Abstrak
Kelaparan adalah keadaan dimana seseorang kekurangan
asupan karbohidrat, lemak dan protein di dalam tubuhnya. Akibatnya, tubuh akan
memetabolisme seluruh bahan dalam tubuh menjadi glukosa karena banyak jaringan
termasuk otak yang hanya bisa bekerja dengan glukosa. Proses metabolismenya
antara lain glikogenolisis dan glukoneogenesis. Proses-proses tersebut tentunya
tidak terlepas dari peranan hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin
dalam tubuh. Meskipun kebutuhan glukosa dapat ditutupi saat kelaparan, tubuh
tetap membutuhkan zat-zat makanan lainnya. Untuk itulah diharuskan untuk
memiliki pola makan yang sehat sehingga dapat terlepas dari kelaparan atau
mencegah kelaparan.
Kata
Kunci: kelaparan, glikogenolisis,
glukoneogenesis, hormon, pola makan
Abstrac
Starving is a condition where a person is deficient intake
of carbohydrates, fats and protein in their bodies. As a result, the body will
metabolize all the material in the body into glucose because many tissues
including the brain can only work with glucose. Its metabolism processes such
as glycogenolysis and gluconeogenesis. These processes of course can not be
separated from the role of hormones are secreted by endocrine glands in the
body. Although glucose requirement can be covered when starving, the body still
needs other nutrients. For that required to have a healthy eating pattern so
that it can irrespective from starving or preventing starving.
Keywords: starving, glycogenolysis, gluconeogenesis, hormones,
eating patterns
Pendahuluan
Kemiskinan, kesulitan bahan pangan, dan
berpuasa merupakan beberapa penyebab terjadinya kelaparan. Kelaparan adalah
kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan unsur-unsur nutrisi seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya didapatkan dari
bahan makanan. Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, mulai akan terjadi
perubahan-perubahan metabolisme untuk mengimbangi kekurangan yang terjadi. Meskipun
tubuh dapat melakukan adaptasi metabolisme dalam kondisi lapar, tetap harus
dilakukan perbaikan pola makan. Mengapa? Karena jika dibiarkan terlalu lama,
tubuh akan menjadi kurus kering dan lemah serta dapat berujung pada kematian.
Melalui makalah kali ini, saya akan
membahas mengenai metabolisme energi yang terjadi dalam tubuh dikala terjadi
kelaparan. Selain itu, saya juga akan membahas hormon-hormon apa saja yang
ikuta berperan dalam metabolisme tersebut dan tentunya saya akan menjelaskan
bagiaman pola makan yang baik untuk menghindari kelaparan. Semoga dengan adanya
makalah ini, mahasiswa FK Ukrida dapat menjelaskan dampak dari kelaparan
terhadap metabolisme energi (karbohidrat, protein, dan lemak), menjelaskan
hormon-hormon apa saja yang berperan, dan menjelaskan pola makan yang baik
serta sehat bagi tubuh agar tidak terjadi kelaparan.
Pembahasan
1.
Metabolisme Energi
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi
dalam jaringan tubuh. Terdiri dari dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan)
dan katabolisme (pemecahan). Metabolisme sendiri terbagi menjadi dua jenis,
yaitu metabolisme materi dan metabolisme energi. Pada pembahasan kali ini, kita
hanya akan membahas metabolisme energi. Metabolisme energi terdiri dari
perubahan kimia, lemak, karbohidrat, dan protein yang dipecah dan dioksidasi
menjadi energi atau disintesis menjadi komponen ATP (adenosin triphospate).1
Dalam kondisi normal (tidak kelaparan), karbohidrat akan
diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana (monosakarida) hingga akhirnya akan
diserap di dalam jejunum dan ileum dalam bentuk glukosa.2 Glukosa
nantinya akan diubah menjadi energi melalui proses glikolisis Embden Meterhof
(EM) dilanjutkan dengan proses oksidasi piruvat menjadi asetil koA, dan
terkahir akan melalui Sikulus Asam Sitrat (SAS). Selain diubah menjadi energi,
glukosa juga sebagian akan disimpan dalam bentuk glikogen melalui proses yang dikenal
sebagai proses glikogenesis.
Untuk protein nantinya akan dipecah untuk membentuk asam
amino oleh enzim-enzim yang berada dalam traktus gastointestin. Asam-asam amino
ini akan memperbaruhi simpanan protein dalam hati serta otot dan menggantikan
protein yang diurakan pada saat sebelum makan. Asam-asam amino berlebih dan
tidak digunakan untuk sintesis protein akan diubah oleh hati menjadi aseti-KoA
atau piruvat yang kemudian akan memasuki siklus asam sitrat membentuk energi.2
Lemak dalam makanan terdiri atas trigliserida dan
kolesterol akan dicerna oleh enzim lipase. Trigliserida rantai karbon sedang
akan diserap langsung ke dalam aliran darah sementara terigliserida dengan
rantai karbon yang panjang diserap ke dalam aliran limfe setelah diemulsi oleh
getah empedu menjadi bentuk misel yang larut air dan dicenakan oleh enzim
lipase. Misel akan membentuk trigliserida kembali dan diangkut sebagai
kilomikron lewat cairan limfe dan aliran darah ke dalam hati. Di dalam hati,
kilomikron akan diubah menjadi kolesterol dan trigliserida yang selanjutnya
akan disimpan di dalam jaringan adiposa.2
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas proses
metabolisme energi dalam keadaan normal seperti yang telah diringkas diatas.
Namun, sesuai dengan skenario yang ada, kita akan membahas bagaimanna
metabolisme energi yang terjadi dalam tubuh pada saat kelaparan. Pembahasan
lebih lanjut akan diberikan di bawah ini.
2.
Metabolisme Energi Saat Kelaparan
Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang
akan kelaparan. Pada saat seperti inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga
melalui proses metabolisme energi, tubuh akan berusaha untuk bisa menghasilkan
cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak). Upaya pemenuhan glukosa
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah simpanan glikogen dalam tubuh
menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino yang nantinya
akan diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai glukoneogenesis.
Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa,
melalui proses lipolisis, lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa akan
diuraikan menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol dan laktat yang
merupakan hasil metabolisme glukosa dalam keadaan anaerob dapat diubah oleh
hati menjadi glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah
menjadi glukosa akan ditukar dengan asam-asam amino dari otot. Otot dapat
menggunakan asam lemak sebagai sumber energi dengan menghasilkan limbah
metabolik yang berupa keton bodies. Asam-asam amino yang didapat dari
pertukaran di otot nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat glukoneogenesis
dalam hati.
Dengan cara menggunakan glikogen, protein, serta lemak
untuk membentuk glukosa kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup
dan bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Apabila puasa bekepanjangan
sehingga mengakibatkan kelaparan yang teramat-sangat, secara berangsur-angsur
otak akan mengubah metabolisme energinya dari pemakaian glukosa menjadi
pemakaian keton bodies sebagai sumber energi kedua. Tujuannya untuk
mempertahankan protein tubuh agar fungsi organ-organ penting dapat terpelihara.
Seluruh proses adaptasi baik bagi puasa singkat maupun puasa lama,
dikoordinasikan oleh hipotalamus dan diatur oleh kelenjar adrenal, tiroid dan
pankreas.2
Secara sederhana segala
bentuk proses metabolisme energi saat kelaparan dapat dilihat pada gambar 1.
Proses dinyatakan dalam garis putus-putus. Berdasarkan
uraian-uraian diatas, kita akan membahas dua jenis metabolisme yaitu
glikogenolisis dan glukoneogenesis.
3.
Glikogenolisis
Sebelum masuk ke glikogenolisis, kita akan membahas sedikit
mengenai glikogenesis. Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari
glukosa. Hal ini bertujuan untuk menyediakan cadangan energi tertutama di hati
dan otot. Glikogen yang terbentuk dari proses glikogenolisis merupakan
polimer-polimer becabang. Rantai lurusnya disebut dengan ikatan glikosidik
α-1,4. Percabangannya dinamakan ikatan glikosidik α-1,6. Ketika gula dalam
darah menurun, maka rantai-rantai glikogen tersebut akan mengalami pemecahan
untuk menbentuk glukosa kembali yang dikenal dengan proses glikogenolisis.
Glikogenolisis adalah sintesis glikogen menjadi glukosa
(pada hati) dan menjadi asam piruvat serta laktat (pada otot). Mengapa hanya
dapat menjadi glukosa bila proses terjadi di hati? Karena di dalam hati
terdapat enzim glukosa 6-fosfatase. Meskipun demikian, nantinya asam piruvat
maupun laktat dapat dijadikan glukosa dengan cara memasuki siklus cori. Glikogen
sendiri adalah sumber bahan bakar darurat yang mengasilkan glukosa untuk
membentuk ATP dalam keadaan tidak ada oksigen atau apabila terjadi kekurangan
glukosa.3 Enzim yang berperan dalam
proses ini antara lain adalah enzim fosforilase, transferase, dan debranching
enzim.
Fosforilase merupakan enzim regulator yang mengkatalis
reaksi pemecahan ikalatan glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan fosfat).
Oleh fosforilase, tiap satu molekul glukosa pada rantai lurus glikogen
dilepaskan menjadi glukosa 1-P, sampai tinggal kurang lebih 4 molekul glukosa
pada cabang. Setelah itu, kerjanya akan beralih pada enzim transferase. Enzim
ini memindahkan kurang lebih 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai
lurus yang berdekatan dan meninggalkan satu glukosa pada cabang tersebut.
Debranching enzim akan mengambil alih setelahnya dengan menghidrolisis tempat
percabangan, memutuskan satu molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan
glukosa bebas.4
Proses glikogenolisis sendiri melalui beberapa
tahap-tahap berikut ini. Glikogen yang terdiri dari unit glukosil 1,4 dan 1,6
akan mengalami pemecahan dengan bantuan fosfat oleh enzim fosforilase, lalu
dilanjutkan oleh enzim glukan transferase dan terakhir oleh debranching enzyme
(hal ini telah dijelaskan sebelumnya). Glukosa dari pemcahan oleh debranching
enzyme sudah merupakan glukosa bebas, sementara glukosa dari pemecahan dengan
fosforilase masih dalam bentuk glukosa terikat fosfat (glukosa 1-p).
Glukosa 1-p tersebut kemudian dengan bantuan enzim
fosfoglukomutase menjadi glukosa 6-p. Di hati, glukosa 6-p dapat diubah menjadi
glukosa oleh enzim glukosa 6-fosfatase. Glukosa 6-p yang berada di otot, harus
melalui jalur pembentukan laktat maupun asam piruvat, untuk bisa kembali
menjadi glukosa. Proses tersebut akan dibahas pada pembahasan berikutnya. Untuk
lebih jelasnya, simak bagan yang berada di bawah ini.
Proses glikogenolisis tidak terlepas dari peranan hormon
epinefrin dan glukagon dalam darah (hormon ini akan dibahas lebih lengkap pada
pembahasan di subbab berikutnya). Kadar gula darah yang menurun, merangkasang
peningkatan glukagon ataupun peningkatan epinefrin ke resptor β di hati yang
kemudian mengaktifkan adenilat siklase, yang mensintesis cAMP dari ATP. cAMP
kemudian berikatan dengan protein kinase A (protein kinase dependen-cAMP)
sehingga terjadi pengaktifan subunit katalitik.3
Protein kinase A mengaktifkan fosforilase kinase melalui
fosforilasi. Fosforilase kinase manambahkan sebuah fosfat ke residu serin
spesifik pada fosforilase, sehingga mengubah fosforilase b menjadi fosforilase
a yang aktif. Protein kinase A juga memfosforilasi glikogen sintase,
menyebabkan aktivitas enzim berkurang. Akibat inhibisi terhadap glikogen
sintase dan pengaktifan glikogen fosforilase, terjadi penguraiann glikogen menjadi
glukosa 1-p. Pada gambar, garis terputus-putus menyatakan reaksi yang menurun
di hati individu yang sedang puasa (kondisi kelaparan).3
4.
