Abstrak
Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orangtua melengkapi
anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen adalah unit instruksi
untuk menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu. Gregor
Mendel dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk
menganalisis sifat genetik. Lewat percobaan kacang ercis (Pisum sativum), ia mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum
segregasi/hukum Mendel I) dan hukum pengelompokan bebas (hukum Mendel II).
Sayangnya, mutasi gen dapat mengakibatkan kelainan pewarisan sifat. Secara umum
kelainan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori: gangguan gen tunggal, ganguan
multifaktorial, dan abnormalitas kromosom. Gangguan gen tunggal (mendelian)
dapat dijelaskan dengan pola pewarisan menurut Mendel (autosomal dominan,
autosomal resesif, terkait seks, atau terbatas seks). Polidaktili (kelebihan
jumlah jari tangan) merupakan kelainan yang disebabkan oleh gen dominan pada
autosom (autosomal dominan). Karena sifatnya yang autosomal dominan, maka
kelainan ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat terjadi pada semua
lapisan generasi dengan prosetase berkisar antara 50% hingga 100% penderita.
Kata
kunci: pewarisan sifat, gen, hukum Mendel, kelainan pewarisan
sifat, polidaktili
Abstract
Inheritance of traits in humans because parents
complement their children with information which encoded in genes. Genes are
units of instruction to generate of influence a particular hereditary trait.
Gregor Mendel is known as the first to introduce a simple system for analyzing
genetic traits. Through experiments peas (Pisum sativum), he proposed the
concept of segregation (the law of segregation/Mendel’s first law) and law of
independent assortment (Mendel’s second law). Unfortunately, gene mutations can
cause inheritance abnormality. In general, these abnormalities are grouped into
three categories: single-gene disorders, multifactorial disorder, and
chromosomal abnormalities. Single gene disorders (Mendelian) can be explained
by Mendelian inheritance patterns (autosomal dominant, autosomal recessive, sex
linked or sex limited). Polidaktili (excess number of fingers) is a disorder
caused by an autosomal dominant gene (autosomal dominant). Due to its, an
autosomal dominant disorder not influenced by sex and can occur at all levels
with prosetase generation ranges from 50% to 100% of patients.
Keywords: inheritance, genes, Mendel's laws,
inheritance abnormality, polidaktili
Pendahuluan
Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah
terjadinya penurunan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya dan begitu
seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang menurunkan karakter rambut keriting
kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan mata birunya kepada anaknya.
Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orantua” melengkapi
anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Akan tetapi perlu
disadari bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasi-variasi tertentu yang
menciptakan keanekaragaman. Tokoh yang berjasa dalam mengembangkan teori
pewarisan sifat adalah Gregor Mendel, lewat dua hukum yang telah disusunnya
(Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II).
Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk
hidung, dsb, tidaklah berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat
menjadi masalah serius ketika gen-gen yang diwariskan menyebabkan kelainan
tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian. Polidaktili merupakan salah
satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Polidaktili membuat seseorang
memiliki jumlah jari tangan yang berlebih. Karena sifatnya yang autosomal
dominan, maka kelainan ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat
terjadi pada semua lapisan generasi dengan prosetase berkisar antara 50% hingga
100% penderita.
Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Ukrida dapat memahami segala hal yang berhubungan dengan gen serta
pewarisan sifat, dengan tetap terkait dengan hukum Mendel. Selain itu,
diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami kelainan-kelainan dalam
pewarisan sifat yang salah satunya dapat menyebabkan kelebihan jumlah tangan
pada manusia (polidaktili).
Pembahasan
1.
Gen
Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri
merupakan molekul panjang yang menyimpan informasi genetik. Total informasi
genetik yang disimpan dalam DNA suatu sel disebut dengan genom. Genom DNA
tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen tiulah terdapat informasi mengenai suatu
karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk menghasikan atau
mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu.2
Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan
“orangtua” melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Gen
terletak pada suatu ruang yang secara fisik ada pada kromosom, yang disebut
dengan lokus.3 Lokus pada kromosom dianalogikan seperti manik-manik
yang berjejer lurus pada seuntai benang.
Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya
ditulis dengan huruf kecil. Sementara itu, simbol gen yang menunjukkan karakter
dominan ditulis dengan huruf besar. Sebagai contohnya, karakter dwarf (cebol) yang resesif disimbolkan dengan huruf
“d”, sedangkan yang normal dominan disimbolkan dengan huruf “D”. 2
Konsep mengenai gen sendiri selalu berikatan dengan alel.
