadi terus menerus dan disertai oleh kontrkasi lapisan otot sirkular.
Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan sfigter pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus titpis maka kontraksi di bagian ini lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot disini lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung disimpan di bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran.
6.1.3        Pencampuran
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan sfigter ini nyaris tertutup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu kecil untuk kimus kental kejuali jika didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang kuat.
Dari sekitar 30 ml kimus yang dapat ditampung di antrum, biasanya hanya beberapa mililiter yang terdorong ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Masa kimus antrum yang sedang terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum tertahan mendadak di sfingter yang tertutup dan memantul balik ke antrum, hanya untuk didorong kembali ke sfingter dan memantuk balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan maju mundur ini disebut retropulsi yang berfungsi untuk mencampur kimus secara merata.
6.1.4        Pengosongan
Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong untuk mengosongkan isi lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum bergantung pada kekuatan peristalsis. Intensitas peristaltis antrum dipengaruhi oleh faktor lambung dan duodenum. Karena itu, pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi eksitabilitas lambung dengan sedikit mendepolarisasi atau menghiperpolarisasi otot polos lambung, yang kemudian dapat menentukan derajat akivitas peristaltik antrum.
Faktor lambung yang mempengaruhi adalah jumlah kimus dan derajat keenceran kimus. Jumlah kimus menimbulkan efek langsung pada eksitabilitas otot polos lambung, serta bekerja melalui pelksus intrinsik, saraf vagus dan gastrin. Akibatnya, peningkatan jumlah kimus merangsang motilitas dan pengosongan. Derajat keenceran memiliki efek langsung karena isi harus berbentuk cair sebelum dievakuasi. Semakin encer, maka semakin cepat pengosongannya. Faktor duodenum meliputi adanya lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan duodenum. Kesemuanya itu memulai refleks enterogastrik atau memicu pelepasan enterogastron. Faktor-fakto yang ada di duodenum ini menghambat motilitas dan pengosongan lambung lebih lanjut sampai duodenum mengatasi faktor-faktor yang ada.
6.2  Sekresi Lambung
Setiap hari lambung mensekresikan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang dibagi menjadi dua daerah berbeda. Daerah yang pertama adalah mukosa oksintik yang melapisi korpus dan fundus. Daerah kedua adalah daerah kelenjar pilorus yang melapisi antrum.
Di dinding foveola gastrika dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel sekretorik eksokrin lambung, yaitu sel mukus, chief cell, dan parietal sel. Sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-se ini mengelurkan mukus encer. Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell  yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen. Sel parietal mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.
6.3  Pencernaan Lambung
Dua proses pencernaan terpisah berlangsung di dalam lambung. Di korpus lambung, makanan berada dalam keadaan setengah padat karena kontraksi peristaltik di bagian ini terlalu lemah untuk melakukan pencampuran. Karena di korpus lambung makanan tidak dicampur maka disini tidak berlangsung banyak pencernaan proterin.
Namun, di bagian dalam masa makanan, pencernaan karbohidrat berlanjut dibawah pengaruh amilase liur. Meskipun asam menginaktifkan amilase liur, namun bagian dalam masa makanan yang tidak tercampur, bebas dari asam. Pencernaan pleh getah lambung itu sendiri berlangsung di antrum lambung, tempat makanan dicampur merata dengan HCl dan pepsin, yang mengawali pencernaan protein.
6.4  Penyerapan Lambung
Tidak ada makanan atau air yang diserap ke dalam darah melalui mukosa lambung. Namun, dua bahan non-nutrien dapat diserap langsung dari lambung. Kedua bahan tersebu adalah etil alkohol dan aspirin. Alkohol bersifat agak larut lemak sehingga zat ini dapat berdifusi melalui membran lemak sel epotel yang melapisi bagian dalam lambung dan dapat masuk ke darah melalui kapiler submukosa.

7.      Mekanisme Pankreas
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dri dua komponen yaitu yang pertama, enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori makanan yaitu: enzim proteolitik (mencerna protein), amilase pankreas (mencerna karbohidrat), dan lipase pankreas (mencerna lemak). Kedua, lauran cair basa yang secara ktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat (NaHCO3).
Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal pada lingkungan yang netral atau sedikit basa, namun isi lambung yang sangat asam dialirkan ke dalam lumen duodenum di dekat tepat keluarnya enzim pankreas ke dalam duodenum. Kimus asam tersebuh harus cepat dinetralkan. Disinilah fungsi dari NaHCO3 dipergunakan. Cairan basa (NaHCO3) menetralkan kimus asam sewaktu kimus masuk ke dalam duodenum dari lambung.