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari
sumber-sumber non karbohidrat seperti asam laktat, beberapa jenis asam amino,
gliserol, dan beberapa jenis asam lemak. lokasi glukoneogenesis terjadi
biasanya berlangsung di hati, tetapi pada orang yang kelaparan, ginjalnya akan
membentuk glukosa (lihat gambar 1). Proses ini juga berlangsung di beberapa
area yang sangat terbatas pada sel-sel epitel usus halus. Proses ini bertujuan
untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup saat kelaparan, saat masa
asupan karbohidrat terbatas, atau saat latihan berat, yaitu ketika asam laktat
yang terbentuk dalam otot diubah kembali menjadi glukosa dalam hati.
Glukoneogenesis distimulasi oleh konsentrasi karbohidrat
selular yang rendah dan penurunan gula darah. Proses ini juga distimulasi
secara hormonal oleh glukagon, epinefrin medula adrenal, dan oleh
glukokortikoid korteks adrenal.5 Pada manusia, sumber karbon yang utama untuk
glukoneogenesis adalah laktat, gliserol, asam amino, dan alanin. Laktat
dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan misalnya otot yang sedang
bekerja atau sel darah merah. Gliserol dibebaskan dari simpanan triasilgliserol
di jaringan adiposa, dan asam amino terutuma berasal dari simpanan asam amino
di otot yang mungkin berasal dari penguraian protein otot. Alanin adalah asam
amino glukoneogenik utama yang dibentuk di otot dari asam amino lain dan dari
glukosa.3
4.1 Sintesis
Glukosa dari Laktat dan Alanin
Laktat akan terlebih dahulu dirubah menjadi piruvat. Kemudian
piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini
memerlukan ATP dan dikatalis oleh piruvat karboksilase. Kemudian oksaloasetat
direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini,
glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap
(tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat.
Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma
dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Oksaloasetat sioplasma mengalami
dekarboksilasi membentuk PEP (fosfat enol piruvat) pada reaksi yang tidak
memerlukan GTP yang dikatalis oleh PEP karboksikinase. Dari PEP, akan terjadi
jalur yang merupakan kebalikan jalur glikolisis sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan glukosa bebas.3
4.2 Sitesis
Glukosa dari Gliserol
Gliserol adalah hasil pecahan dari lemak yang disimpan
dalam bentuk triasilgliserol. Gliserol akan diubah menjadi glisero 3-p oleh
enzim gliserol kinase. Dengan demikian, proses ini telah masuk ke dalam proses
glikolisis. Nantinya, gliserol 3-p akan diubah menjadi dihidroksiaseton fosfat
(DHAP), yang selanjutnya diubah menjadi furktosa 1,6 bisfosfat. Fruktosa 1,6
bifosfat oleh bantuan enzim fruktosa 1,6 bisfosfatase menjadi fruktosa 6-p.
Fruktosa kemudian menjadi glukosa 6-p, dimana pada akhirnya glukosa 6-p akan
menjadi glukosa bebeas oleh bantuan enzim glukosa 6-fosfatase.
4.3
Sintesis Glukosa dari Asam Amino
Melalui reaksi bokimiawi, beberapa asam amino dalam tubuh
dapat diubah menjadi glukosa atau glikogen; asam amino ini disebut asam amino
glukogenik atau glikogenik. Asam amino yang di dalam tubuh dapat diubah menjadi
senyawa-senyawa keton (keton bodies) atau
menjadi Asetil-S-KoA dikenal sebagai asam-asam amino ketogenik. Beberapa
asam-asam amino termasuk keduanya, yaitu sebagai asam amino glikogenik dan
ketogenik.6
Dari gambar 8, kita dapat melihat proses perubahan
asam-asam amino glikogenik untuk menjadi glukosa. Histidin, prolin, glutamin,
dan arginin akan diubah menjadi glutamat yag kemudian dengan bantuan enzim
transaminase akan diubah menjadi α-ketoglutarat. Dengan berubah menjadi
α-ketoglutarat, proses ini telah memasuki siklus asam sitrat dan pada akhirnya
akan menjadi glukosa. Isoleusin, metionin, dan valin akan diubah menjadi
suksinil-KoA dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. Tirosin dan
fenilalanin diubah menjadi fumarat dan kemudian masuk ke dalam siklus asam
sitrat dan berlanjut akhirnya menjadi glukosa.
5.
Sistem Endokrin dan Hormon yang Berperan dalam
Metabolisme Energi
5.1 Hipotalamus-Hipofisis
Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak di
bagian otak depan yang disebut diensefalon. Hipotalamus adalah oragan saraf
sekaligus oragan endokrin. Hipotalamus memiliki suatu peran penting untuk
mempertahankan homeostatis, yaitu mempertahankan lingkungan internal tubuh
tetap konstan. Ia secara terus-menerus menerima informasi dari sistem saraf
pusat dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, pemerian makanan,
rasa lapar, massa tubuh, dan status metabolik.7
Badan sel saraf di hipotalamus, yaitu bagian otak yang
terletak tepat di atas kelenjar hipofisis, menghasilkan berbagai hormon
polipetida dan peptida. Sebagian hormon hipotalaus disimpan di kelenjar
hipofisi posterior (neurohipofisis) dan dari tempat ini hormon tersebut
dilepaskan ke dalam darah. Hormon lainnya disalurkan ke pembuluh darah porta
hipotalamiko-hipofisialis dan sampai ke kelenjar hipofisis anterior
(adenohipofisis). Di tempat ini hormon tersebut menimbulkan efek simulatorik
atau inhibitorik terhadap sekresi hormon hipofisis anterior.8
Lobus anterior dari kelenjar hipofisis yang sering juga
dikenal sebagai adenohipofisis, terdiri dari kolom sel-sel yang bercabang tidak
teratur dan dipisahkan oleh sinusoid tempat darah bersirkulasi. Tiga jenis sel
dapat dibedakan dengan metode pewarnaan: asidofil yang berwarna merah, basofil
yang berwarna biru, kromofob yang tidak berwarna. Sementara itu, lobus
posterior lebih kecil daripada lobus anterior dan terdiri dari serat saraf,
neuroglia, dan pembuluh darah. Serat saraf berjalan menuju lobus ini dari
hipotalamus.8
Adapun hormon-hormon yang mengalir dari hipotalamus ke
kelenjar hipofisis anterior terdiri dari hormon pertumbuhan (growth hormon – GH), thyroid stimulating hormone (TSH),
adrenokortokotropik (ACTH), gonadotropin, dan juga prolaktin. Sementara
hormon yang dialirkan ke lobus posterior adalah hormon antidiuretik (ADH) dan
oksitosin.8 Pada makalah kali ini
akan dibahas hormon-hormon yang berperan dalam proses metabolisme energi tubuh
terutama saat kondisi kelaparan.
5.1.1
Growth Hormon (GH)
Growth hormon atau GH memiliki beberapa efek fisiologis. Pertama, GH
berperan dalam sintesis protein, GH mempercepat laju sintesis protein pada
seluruh sel tubuh dengan meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel.
Kedua, berperan dalam konservasi karbohidart diaman GH menurunkan laju
penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan demikian menambah kadar
glukosa darah. Ketiga, GH berperan dalam mobilisasi simpanan lemak dan
pemakaian lemak untuk energi. Terakhir, GH menyebabkan hati (mungkin juga
ginjal) memproduksi somatodein, sekelompok faktor pertumbuhan
dependen-hipofisis yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.
Pelepasan GH distimulus oleh hormon pelepas pertumbuhan (growth hormone releasing hormon – GHRH) dari
hipotalamus yang kemudian dibawa melalui saluran portal hipotalamus-hipofisi
anterior. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH meliputi kondisi stress,
mal-nutrisi, dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah, termasuk puasa.
Sekresi GHRH akan dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melalui
mekanisme umpan balik. Somatostatis adalah hormon yang juga berperan penting
sebagai penghambat GH. Stimulus tambahan lainnya untuk inhibisi GH meliputi
obesitas dan peningkatan kadar asam lemak darah.9
5.1.2
Thyroid stimulating
hormone (TSH)
TSH adalah hormon tiropid dari hipofisis anterior yang
merupakan regulator fisiologik terpenting sekresi hormon tiroid (TH). Pembahasan
mengenai hormon tiroid akan lebih diperjelas di subab berikutnya. TSH selain
meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga mempertahankan integritasi
kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid engalami atrofi dan mengeluarkan TH
dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi dan
hiperplasia sebagai respon terhadap TSH yang berlebihan.
Thyrotropin
releasing hormon (TRH) hipotalamus,
melalui efek tropiknya, menyalakan sekresi TSH oleh hipofisis anterior,
sementara hormon tiroid melalui mekanisme umpan balik negatif, memadamkan
sekresi TSH degan menghampat hipofisis anterior. Satu-satunyaa faktor yang
diketahui meningkatkan sekesi TRH adalah pajannan ke cuaca dingin pada bayi
baru lahir. Sementara itu, berbagai jenis stress menghambat sekresi TSH dan
hormon tiroid.10
5.1.3
Adrenokortokotropik
(ACTH)
ACTH atau yang dikenal sebagai adrenokortokotropik
merangsang sekrei kortisol oleh korteks adrenal dan mendorong pertumbuhan
korteks adrenal. Selain dari itu, ACTH juga merangsang androgen adrenal.
Apabila kadar ACTH tinggi, dapat menimbulkan masukulinisasi pada waita dan
anak. Struktur ACTH sendiri sama dengan hormon hipofisis anterior laainnya.
ACTH dalam jumlah terbatas tampak sangat penting untuk sintesis hormon kortikal
adrenal lain, aldosteron. Informasi lainnya yang berkaitan dengan hormon ini
akan dibahas pada subab kelejar adrenal.10
5.1.4
Gonadotropin
Gonadotropin meliputi dua hormon hipofisis anterior,
yaitu folicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH).
Jaringan target FSH dan LH adalah ovarium pada wanita dan testis pada pria. FSH
memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita, hormon ini
merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium. Hormon ini juga
mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria FSH diperlukan untuk
produksi sperma. LH juga memiliki fungsi yang berbeda pada wanita dan pria.
Pada wanita LH berperan dalam ovvulasi dan luteinisasi. LH juga mengatur
sekresi hormon-hormon seks wanita. Pada pria hormon ini mrangsang sel
interstisium Leyding di testis untuk mengeluarkan hormon seks pria.10
Kita tidak akan membas hormon-hormon tesebut karena telah dibahas pada mata
kuliah sebelumnya.
5.1.5
Prolaktin
Prolaktin meningkatkan perkembangan payudara dan produksi
susu pada wanita. Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan
bahwa hormon ini mungkin merangsang produksi resptor LH di terstis. Selain itu,
prolaktin mungkin mingkatkan sistem imun dan menunjang pembentukan pembuluh
darah baru di tingkat jaringan pada kedua jenis kelamin-kedua efek ini sama
sekali tidak berkaitan dengan perannnya dalam fisiologi reproduksi.10
Hormon ini juga tidak akan dibahas lebih lanjut.
5.1.6
Hormon antidiuretik (ADH)
ADH menyebabkan sel duktus pengumpul ginjal menjadi lebih
permeabel terhadap air. Hal ini meningkatkan reabsorpsi air ke dalam darah
sehingga menurunkan diuresis urin. Ini adalah efek antidiuretik ADH. Pada kadar
yang sangat tinggi, ADH menyebbkan kontraksi otot polos vaskular sehingga
meningkatkan tahanan perifer total dan tekanan darah.7 Hormon ini
juga tidak akan dibahas lebih lanjut.
5.1.7
Oksitosin
Oksitosin menstimulasi kontraksi lapisan otot poloas
duktus susu payudara sehingga menyebbkan peningkatan tekanan intramamaria dan
kemudian keluarnya air susu yang disimpan ke puting. Oksitosin juga
menstimulasi kontraski otot polos uterus. Oksitosin menyebabkan peningkatan
intensitas kontraksi uterus saat terjadi kemajuan persalinan dan mendekati
pelahiran.7 Pembahsan mengenai hormon oksitosin tidak akan
diperpanjang.
5.2 Kelenjar
Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral
dihubungkan melalui sebuah ismus yang sempit. Organ ini terletak di atas
permukaan anterior kartilago tiroid trakea tepat di bawah laring. Kelenjar ini
mendekresikan dua jenis hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin-T4)
dan Trilodotrionin (T3). T4 mencapai 90% dari seluruh
sekresi kelenjar tiroid. Kedua hormon tersebut distimulasi oleh TSH (thyroid stimulating hormon) di bawah
kendali hormon pelepas tirotopin (thyrotropin
releasing hormon – TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik
hipofisis-hipotalamus.9 Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi
TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju melatabolik
tubuh. Stimulus yang bertanggung jawab terhadap peningkatkann sekresi TRH
adalah panjanan tubuh terhadap suhu dingin, stress fisik dan mungkin stress
psikologis, dan kadar TH yang rendah.7
Hormon tiroid (thyroid
hormone – TH) adalah hormon amia yang disentesis dan dilepaskan dari
kelnjar tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin
disatukan dengan glikoprotein besar yang disebut trilobulin, yang diseintesis
di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino triosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut
iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang
bersirkulasi, yang disebut T3 dan T4. T3 dan T4
dibawa ke sel targetnya dalam darah yang berikatan dengan protein plasma, namun
masuk ke sel sebagai hormon bebas. T3 dan T4 secara
kolektif disebut sebagai TH.7
TH meningkatkan laju metabolisme basa keseluruhan tubuh.
Efek hormon tiroid juga memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang
berperan dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar
metabolik memiliki banyak aspek; hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi
pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein tetapi hormon dalam
jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek sebaliknya. Sebagai contoh,
perubahan glukosa menjadi glikogen dipermudah oleh hormon tiroid dalam jumlah
kecil, tetapi proses kebalikannya (glikogen menjadi glukosa) terjadi pada
jumlah hormon yang tinggi. Demikian juga berlaku dalam sintesis protein dan
kerja sebaliknya yaitu penguraian protein.10
Hormon ini adalah regulator terpenting laju konsumsi O2
dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormon
tiroid berkaitaan erat dengan efek kalorigenik (penghasil panas). Selain itu, TH meningkatkan responsivitas sel
sasaran terhadap katekolami (epinefrin dan noreprinefrin). Melalui efek
meningkatkan kepekaan jantung terhadap katekolamin dalam darah. TH meningkatkan
kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah jantung meningkat. Efek
lainnya, TH berperan penting bagi pertumbuhan norml karena efeknya pada hormon
perumbuhan (GH).10
5.3 Kelenjar
Adrenal
Dua kelenjar adrenal berbentuk segitiga, berada di bagian
atas setiap ginjal. Setiap kelenjar adrenal memiliki bagian tengah atau medula
dan korteks yang mengelilingi bagian luar. Korteks dibagi menjadi ttiga zona
pada orang dewasa. Masing-masing dari zona terseut akan menyekresikan hormon
steroid atau kortikosteroid. Zona glomerulosa yang terletak paling luar akan
menyekresikan mineralokortikoid (aldosteron), zona fasikulata yang berada di
tengah menyekresikan glukokortikoid (kortisol dan adrenal androgen), dan
terakhir zona retikularis akan menyekresikan hormon adrenal androgen dan
glukokortikoid.11
Hormon-hormon tersebut bersama-sama mengendalikan
metabolisme, komposisi kimia cairan tubuh, respon terhadap stress yang
berlangsung terus menerus, karakteristik seksual sekunder. Sekeresi
dikendalikan baik oleh kortikotropin hipofisis yang juga dikenal sebagai hormon
adrenokortikotrofi (ACTH) ataupun oleh perubahan zat kimia bersama dengan
hormon lain. Untuk bagian medula adrenal, menyekresikan katekolamin adrenalin
(epinefrin) dan norad-renalin (norepinefrin). Kedua hormon ini terlibat dalam
respon awal stress.11
5.3.1
Aldosteron
Tempat kerja aldosteron adalah di tubulus distal dan
koligentes ginjal, tempat hormon ini mendorong retensi Na+ dan
meningkatkan eliminasi K+ swaktu prses pemebentukan urin. Retensi Na+
oleh aldosteron akan secara sekunder menginduksi retensi amotik H2O,
meningatkan volume CES yang penting dalam regulasi janga panjang tekanan darah.
Pembahasa hormon aldosteron tidak akan diperpanjang pada makalah kali ini.10
5.3.2
Kortisol
Glukokortikoid utama yang akan dibahas disini adalah
kortisol karena memiliki peran penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak,
dan juga protein. Efek keseluruhan dari pengaruh kortisol pada metabolisme
adalah peningkatan konsentrasi glukosa darah dengan mengorbankan simpanan lemak
dan protein. Untuk lebih spesifiknya, efek dari kortisol akan dijelaskan di
bawah ini.
Kortisol merangsang glukoneogenesis di hati, perubahan
sumber-sumber nonkarbohidrat (yaitu asam amino) menjadi karbohidrat i dalam
hati melalui proses glukoneogenesis. Antara waktu makan atau selama puasa,
ketika tidak ada nutrien baru yang diserap ke dalam darah untuk digunakan dan
disimpan, glikogen (glukosa dimpanan) di hati cenderung berkurang karena di
uraikan untuk membebaskan glukosa ke dalam darah. Glukoneogenesis adalah faktor
penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan karenanya mempertahankan
kadar glukosa darah tetap normal di antara waktu makan. Hal ini penting karena
otak hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik.
Kortisol menghambat penyerapan dan pemakaian glukosa oleh
banyak jaringan kecuali otak. Dengan demikian, otak akan mendapat suplai
glukosa. Selain itu, kortisol merangsang penguraian protein di banyak jaringan
khususnya otot. Dengan menguraikan sebagian dari protein otot menjadi asam
amino, korrtisol meningkatkan konsentrasi asam amino darah. Asam-asam amnio
yang dimobilisasi ini tersedia untuk glukoneogenesis atau di manampun mereka
dibutuhkan.
Terakhir, kortisol mempermudah lipolisis, yaitu suatu
poreses penguraian lemak di jaringan adiposa sehingga asam-asam lemak di
bebaskan ke dalam darah. Asam-asam lemak yang dimobilisasi ini tersedia sebagai
bahan bakar metabolik alternatif bagi jaringan yang dapat menggunakan sumber
energi ini sebagai pengganti glokosa sehingga glukosa di hemat untuk otak.
Selain untuk efek-efek metabolisme energi, kortisol juga harus ada dalam jumlah
memadai agar katekolamin dapat menimbulkan vasokontriksi juga berperan penting
dalam adaptasi terhadap stress. Segala jenis tres merupakan rangsangan utama
bagi peningkatan sekresi kortisol. Kortisol juga memiliki efek antiinflamasi
dan imunosupresif.
Glukokorikoid dilepaskan dari kelenjar adrenal sebagai
repons terhadap hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang bersirkulasi dari
hipofisis anterior. ACTH dilepaskan sebagai respon terhadap cortiocotropin-releasing hormon (CRH)
yang dibawa dalam darah portal dari hipotalamus. Stimulus untuk peningkatan CRH
adalah stres, hipoglikemia (glukosa darah yang rendah), dan penurunan kadar
glukokortikoid yang bersirkulasi.
5.3.3
Andorgen Adrenal
Androgen adrenal dilelpaskan sebagai respon terhadap
stimulasi ACTH pada kelenjar adrenal. Andorgen adrenal adalah sumber utama
androgen pada wanita dan anak. Akadar ACTH yang tinggi dapat menimbulkan
maskulinisasi pada wanita dan anak. Struktur ACTH sama dengan hormon hipofisis
anterior lainnya.7
5.3.4
Epinefrin dan Norepinefrin
Epinerin dan norepinefrin memiliki perbedaan efk
fisiologis yang berkaitan dengan kedua jenis resptornya, alfa dan beta, yang
terletak pada membran sel target. Secara keseluruhan, fungsi hormon ini adalah
untuk memperisapkan tubuh terhadap aktivitas fisik yang merespons stress,
kegembiraan, cedera, latihan, dan penurunan kadar gula darah.
Efek epinefrin antara lain: meningkatkan frekuensi
jantung, meningkatkan metabolisme dan konsumsi oksigen, meningkatkan kadar gula
darah melalui stumulasi glikogenolisis pada hati dan simpanan glikogen otot.
Selain dari pada itu, epinefrin juga menyebabkan pemuluh darah pada kulit dan
organ-organ ciseral berkonstriksi sementara pembuluh otot rangka dan otot
jantung berdilatasi. Efek norepinefrin adalah untuk meningkatkan tekanan darah
dan untuk menstimulasi otot jantung.9
5.4 Pankreas
Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan
sedikit di bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki dua fungsi yaitu
fungsi endokrin dan fungssi eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi
sebagai sel asinar pankreas yang memproduksi carian pankreas untuk kemudian
disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus. Sel endokrin dapat
ditemukan dalam pualau-pula Langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar
di seluruh organ. Ada empat jenis sel penghasil hormon yang terindentifikasi
dalam pulau-pulau tersebut, yaitu sel alfa (mensekresi glukagon), sel beta
(mensekresi insulin), sel delta (mensekresi somastotatin) dan sel F
(mengsekresi polipeptida pankreas). Dalam makalah ini kita akan lebih membahas
pankreas endokrin.9
5.4.1
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan
oleh sel alfa pulau Langerhans sebagai resposn terhadap kadar glukosa darah
yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon adalah hormon utama
stadium pasca absorptif pencernaan, yang terjadi selama periode puasa di antara
waktu makan.7 Faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah
efek langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas enndokrin. Dalam hal ini,
sel alfa pankreas meningkatkan sekresi glukagon sebegai respon terhadap
penurunan glukosa darah. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi glukosa darah
menghambat sekresi glukagon.10
Secara umum, kerja glukagon berlawanan dengan fungsi
insulin. Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik (penguraian).7 Efek
keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat menyebabkan peningkatan
produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darh meningkat.
Glukagon melalui efek hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen,
mendorong glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis.10
Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak
dengan mendorong penguraian lemak serta inhibisi sintesis trigliserida.
Glukagon meningkatkan produksi keton hati (ketogenesis) dengan mendorong
perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena itu kadar asam lemak dan keton
darah meningkat di bawah pengaruh glukagon. Efek pada protein, glukagon dapat
menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian protein hati.
Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada
metabolisme protein hati. Glukagon mendorong katabolisme protein di hati tetapi
tidak berefek nyata pada kadar asam amino darah karena hormon ini tidak
mempengaruhi protein otot, simpanan protein utama di tubuh.10
5.4.2
Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam
lemak, dan asam amino darah serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut.
Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama keadaan absorptif, insulin
mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan mengubahnya masing-masing
menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin melaksanakan banyak
fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam
sel atau mengubah aktivasi enzim-enzim yang berperan dalam jalur metabolik
tertentu.
Secara singkat, insulin tertuma menimbulkan efek dengan
bekerja pada otot rangka inaktif, dan jaringan lamak. Hormon ini merangsang
jalur-jalur biosintetik yang menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan lemak,
serta meningkatkan sintesis protein. Jadi hormon ini merurunkan kadar glukosa,
asam lemak, dan asam amino darah. Ketika sekresi insulin rendah, efek
kebalikannya yang terjadi. Lalu pemasukan glukosa ke dalam sel berkurang dan
terjadi katabolisme melebihi sintesis glikogen, trigliserida, dan protein.10
5.4.3
Somastotatin
Somatostatin juga disebut hormon penghambat hormon
perubuhan dan dilepaskan oleh hipotalamus. Somatostatin dari hipotalamus
merupakan salah satu penghambat pelepasan hormon perumbuhan hormon hipotalamus
yang mengontrol pelepasan horom pertumbuhan dari hipofisis anterior. Hormon ini
mengendalikan metabolisme dengan menghambat sekresi insulin dan glukagon.7
6.
Pola Makan Sehat
Harus dibedakan antara bahan makanan dan zat makanan atau
zat nutrien. Zat makanan adalah satuan yang menyusun bahan makanan tersebut,
sementara bahan makanan disebut juga komoditas pangan dalam perdagangan (apa
yang kita beli, kita masak, dan kita susun menjadi hidangan). Zat makanan bahan
dasar menurut Ilmu Gizi atau Nutrien yang kita kenal adalah karbohidrat (arang
hidrat), protein (zat putih telur), lemak, vitamin, dan mineral.12
Setelah di konsumsi di dalam alat pencernaan, bahan
makanan inilah yang diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan
tubuh. Di dalam jaringan, zat-zat makanan memenuhi fungsinya masing-masing.
Secara umum, fungsinya meliputi: sebagai sumber enersi atau tenaga, menyokong
perumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan mengatur
berbagai keseimbangan, serta berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
penyakit.12
Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan oleh semua orang. Susunan hidangan yang dapat
memenuhi syarat gizi harus menenuhi beberapa fungsi, yaitu: memberikan nutrien
lengkap, memenuhi cita rasa, bervariasi, tampak menarik dan bersih, tidak
bertentangan dengan agama dan kepercayaan, serta memberikan kepuasan tanpa
mengurangi harga diri.13
Tidak ada makanan yang sempurna mengandung semua zat gizi
sejumlah yang dibutuhkan, jadi perlu campuran berbagai bahan makanan. Pedoman
menu bergizi adalah 4 sehat 5 sempurna. 4 sehat terdiri dari nasi/pengganti,
lauk pauk hewani dan nabati, sayur, serta buah. Sementara 5 sempurna adalah
susu/telur. 5 sempurna bukan bagian yang mutlak, karena biasanya dijadikan
sebagai sumber protein benilai hayati tinggi khusus bagi golongan rentan
(hamil, menyusi, bayi sampai dengan remaja, dan lanjut usia).
Pola makan yang umum sehari-hari adalah tiga kali makan
utama, yaitu makan pagi, siang dan malam. Pada pagi hari diusahakan untuk
memakan makanan pokok, lauk pauk hewani atau nabatum sayur dan juga buah. Pada
siang dan malam hari konsumsi makanan haruslah lengkap. Selain makan tiga kali
sehari, diusahakan untuk makan selingan atau jajan dua kali dalam sehari. Pada
pagi hari, khusus untuk yang tidak makan pagi atau yang jarak antara makan pagi
dengan siang jauh. Pada sore hari, khusus untuk yang jarak makan siang dan
makan malam besar.
Terpenting dari semuanya itu adalah menyediakan menu
makanan dalam sehari yang sesuai dengan kebutuhan kalori seseorang. Untuk bisa
mendapatkan menu makanan sehari yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, perlu
untuk dilakukan pengukuran. Kebutuhan enersi bagi seorang Indonesia dewasa
ialah pada laki-laki 46kal/kg berat adan dan bagi perempuan adalah 40kal/kg
berat badan. Bila dalam kebutuhan enersi dalam 24 jam diperhitungkan kelompok
umur dan jenis kelamin, juga dilihat dari model pekerjaan yang dilakukan, maka
akan didaptkan rumusan:12
Kal = k x M x A
K = konversi umur
M = kebutuhn standar enersi seorang Indonesia normal
(laki-laki: BB dalam kg x 46
kalori;
perempuan: BB dalam kg x 40 kalori)
A = tingkat berat kerja (kerja ringan: 0,90; kerja sedang
1,00; kerja berat 1,17)
Pekerjaan yang tergolong melakukan kerja ringan misalnya
pegawai kantor, mengetik, ahli hukum, dokter, guru, ibu rumah tangga yang
memiliki pembantu, berbelanja, dan laboran. Sementara yang termasuk kerja
sedang adalah pekerja industri ringan, mahasiswa, ibu rumah tangga tanpa
pembantu, pembantu, berkebun, pemahat kayu, pekerja industri ringan, dan sedikit
duduk. Sementara yang tergolong berat misalnya buruh kasar, buruh pabrik baja,
buruh tambang, buruh bangunan, penari balet, pemotong kayu dengan kapak,
berdansa, dan sedikit duduk. Setelah diringkas, maka dapat dilihat cara
perhitungan gizi pada tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Enersi12
Kelompok
Umur (tahun)
|
Kebutuhan Kalori
|
<1tahun
|
1090
|
1-3
|
1360
|
4-6
|
1830
|
7-9
|
Laki-Laki 2190 Perempuan
|
10-12
|
2600 2350
|
13-15
|
0,97
xMxA
1,13 xMxA
|
16-19
|
1,02 xMxA
1,05 xMxA
|
20-39
|
1,00 xMxA
|
40-49
|
0,95 xMxA
|
50-59
|
0,90 xMxA
|
60-69
|
0,80 xMxA
|
>70
|
0,70 xMxA
|
Selain menggunakan rumusan diatas, pengukuran dapat juga
dilakukan dengan dua cara yang lainnya. Pertama adalah dengan cara menghitung
energi metabolisme basal. Rumusan yang dibutuhkan disesuaikan dengan jenis
kelamin.
Laki-laki :
BMR = BBI x 24 x 1Kal/hari
Perempuan :
BMR = BBI x24 x 0,9Kal/hari
BBI = Berat badan idean (tinggi badan dalam cm – 100 =
hasil. Hasil x 10% = hasil B.
Hasil – hasil
B)
Cara lainnya adalah dengan rumus Harris – Benedict
(RME/REE/BEE). Rumusannya digolongkan berdasarkan jenis kelamin, dan dapat
dilihat di bawah ini.
Laki-laki : 66 + (13,8xBB) + (5xTB) –
(6,8xU)
Perempuan : 655 + (9,6xBB) + (1,8xTB) – (4,7 x
U)
BB = Berat badan
(kg)
TB = Tinggi badan (cm)
U = Usia (tahun)
Kita dapat menggunakan rumus mana pun yang kita inginkan,
dengan hasil yang berbeda namun dalam selisih yang hanya sedikit. Sebagai
contoh, saya akan menghitung kebutuhan kalori saya sendiri dalam sehari dengan
menggunakan ketiga rumus tersebut. Saya adalah seorang perempuan dengan berat
badan 48kg, tinggi badan saya 153cm, usia saya 18 tahun, dan aktivitas saya
sebagai mahasiswa tergolong dalam kerja sedang.
Dengan rumusan yang pertama: k x(Mx40)xA = 1,05x(48x40)x1,00,
didapatkan hasil kebutuhan kalori saya dalam sehari 2016 Kkal/hari. Dengan
rumusan yang kedua: BBIx24x0,9Kal/hari = 47,7x24x0,9, didapatkan hasil 1030,32
Kkal/hari. Dengan rumusan yang terakhir: 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)–(4,7xU) =
655+(9,6x48)+(1,8x153)-(4,7x18)=1316,5 Kkal/hari. Selanjutnya kita dapat
memilih, bagian kebutuhan kalori manakah yang diinginkan untuk kemudian
digunakan dalam penyusnan menu.
Secara singkat, di dalam sebuah makan diharapkan memiliki
kandungan karbohidrat sebesar 40%-60% dari kalori total, lemak 25-40% dari
kalori total, dan protein 15-30%. Sebagai contoh, dalam sehari saya ingin
memenuhi kebutuhan makanan saya dengan mengandung karbohidrat sebanyak 60%,
lemak 25%, dan protein sebanyak 15%. Maka dengan begitu, saya harus
mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 1209,6 kalori (60%x2016Kkal/hari) atau setara
dengan 302,4 (1209,6/4 karena 1gr~4kalori). Saya juga harus mengkonsumsi lemak sebanyak
504 kalori (25%x2016Kkak/hari) atau setara dengan 56gr (504/9 karena
1gr~9kalori). Terakhir, mengkonsumsi protein sebanyak 302,4 kalori
(15%x2016Kkal/hari) atau setara dengan 75,6gr (302,4/4 karena 1gr~4kalori).
Pembahasan
Kasus
Pada PBL kali ini didapatkan kasus: pada suatu daerah
yang telah mengalami rawan pangan akibat kekeringan selama beberapa tahun,
banyak ditemukan anak-anak yang kelaparan. Tubuh mereka jauh lebih kurus dan
pendek dibanding anak-anak normal seusianya. Kelaparan sendiri adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan
unsur-unsur nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral
yang biasanya didapatkan dari bahan makanan.
Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu
hari, tubuh akan mulai melakukan aktivitas metabolisme yang tidak seperti
biasanya. Jika biasanya bahan makanan karbohidrat akan dibentuk menjadi energi
dan disimpan dalam glikogen, maka saat kelaparan, glikogen akan yang disimpan
akan diubah menjadi glukosa. Sama halnya dengan protein yang ada di dalam tubuh
mulai dipecah dalam tubuh dan akan memasuki siklus asam sitrat untuk kembali
menjadi glukosa. Lemak yang tersimpan di dalam jaringan adiposa akan diubah
menjadi gliserol lalu pada akhirnya akan menjadi glukosa juga. Selain dari pada
bahan-bahan tersebut laktat dan alanin juga akan mengalami sejumlah proses
untuk menjadi glukosa. Kesemua proses-proses tersebut terdapat dalam
glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Lama kelamaan, tubuh akan kehilangan
simpanan glikogen sehingga energi yang dihasilkan akan berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan seseorang menjadi mudah lelah. Dilain pihak, simpanan lemak di
jaringan adiposa pun akan berkurang yang dapat menyebabkan tubuh orang yang
kelaparan menjadi kurus kering. Protein pun lama-lama kadarnya akan berkurang
sehingga beberapa proses perbaikan dan pertumbuhan jaringan akan sangat
terganggu, misalnya saja pertumbuhan tinggi badan. Pada akhirnya tubuh akan
kehabisan semua zat yang dibutuhkan sehingga mengakibatkan kematian.
Untuk itulah diperlukan pengaturan pola
makan yang baik agar kelaparan tidak terjadi. Menu makanan yang disusun dalam
sehari haruslah memberikan nutrien
lengkap, memenuhi cita rasa, bervariasi, tampak menarik dan bersih, tidak
bertentangan dengan agama dan kepercayaan, serta memberikan kepuasan tanpa
mengurangi harga diri. Selain itu harus mengikuti pola makan yang baik (tiga
kali sehari, 2 kali makanan selingan) dan memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Perlu
juga diperhatikan bahwa makana dalam sehari haruslah memiliki kadar kalori yang
sesuai dengan kalori total yang dibutuhkan tubuh.
Kesimpulan
Dari kasus yang ada, kelompok membuat
hipotesis bahwa tubuh anak kurus dan pendek kekurangan suplai gizi. Berdasarkan
pembahasan kasus diatas, benar adanya bahwa kekurangan suplai gizi atau
kelaparan dapat menyebabkan tubuh seseorang kurus dan pendek. Hal ini
dikarenakan seluruh simpanan dalam tubuh baik yang merupakan karbohidrat,
protein, dan lemak, diubah menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan glukosa
tubuh. Akibatnya pertumbuhan dan juga berat badan akan berkurang. Untuk itulah
diperlukan perbaikan pola makan. Dengan demikian, hipotesis dapat dibenarkan.
Daftar Pustaka
1. Dewi N. Nutrion and food: gizi
untuk keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara; 2010.h.8.
2. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2006.h.66-70.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
5. Sloane
E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
6. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill
livingstone’s mini encyclopaedia of nursing). Edisi 1. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.h.272-4.
8. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2003.
9. Sloane
E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
10.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
11. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill
livingstone’s mini encyclopaedia of nursing). Edisi 1. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
12. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 1. Jakarta:
Dian Rakyat; 2012.
13. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 2. Jakarta:
Dian Rakyat; 2012.
DAPATKAN UANG
DENGAN KERJA ONLINE
Kunjungi: Money4visits
Thx for your visits :)
I do consider all the ideas you've introduced on your post.
BalasHapusThey are really convincing and will definitely work. Still, the
posts are very brief for newbies. Could you please extend them a little from next time?
Thank you for the post.
Also visit my website - eden park voucher