Alel disebut juga sebagai versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi
pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A berperan dalam menimbulkan karakter
pigmentasi kulit secara normal. Karena suatu hal, gen A mengalami mutasi
sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi menjadi a). 2
Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama
dari suatu kromosom dan kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut
dikatakan bersesuaian. Gen sealel tersebut harus diberi simbol dengan huruf
yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu huruf kecil). Bila pengaruh
kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya, maka ditulis
dengan huruf yang sama besar (misal:AA) dan disebut dengan alel identik yang
berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif, maka ditulis dengan
huruf yang sama kecil (misal:aa). Kemungkinan lain adalah munculnya heterozigot
(misal:Aa).2
Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan
suatu gen dapat dilakukan dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan
hubungan genetik antargenerasi. Dengan diagram silsilah, kita dapat
mengindentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks (genosom: X
atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram ini juga dapat dilihat
apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat
menjadi pembawa gen (karier) resesif yang dapat diwariskan ke generasi
berikutnya.4
2.
Hukum Mendel
Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel
dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk
menganalisis sifat genetik suatu jasad hidup.5 Gregor Mendel sendiri
lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian menjadi seorang biarawan. Mendel
diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan percobaan kacang ercis (Pisum sativum).6 Melalui
eksperimen tersebut, Mendel kemudian mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum
segregasi) yang juga dikenal dengan hukum Mendel I (the law of segregation) dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan
bebas Mendel).
2.1 Hukum Mendel I
(Hukum Segregasi)
Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan
alel akan bersegregasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan
menyatu lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga
sebagian gamet akan berisi gen ibu asli – lainnya berisi gen ayah asli.3,6
Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom
saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I.3 Hubungan antara hukum
tersebut dan perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah
Mendel mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya.6
Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan
persilangan monohibrid (persilangan
dengan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan beberapa kesimpulan,
kesimpulan yang pertama: galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel
AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila disilangkan, F1 akan
mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila
dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua mengatakan bahwa individu heterozigot
(F1) menghasilkan gamet-gamet setengahnya mempunyai alel dominan A
dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif a.7
Kesimpulan yang terakhir dari percobaan ini bahwa: dengan rekombinasi antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif dengan perbandingan (nisbah) fenotip 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Sementara perbenadingan genotip yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa).7
Gambar 1.
Prinsip Segregasi (Hukum Mendel I)7
2.2 Hukum Mendel
II (Hukum Pengelompokan Bebas)
Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus
akan bersegresi dengan bebas satu sama lain. Yaitu: jika dua pasang gen atau
lebih saling berhadapan, maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke
dalam gamet dengan bebas, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan
terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Syaratnya, gen tersebut tidak
berada dalam kromosom yang sama.3 Secara lebih sederhana, hukum
Mendel II mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas.
Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan
dihibrid (dengan dua atau lebih sifat) yang dapat di kenal, yang kemudian
menghasilkan kesimpulan dintaranya: pertama, alel yang mengatur karakter yang
berbeda (dua atau lebih sifat) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet.
Kedua, apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida,
perbandingan fenotip pada F2 adalah 9:3:3:1.7
Kesimpulan yang ketiga mengatakan bahwa uji silang dihibrid menghasilnya perbandingan 1:1:1:1. Keempat, makin banyak jumlah gen (pasangan alel) makin banyak jumlah kelas fenotip dan genotip pada F2. Terakhir, metode garis cabang dalam analisis genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotip dan genotip.7
Gambar 2.
Prinsip Hukum Mendel II7
3.
Kelainan Pewarisan Sifat (Kelainan Genetik)
Kelainan pewarisan sifat atau kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan
penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Kelainan genetik ini
disebabkan oleh mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang umumnya
tidak sempurna atau cacat.2
Secara umum gangguan ini dikelompokkan menjadi tiga
kategori, gangguan gen tunggal (disebabkan perubahan DNA untuk satu alel),
ganguan multifaktorial (perubahan gen dan faktor lingkungan), serta
abnormalitas kromosom.4 Pada pembahasan kali ini, akan lebih dititik
beratkan pada gangguan gen tunggal yang disebabkan perubahan DNA untuk satu
alel.
Gangguan gen tunggal (single
gene disorders) disebut juga dengan istilah Mendelian, sebagai penghargaan
terhadap Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui prinsip-prinsip yang
mendasari pewarisan gen tunggal. Ironisnya kemaknaan pekerjaan Mendel baru
diketahui lama setelah kematiannya, sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa
pengamatannya akhirnya terbukti memiliki peran yang sangat besar.8
Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan dengan pola
pewarisan menurut Mendel (misal, autosomal dominan, autosomal resesif, terkait
seks, atau terbatas seks). Dalam pembahasan kali ini akan lebih menitik
beratkan pada pewarisan kelainan autosomal dominan dan resesif. Pada pewarisan
autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran
fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada pewarisan autosomal
resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup untuk menimbulkan
gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun pada
heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul.9 Lebih lanjut materi terkait
penurunan autosom dominan dan resesif akan dibahas dibawah ini.
3.1 Pewarisan
Autosom Dominan
Seperti yang telah disebutkan diatas, pada pewarisan
autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran
fenotip atau ciri yang berbeda.9 Dengan kata lain, hadirnya gen
dominan dalam genotip menyebabkan penampakan sifat. Salah satu gangguan autosomal
dominan yang ringan adalah polidaktili.8 Contoh keadaan autosomal
dominan lainnya adalah akondroplasia, buta warna (kuning-biru), sindrom
Ehlers-Danlos, Chorea Huntington, sindrom Marfan, dsb.i
Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria. Untuk memudahkan melihat serta mengerti kriteria yang dimaksud, maka mari kita melihat contoh perislangan yang melibatkan gen autosomal dominan dibawah ini:
P : DD X dd P: Dd X dd
(homozigot – penderita) (normal) (hterozigot – penderita) (normal)
F1 : Dd=penderita (100%) F1: Dd
= penderita (50%); dd = normal (50%)
(heterozigot) (heterozigot) (heterozigot)
Dengan melihat contoh persilangan diatas, maka kita bisa
menyimpulkan kriteria dari pewarisan autosomal dominan antara lain: paling
sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali mutasi baru),
perkawinan homozigot-normal menghasilkan semua keturunan yang memiliki ciri
tersebut, perkawinan heterozigot-normal mengahasilkan 50% keturunan dengan ciri
tersebut, dan sebagain besar individu yang menunjukkan ciri ini akan merupakan
heterozigot.i
Gambar 3. Silsilah Polidaktili
Melalui contoh diatas, maka kita akan mengetahui bahwa
dalam pewarisan autosomal dominan, ditemuka kriteria lainnya yaitu: frekuensi
munculnya penderita akan sama banyak pada kedua jenis kelamin (laki-laki maupun
perempuan) dan diketahui bahwa penurunan autosom dominan akan muncul pada
setiap generasi.8
3.2 Pewarisan
Autosom Resesif
Pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena
dari satu pasang alel tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri
tertentu (yakni berbeda dari normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini
dapat muncul.9 Telah diketahui lebih dari 1500 kelainan autosomal
resesif.8 Contoh keadaan autosomal resesif adalah albino,
kondrodistrofi, miotonia, buta warna (total), fenilketonuria, dsb.9
Berikut ini beberapa kriteria pewarisan autosom resesif:
frekuensi munculnya ciri ini sama besar pada kedua jenis kelamin dan supaya
ciri muncul maka kedua orangtua harus merupakan pembawa (carrier). Apabila
dilakuakn proses persilangan, maka akan didapatkan hasil sebagai berikut: jika
kedua orangtuanya homozigot resesif, semua ketrunannya akan mempunyai ciri
tersebut. Sementara itu, jika kedua orangtua heterozigot kemungkinan keturunan
memiliki ciri tersebut mengikuti pola: 25% tidak terpengaruh, 50% sebagai
karier (heterozigot), 25% mempunyai ciri tersebut (homozigot).9
Gangguan autosomal resesif khusunya yang jarang,
menunjukkan peningkatan insiden pada keturunan dari orangtua yang mempunyai
pertalian keluarga (ayah dan ibu ada pertalian keluarga). Diperkirakan hampir
semua manusia membawa sekurang-kurangnya satu gen autosomal resesif yang rusak,
karena itu jika antara keluarga menikah maka ada resiko keduanya membawa satu
gen abnormal dari leluhurnya yang sama dan meneruskannya dalam dosis ganda
kepada seorang anak.8
4.
Kelainan Autosom Dominan: Polidaktili10
Gambar 3. Polidaktili, Salah Satu Kelainan Autosom Dominan
5.
Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini, kasus yang diterima adalah sebagai
berikut: seorang ibu melahirkan bayi dengan jumlah jari tangan yang berlebih
(12 buah). Dokter melihat ternyata jumlah jari tangan ibu normal, sedangkan
ayah memiliki jumlah jari tagan yang berlebih (12 buah).
Kelainan yang menyebabkan jumlah jari tangan berlebih
seperti pada kasus diatas disebut dengan polidaktili. Bedasarkan pada materi
yang telah dibahas diatas, polidaktili merupakan kelainan pewarisan sifat
(kelainan gen) yang disebabkan oleh gen dominan pada autosom (autosomal
dominan).
Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria.
Mari kita melihat satu persatu kriteria yang ada untuk membuktikan bahwa
polidaktili yang diderita bayi merupakan kelainan yang diturunkan dari generasi
sebelumnya (dalam hal ini ayah). Kriteria yang pertama mengatakan bahwa paling
sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (polidaktili), dari kasus dapat
kita temukan bahwa ayah menderita polidaktili.
Kriteria berikutnya dapat dibuktikan melalui persilangan
berikut ini: Jika gen dominan polidaktili dilambangkan P maka individu dengan
gen homozigot dominan (PP) dan heterozigot (Pp) akan menderita polidaktili.
Sementara itu, individu dengan gen homozigot resesif (pp) akan bersifat normal.
Pemisalan pertama (ayah memiliki gen homozigot – ibu
normal)
(polidaktili) (normal)
F1 : Pp
(100% polidaktili)
Bayi yang dilahirkan semuanya akan menderita polidaktili
Pemisalan kedua (ayah memiliki gen heterozigot – ibu
normal)
(polidaktili) (normal)
F1 : Pp ; pp
(50%
polidaktili) (50%
normal)
Bayi yang dilahirkan memiliki peluang 50% untuk menderita polidaktili, dan
bayi yang dilahirkan oleh si ibu ternyata menderita polidaktili.
Terakhir, kriteria penurunan autosom dominan adalah:
bahwa ciri tersebut akan muncul pada setiap generasi. Karena itulah, tidak
menutup kemungkinan bahwa bayi yang dilahirkan ibu akan menderita polidaktili.
Jadi, kelebihan jari tangan (polidaktili) yang diderita bayi merupakan kelainan
yang diturunkan oleh ayahnya.
Kesimpulan
Kelainan yang menyebabkan jumlah jari tangan berlebih
disebut dengan polidaktili. Polidaktili merupakan kelainan pewarisan sifat
(kelainan gen) yang disebabkan oleh gen dominan pada autosom (autosomal dominan).
Pewarisan autosomal dominan memiliki kriteria bahwa paling sedikit satu
orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali mutasi baru).
Kriteria lainnya adalah: perkawinan homozigot-normal
menghasilkan semua keturunan yang memiliki ciri tersebut, perkawinan
heterozigot-normal mengahasilkan 50% keturunan dengan ciri tersebut, sebagain
besar individu yang menunjukkan ciri ini akan merupakan heterozigot, frekuensi
munculnya penderita akan sama banyak pada kedua jenis kelamin (laki-laki maupun
perempuan), dan diketahui bahwa penurunan autosom dominan akan muncul pada
setiap generasi.
Bedasarkan kasus diatas dan kariteria yang telah
disebutkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan jari
tangan (polidaktili) yang diderita bayi merupakan kelainan yang diturunkan oleh
ayahnya. Dengan demikian maka hipotesis yang ada dapat dibenarkan.
Daftar
Pustaka
1.
Saefudin. Genetika. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. 2007.
2.
Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA
dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Esis; 2009.
3.
Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk
pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.58-61.
4.
James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk
keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.95-7.
5.
Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2010.h.41-2.
6.
Fried GH, Hademenos GJ. Schaum’s outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2011.h.105-8.
7.
Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan
sains dan Islam. Jakarta: Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3.
8.
Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.19-21.
9.
Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri &
ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5.
10.
Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif
belajar biologi. Bandung: PT Setia Purna Inves;2007.h.108.
0 comments:
Posting Komentar