8.      Mekanisme Hati dan Kandung Empedu
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpeting di tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris, berjalan di antara sel-sel di dalam setiap lempeng hati. Hepatosit terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis ini, yang mengangkut empedu ke duktur biliaris. Duktus biliaris dari beberbagai loulus menyatu untuk akhirnya membentuk duktus biliaris komunis, yang mengangkut empedu dari hati ke duodenum.
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, yang mencegah empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam kandung empedu. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di kandung empedu diantara waktu makan. Setelah makan, emepdu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekeresi empedu oleh hati.
Empedu mengandung beberapa konstitiuen organik, yaitu garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO3 pankreas. Garam empedu adalah turunan kolesterol. Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek deterjennya, dimana ia akan mengubah globulus-globulus lemak besar menjadi emulsi lemak (butir lemak kecil yang ada di kimus).
Garam ini secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum bersama dengan konsituen empedu lainnya. Setelah ikut dalam pencernaan dan penyerapan lemak, sebagian besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme transpor aktif khusus yang terletak di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke hati. Daur ulang empedu ini disebut sirkulasi enterohepatik.

9.      Mekanisme Usus Halus
9.1  Motilitas Usus Halus
9.1.1        Segmentasi
Segmentasi merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan, yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Segementasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin disepanjang usus halus. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat segmen-segmen yang berkontrasi melemas dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas.
Kontraksi baru mendorong kimuss di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua egmen yang berkontraksi tepat di belakang dan depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi meleas kembali berganti. Dengan cara ini kimus dipotong, digilng dan dicampur secara merata. Fungsi dari proses segmentasi ini adalah untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memanjankan semua kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus.
9.1.2        Migrating Motility Complex
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan diganti di antara waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas disini berbentuk gelombang peristaltik leemah berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke hilir sebelum lenyap. Gelombang peristaltik ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai 150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari lambung ke ujung usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan sebelumnya.
9.2  Sekresi Usus Halus
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus (jus usus). Sekeresi meningkat setelah makan sebagai repons terhadap stimulasi lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus.
Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair menyerdiakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernan makanan oleh enzim. Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brush-border sel epotel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam lumen.
9.3  Pe ncernaan Usus Halus
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak di reduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino. Karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah seleai di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.
Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase (mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-laktase (menuntaskan pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponen asam aminonya).
9.4  Penyerapan Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain besar elektrolit, vitamin, dan air, normlnya diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya penyerapan kalsium dan bsi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak ayang akan dicerna dan diserap. Penyerapan sebagaian besar berlangsung di duodenum dan jejunum. 50% bagian dari usus halus dapat diangkat tanpa menyebabkan gangguan penyerapan, namun jika ileum terminal diangkat, maka akan terjadi gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.

10.  Mekanisme Usus Besar
10.1          Motilitas Usus Besar
10.1.1    Gerakan Mencampur (Haustrasi)
Umumnya gerakan usus besar belangsung lambat dan tidak mendorong sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan segemntasi susu halus tetapi terjadi jauh lebih jarang. Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu segmen yang semula meleas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara perlahan sementara bagian yang tadinya berkontrasi melemas secara bersamaan membentuk kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan mengaduknya masju-mundur sehingga isis kolon teroanjan ke mukosa penyerapan. Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks lokal yang melibatkan pleksus intrinsik.
10.1.2    Gerakan Massa
Tiga atau empat kali sehari, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat segmen-segmen besar kolon asendens dan transversum berkontraksi secara simultan, mendorong tinja sepertiga sampai seperempat panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi masif ini yang secara tepat dinamai gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi defikasi.
Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon, yang menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon. Ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu refleks-refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu defekasi.
10.1.3    Refleks Defekasi
Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang teradi di rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks defekasi. Refleks defekasi memicu sfingter ani internus (otot polos) melemas dan rekum serta kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus (otot rangka) juga melemas maka terjadi defekasi. Karena otot rangka, sfingter ani eksternus berada di bawah kontrol volunter, jika keadaan tidak memungkinkan untuk defekasi maka akan terjadi pengencangan sfingter ani eksternus secara segaja.
Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara perlahan melemas, dan keinginan unntuk buang air besar mereda sampai gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan rektum serta memicu refleks defekasi. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis tertutup secara bersamaan.

10.2          Sekresi Usus Besar
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperluka karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari laruan mukus basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari cederamekanis dan kimiawi. Mukus mempermudah feses bergerak, sementtara NaHCO3 menetralkan asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal.
10.3          Pencernaan Usus Besar
Dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim pencernaan. Bakteri kolon mampu mencerna sebagain selulosa namun untuk kepentingan metabolisme mereka sendiri.
10.4          Penyerpan Usus Besar
Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif, Cl- mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmotis. Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon. Melalui penyerapan garam dan H2O terbentuk massa tinja yang padat.
Tinja atau feses merupakan hasil akhir dari sistem pencernaan. Dimana feses terdiri dari 100gr H2O, 50gr bahan padat meliputi selulosa-bilirubin-bakteri-sejumlah kecil garam, dan residu makanan yang tidak diserap. Selain mengeluarkan feses, terdapat pula gas yang turut dikeluarkan yang disebut flatus.

11.  Enzim Sistem Pencernaan
Enzim merupkan katalis organik dan termasuk protein globular. Enzim bekerja melalui penggabungan dengan substrat pada suatu tempat aktif yang spesifik untuk membentuk suatu zat antara berupa kompleks enzim-substrat yang kemudian berdisosiasi menjadi enzim bebas dan produk (hasil rekasi).5
Dalam sistem pencernaan, terdapat sejumlah enzim yang digunakan untuk mengkatalis molekul-molekul makanan besar menjadi molekul-molekul kecil. Enzim-enzim tersebut digunakan untuk mencerna tiga bahan makanan utama yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Secara sederhana, enzim-enzim tersebut akan dipaparkan melalui table berikut ini.





Tabel 1. Enzim-Enzim Pencernaan5
Enzim
Sumber Sekresi
Aksi
Karbohidrat


Amilase saliva (ptialin)
Kelenjar saliva
Zat tepung à maltosa
Amilase pankreas
Pankreas
Zat tepung à disakarida dan maltosa
Maltase
Usus halus
Maltosa à glukosa
Sukrase
Usus halus
Sukrosa à glukosa dan fruktosa
Laktase
Usus halus
Laktosa à glukosa dan galaktosa

Protein


Pepsin
Lambung
Protein à Polipeptida
Tripsin
Pankreas
Protein dan peptida à pepetida yang lebih kecil
Kimotripsin
Pankreas
Protein dan peptida à peptida yang lebih kecil
Peptidase
Usus halus
Dipeptida à asam amino



Lemak


Lipase pankreas
Pankreas
(dengan garam empedu)
Trigiserida à monogliserida dan asam lemak
Lipase usus
Usus halus  
(dengan garam empedu)
Monogliserida à asam lemak dan gliserol

Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini, skenario yang didapat adalah sebagai berikut: bapak A 50 tahun datang berobat ke dokter dengan keluhan perut sebah (begah), sudah satu minggu tidak dapat BAB. Dari anamnesa diketahui bahwa Bapak tersebut kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta kurang minum.
Buang air besar atau mengeluarkan feses merupakan hasil akhir dari keseluruhan proses pencernaan. Feses dapat dikeluarkan melalui refleks defekasi seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan diatas. Namun, apabila defekasi ditunda terlalu maka maka dapat terjadi konstipasi atau yang umum dikenal sebagai sembelit (susah buang air besar). Konstipasi dapat juga didefinisikan sebagai defekasi yang tidak lebih sering dari tiga hari sekali.7 Ketika frekuensi defekasi berkurang maka bisa timbul gejala-gejala konstipasi yang mencangkup rasa tidak nyaman di abdomen (perasaan penuh-begah), nyeri kepala tumpul, hilangnya nafsu makan yang kadang disertai mual, dan depresi mental.1
Penyebab konstipasi beragam, diantaranya dikarenakan kurang serat dalam diet, kurang asupan cairan (kurang minum), cedera saraf spinalsi yang mempengaruhi sistem saraf ototnom, penyakit Hirschsprug, tumor, kadar progesteron tinggi yang menyebabkan penurunan motilitas saluran cerna, diabetes melitus, dehidrasi, obat-obatan, kelebihan penggunaan laksatif, mengabaikan keinginan untuk defekasi, dsb.
Bapak dalam kasus diatas tidak dapat BAB selama satu minggu atau dapat dikatakan mengalami konstipasi dikarenakan kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (diet serat) dan kurang minum, yang keduanya adalah penyebab dari konstipasi itu sendiri. Akibat kurang minum, tinja yang dihasilkan akan kering dan keras karena pada kolon terus terjadi penyerapan H2O. Akibatnya, feses akan sulit untuk dikeluarkan.

Kesimpulan
Hipotesis yang disusun pada PBL kali ini adalah sebagai berikut: perut sebah (begah) dan satu minggu tidak dapat BAB karena kurang mengkonsumsi sayur, buah, dan minum. Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, hipotesis tersebut dapat dibenarkan. Karena kurang mengkonsumsi sayur, buah, dan minum, adalah penyebab terjadinya konstipasi atau kesulitan BAB.

Daftar Pustaka
1.      Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
2.      Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.
3.      Pearce EC. Anatomi & fisiologi u.ps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005.
4.      Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
5.      Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
6.      Corwin E. Buku saku patofiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.468.

7.      Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.

DAPATKAN UANG 
DENGAN KERJA ONLINE
Kunjungi: Money4visits

Thx for your visits :)

1 komentar: