Rabu, 28 November 2012

PBL Blok 2: Imunisasi dan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Sebagai Bagian dari Kesehatan Masyarakat dan Komunitas


Abstrak
Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan visi tersebut, dirancangkan beberapa program unggulan, salah satunya adalah imunisasi. Imunisasi sendiri merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Kegiatan imunisasi ini dalam konsep sehat-sakit tergolong dalam spesific protection sementara penyuluhan yang dilakukan sebelum imunisasi tergolong dalam health promotion. Imunisasi ditujukan untuk mempertahankan kekebalan tubuh, yang tergolong dalam Acquired Immunity aktif-buatan dan pasif-buatan. Imunisasi dilakukan di posyandu yang merupakan bagian dari puskesmas. Adapun macam-macam imunisasi antara lain BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), campak, Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman), dsb. Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Reaksi KIPI dapat berupa demam, sulit tidur, kejang, pembengkakan pada bekas suntikan, dsb.
Kata Kunci : imunisasi, vaksinasi, KIPI

Abstract
Vision of healthy Indonesian 2010 is the future picture of Indonesian people that live in healthy enviroment and behavior, able to reach health services, fair and equitable, and has a medical degree as high. To realize that vision, devised some flagship program, one of them is immunization. Immunization itself is an attempt to provide immunity in babies and children by entering the vaccine into the body to make antibody for preventing illness. Immunization activities in the concept of healthy-ill classified in the specific protection, while education before immunization classified in health promotion. Immunization intended to maintaining immunity, wich belonging to active-artificial and passive-artificial. Immunization should be in posyandu which is part of the health center. The kinds of immunization among others are BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Diphtheria, Pertussis, Tetanus), measles, Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless, mumps, rubella), and so on. Reactions that arise after vaccination called adverse events following immunization (AEFI). AEFI reactions can include fever, insomnia, seizures, swelling of the injection site, and so on.
Keywords: immunization, vaccination, AEFI (indonesian:KIPI)

Pendahuluan
Tiga domain pembangunan manusia pada suatu negara adalah kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Indonesia masih memiliki tingkat kesehatan yang rendah, karena itulah pemerintah mencoba untuk membangun kesehatan di Indonesia melalui Visi dan Misi Indonesia sehat 2010. Dari visi dan misi yang telah dicanangkan oleh pemerintah, terciptalah beberapa program-program unggulan yang hendak dilaksanakan guna memperbaiki kualitas kesehatan masyarkatnya. Salah satu program unggulan yang dicanangkan adalah imunisasi. Imunisasi kemudian menjadi salah satu program puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang dijalankan lewat posyandu (pos pelayanan terpadu).
Kegiatan imunisasi sendiri memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk melindungi anak dari penyakit dengan mekanisme pertahanan tubuh aktif-buatan dan pasif-buatan. Jenis perlindungan ini termasuk dalam specific protection. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah, bahwa sebelum melakukan imunisasi, ada baiknya untuk melakukan penyuluhan berkaitan dengan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang mungkin dapat terjadi. Kegiatan penyuluhan tersebut masuk dalam health promotion. Baik penyuluhan sebelum imunisasi maupun kegiatan imunisasi sama-sama memiliki andil penting, untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar diperhatikan.
Pada kasus kali ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA dituntut untuk dapat mengerti perihal Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010, konsep sehat-sakit, puskesmas, posyandu, imunisasi, dan KIPI. Pengertian akan hal-hal diatas akan membantu untuk menyelesaikan kasus yang telah diberikan.

Pembahasan
1.      Paradigma Sehat, Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010
1.1  Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah model kebijakan pembangunan kesehatan baru yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas ssektor dan upayanya lebih diarahkan kepada pemeliharaan, peningkatan, perlindungan kesehatan (promotif), dan pencegahan terhadap ancaman penyakit (preventif), bukan hanya penyembuhan orang sakit (kuartif) dan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit (rehabilitatif).
1.2  Visi Indonesia Sehat 2010
Untuk mewujudkan paradigma sehat terebut, ditetapkannyalah suatu visi yang merupakan prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, yang dikenal dengan “Visi Indonesia Sehat 2010”. Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lingkungan sehat yang dimaksud adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebeas polusi, tersedia air bersih, sanitasi yang memadai, dsb. Sementara itu, perilaku sehat yang dimaksud adalah perilaku proatif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah resiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit; serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
1.3  Misi Indonesia Sehat 2010
Untuk mewujudkan visi Indonesia sehat tersebut, maka ditetapkan delapan “Misi Indonesia Sehat 2010”. Misi-misi tersebut antara lain: memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel, meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan, memberdayakan masyarakat dan daerah, melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional, menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemadirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; merata; terjangkau, dan yang terakhir adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan individu; keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.
1.4  Program Unggulan
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi Indonesia sehat 2010, maka disusunlah program-program unggulan. Program-program unggulan tersebut adalah: kebijakan kesehatan; pembiayaaan kesehatan dan hukum kesehatan, perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi, peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental, lingkungan permukiman; air; dan udara sehat, kesehatan keluarga; kesehatan reproduksi; dan keluarga berencana, keselamatan dan kesehatan kerja, anti tembakau; alkohol dan madat; pengawasan obat berbahaya; makanan dan minuman, serta pencegahan kecelakaan dan rudapaksa (termasuk keselamatan lalulintas). Berdasarkan uraian diatas, imuniasi merupakan salah satu program yang dirancangkan oleh pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan visi serta misi Indonesia sehat 2010.

2.      Konsep Sehat-Sakit
2.1  Pengertian Sehat-Sakit 1
Konsep sehat-sakit adalah suatu konsep yang kompleks dan multiinterprestasi. Sehat itu sendiri memiliki beragam definisi, seperti: suatu keadaan keseimbangan yang sempurna; baik fisik; mental; dan sosial; tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO), kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif (Parson), atau suatu keadaan sejahtera tubuh; jiwa; sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan RI No.23 Tahun 1992).
Selain itu, definisi sakit juga cukup beragam. Menurut Parson, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Sementara itu menurut Perkins, sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada ktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.
2.2  Hubungan Pejamu (host), Lingkungan (environment) dan Bibit Penyakit (agent) (Skema Gordon & La Richt)
Menurut Gordon dan La Richt (1950), terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan timbul atau tidaknya suatu penyakit pada manusia.2 Ketiga faktor tersebut adalah pejamu (host), penyebab penyakit atau bibit penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit.2 Faktor-faktor yang dimaksud seperti genetika, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan dan kebiasaan hidup. Misalnya saja penyakit asma yang bisa menyerang seseorang karena faktor keturunan, penyakit diabetes yang datang dari kebiasaan hidup, atau penyakit cacar yang identik menyerang anak-anak.
Bibit penyakit (agent) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.2 Bibit penyakit dibedakan menjadi 2 macam, yaitu benda biotis (benda hidup) dan benda abiotis (benda mati). Benda biotis biasanya menyebabkan penyakit-penyakit infeksi, sementara benda abiotis menyebabkan penyakit metabolisme seperti kanker dan diabetes. Benda yang tergolong biotis adalah bakteri, virus, jamur, ricketsia, protozoa, dan metazoa. Sementara itu benda yang tergolong abiotis adalah nutient agent (kelebihan atau kekurangan gizi), chemical agent (bahan-bahan dalam makanan), physical agent, dan mechanical agent (aktivitas manusia).
Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.2 Lingkungan yang dimaksud terdiri dari lingkungan fisik (berada disekitar manusia; cnth: kondisi udara, musim, cuaca), lingkungan biologi (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme), dan lingkungan non-fisik (akibat interaksi manusia; cnth: sosial-budaya, norma, kehidupan sosial).
Dibawah ini adalah gambaran konsep hubungan antara pejamu, lingkungan dan bibit penyakit dalam menciptakan kondisi sehat maupun kondisi sakit seseorang.
 
Gambar 1. Kondisi Sehat2


 
(1)                                                     (2)                                          (3)
Gambar 2. Kondisi Sakit2

Seseorang akan berada dalam kondisi sehat apabila antara pejamu (host), lingkungan (environment), bibit penyakit (agent) berada pada posisi yang imbang (lihat gambar 1). Faktor-faktor dalam pejamu memiliki kekuatan yang sama besar dalam mencegah bibit penyakit menyerang pejamu, didukung dengan kondisi lingkungan yang baik.
Dilain hal, seseorang akan dikatakan berada pada kondisi sakit apabila terjadi ketidakseimbangan antara host (H), agent (A), dan environment (L) (lihat gambar 2). Apabila bibit penyakit (A) meningkat, maka ada kemungkinan pejamu (H) terserang penyakit dan kemudian menjadi sakit (lihat gambar 2, bagian 1). Selain dikarenakan peningkatan bibit penyakit, pejamu dapat menjadi sakit apabila kekebalan tubuhnya menurun sehingga mudah diserang oleh bibit penyakit (lihat gambar 2, bagian 2). Apabila lingkungan mengalami perubahan, hal tersebut dapat juga menyebabkan pejamu menjadi sakit (lihat gambar 2, bagian 3).
2.3  Mekanisme Pertahanan Tubuh pada Pejamu
Mekanisme pertahanan tubuh pada pejamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mekanisme pertahanan tubuh umum dan mekanisme pertahanan tubuh khusus. Mekanisme pertahanan tubuh umum dibagi lagi menjadi dua yaitu first line defence (kulit, mukosa, bulu hidung) dan second line defence (tonsil, kelenjar getah bening, hepar, lien). Mekanisme pertahanan tubuh khusus juga dibedakan menjadi dua, yaitu cellular action (leucositosis, fagositosis) dan humora action  (innate immunity, acquired immunity, herd immunity). Pada pembahasaan kali ini akan lebih dikhususkan pada humora action.
2.3.1        Humoral Action: Innate Immunity (Ketahanan Tubuh Alamiah) 3
Ketahanan tubuh yang bersifat alamiah (innate immunity) berarti bahwa sejak seorang manusia lahir, di dalam tubuhnya telah dilengkapi dengan seperangkat sistem kekebalan tubuh yang sudah siap menghadapi suatu serangan. Ketahanan tubuh tersebut antara lain didapat dari kuliat, silia, selaput lendir, fagosit, dan Sel NK (Natural Killer cell: sel pembunuh alamiah, dsb).
2.3.2        Humoral Action: Acquired Immunity
Acquired immunity adalah kekebalan tubuh yang diperoleh baik dari perkembangan antibodi dalam menanggapi paparan antigen (cnth: dari vaksinasi, penyakit menular), atau dari transmisi aantibodi (cnth: dari ibu ke janin melalui plasenta). Selain itu, acquired immunity juga dapat diartikan sebagai segala bentuk kekebalan yang bukan berasal dari lahir dan diperoleh selama hidup.4 Bentuk kekebalan ini dapat diperoleh secara alami ataupun buatan, dan secara induksi aktif maupun pasif.
Pada imunitas aktif, tubuh membentuk antiobodinya sendiri melalui pemberian vaksin atau respons terhadap penyakit tertentu yang menginvasi tubuh. Sementara itu, imunitas pastif didapat melalui transfer transplasental imunitas ibu terhadap penyakit ke janinnya, selain itu juga dapat diperoleh dengan memasukkan antibodi yang sudah terbentuk ke dalam penderita yang rentan.5
Lebih khusus lagi, acquired immunity digolongkan dalam 4 macam perdasarkan sifat aktif-pasif dan alami-buatan. Pertama adalah kekebalan aktif-alami, yaitu kekebalan yang didapat setelah menderita suatu penyakit. Kedua adalah kekebalan aktif-buatan, yaitu kekebalan yang tercipta setelah diberi suntikan atau imunisasi. Dikatakan aktif karena tubuh nantinya akan membentuk antibodinya sendiri lewat injeksi yang didapat, dan dikatakan pasif karena kekebalan tersebut bersifat “diberikan” atau tidak alami. Ketiga adalah kekebalan pasif-alami, yaitu kekebalan yang didapat melalui transfer transplasental imunitas ibu terhadap penyakit ke janinnya. Terkahir adalah kekebalan pasif-buatan, yaitu kekebalan yang diperoleh setelah mendapatkan vaksinasi. Dikatakan pasif karena antibodi yang dimasukkan bersifat sudah “aktif”, dan dikatakan buatan karena sifatnya yang “diberikan” atau tidak alami.
2.3.3        Humoral Action: Herd Immunity (Imunitas Kelompok)6
Herd immunity atau imunitas kelompok didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa jika suatu kelompok dilindungi dengan ketat melalui imunisai, peluang munculnya epidemi besar dapat dikurangi. Imunitas kelompok juga dianggap sebagai resistensi (kemampuan menentang) yang dimiiki suatu kelompok terdapat invasi dan penyebaran penyakit. Jika tingkat imunitas kelompok tinggi, kemampuan orang yang rentan untuk berkontak dengan orang yang sakit akan sangat terbatas sehingga hampir di semua aspek, penularan penyakit dapat dihentikan.

3.      Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit
Dalam kesehatan masyarakat ada lima tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark. Kelima tingkat pencegahan tersebut antara lain adalah: peningkatan kesehatan (health promotion), perlindungan khusus (specific protection), diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability of limitation), dan pemulihan kesehatan (rehabilitation).2
Lebih spesifik lagi, kelima tingkatan pencegahan penyakit tersebut digolongkan kedalam tiga hal, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus merupakan pencegahan primer, sementara diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat serta pembatasan kecacatan adalah bagian dari pencegahan sekunder, dan pencegahan tersiernya adalah dan pemulihan kesehatan.
Pencegahan primer sasarannya adalah kelompok risiko tinggi (ibu hamil dan menyusi, perokok, obesitas, dan pkerja seks), dengan tujuan untuk menghindarkan mereka agar tidak jatuh sakit atau terkena penyakit. Pencegahan sekunder sasarannya adalah penderita penyakit kronis dengan tujuan untuk memberikan penderita kemampuan untuk mencegah penyakit bertambah parah. Sementara, pencegahan tersier sasarannya adalah kelompok pasien yang baru sembuh dengan tujuan agar penderita segera pulih dengan mengurangi keacacatan seminimal mungkin.7 Pencegahan primer masuk keadalam kategori fase pencegahan prepatogenesa (belum sakit), sementara pencegahan sekunder dan tersier masuk kedalam kategori fase pencegahan patogenesa (kondisi sakit).
3.1  Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Peningkatan kesehatan merupakan suatu tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit dengan menggunakan pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik. Peningkatan kesehatan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.8
Peningkatan kesehatan (health promotion) misalnya dapat dilakukan dalam bentuk: pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, serta pemeriksaan kesehatan periodik.5 Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, peningkatan kesehatan juga dapat berbentuk: melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, memberikan nutrisi yang sesuai dengan standar, dan meningkatkan kesehatan mental.2
3.2  Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Specific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya dengan melakukan serangkaian kegiatan imunisasi dan peningkatkan keterampilan remaja untuk menolak menggunakan narkoba.7 Selain kedua hal tersebut, perlindungan khusus juga dilakukan melalui upaya higiene personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment allergic, dan nutrisi khusus (nutrisi untuk ibu hamil dan bayi), dsb.1,2,5
3.3  Diagnosis Dini dan Pengobatan Cepat dan Tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Early diagnosis and prompt tratment ini ditujukan pada individu yang telah jatuh sakit. Tujuan utama dari diganosis dini dan pengobatan cepat dan tepat adalah untuk mencegah penyebaran penyakit menular, mengobati dan menghantikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.7 Hal-hal yang terkait dengan hal ini adalah diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pemberantasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.2 Diagnosis dini sangat penting untuk penyakit kanker dan penyakit-penyakit menular.
3.4  Pembatasan Kecacatan (Disability of Limitation)
Pada tahap ini, kecacatan yang terjadi diupayakan untik diatasi, agar tidak mengarah pada cacat yang lebih buruk.7 Misalnya adalah dengan penyempurnaan pengobatan lanjutan agar tidak menimbulkan komlikasi, pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan, serta perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan.2
3.5  Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
Untuk tahap rehabilitasi ini, upaya yang dapat dilakukan antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi, penempatan klien seseuai dengan keadaannya (selective place), terapi kerja, dan pembentukan kelompok paguyuban khusus bagi klien yang memiliki kondisi yang sama.1

4.      Puskesmas
4.1  Pengertian Puskesmas
Menurut World Health Organization, puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) dipakai untuk menjelaskan berbagai fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten. Puskesmas biasanya berfokus pada pasien rawat jalan, tetapi tetap mampu memberikan pelayanan pencegahan (preventif) da pelayanan pengobatan (kuartif).9
Selain definisi diatas, masih banyak definisi lain tentang puskesmas. Dalam sistem kesehatan nasional, puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Sementara itu, menurut Departemen Kesehatan RI (1990), puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pembangun kesehatan masyarakat; membina peran serta masyarakat; dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
4.2  Wilayah Kerja Puskesmas
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan infrastruktru lainnya ikut menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.  Sasaran penduduk yang akan dilayani di puskesmas adaah 30.000 jiwa.5 Ada kemungkinan bahwa jumlah penduduk yang ingin mendapatkan pelayanan lebih dari 30.000 jiwa. Apabila terjadi demikian, maka dapat dibentuk puskesmas pembantu dan untuk menjangkau masyarakat yang berada di wilayah sulit transportasi dapat dibentuk puskesmas keliling.
Puskesmas pembantu lebih dikenal dengan pustu atau pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas. Sasaran penduduknya antara 2.500 jiwa-10.000 jiwa. Sementara itu, puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau perahu bermotor dan alat kesehatan, alat komunikasi dan sejumlah tenaga puskesmas.5
4.3  Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Tujuan dari puskesmas adaah untuk mendukung tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. Adapun puskesmas memiliki 3 fungsi, yaitu: sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh serta terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.5
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat adalah dengan mengkaderisasi masyarakat. Dengan melakukan kaderisasi, diharapkan masyarakat dapat ikut serta membina dan berpartisipasi dalam upaya peningkatan kesehatan masyarkat. Posyandu merupakan salah satu bentuk pelatihan kader masyarakat. Di posyandu, masyarakat yang telah dikaderisasi akan melayani masyarakat, sementara puskesmas hanya membimbing saja.
4.4  Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Pada Rakernas ke III/1970, telah ditetapkan 6 usaha kesehatan pokok. Namun seiring dengan perkembangan di berbagai aspek kehidupan, maka usaha kesehatan pokok tersebut berkembang menjadi 18. Kemudian berdasarkan SK.Men Kes RI no.128/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, upaya pelayanan kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi dua, yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Pada pembahasan kali ini, kita akan lebih menekankan kepada upaya kesehatan wajib puskesmas.
Upaya kesehatan wajib puskesmas terdiri dari 6 unsur, yaitu: upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya KIA (termasuk KB), upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya P2M (pemberantasan penyakit menular), dan upaya pengobatan. Keenam hal diatas, merupakan hal-hal yang harus dilakukan oleh puskesmas, guna memenuhi tujuan dari puskesmas itu sendiri.
Pada makalah kali ini, akan lebih ditekankan kepada salah satu upaya kesehatan wajib puskesmas, yaitu: upaya kesehatan ibu dan anak (KIA). Dalam upaya kesehatan KIA, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti: pemeliharaan kesehatan ibu hamil-melahirkan-menyusui, memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk, imuniasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan bagi ibu-bayi, dsb.

5.      Posyandu 10
Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan profesional oleh petugas sektor, maupun non-profesional oleh kader. Posyandu sendiri dikembangkan dari pos pengembangan balita, pos imunisasi, pos KB, dan pos kesehatan. Adapun pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh posyantu meliputi: KB, KIA, gizi imunisasi, penanggulangan diare, dsb. Sasaran dari pelayanan posyandu adalah sebuah anggota masyarakkat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan pasangan usia subur.
Seperti telah disebutkan diatas, di posyandu terdapat pelayan kesehatan profesional dan non-profesional. Fungsi dari para perawat kesehatan profesional anataralain adalah: memberikan bimbingan teknis saat pelaksaaan penimbangan, membantu menyuluh, memberikan pelayanan imunisasi dan pengobatan sederhana, memberikan penyuluhan, merujuk pasien ke puskesmas, dan pelayanan kontrasepsi. Sementara peran kader yang merupakan masyarakat meliputi: mencatat pendaftaran, membantu menimbang, memberikan penyuluhan, mengirim masyarakat ke petugas kesehatan, menemukan penderita diare kemudian melakukan penyuluhan dan oralit, serta merujuk bayi yang belum diimunisasi agar dibawa ke posyandu.

6.      Imunisasi
6.1  Pengertian dan Tujuan Imunisasi11
Imunisasi merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Sedangkan vaksin sendiri diartikan sebagai bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan memlalui mulut (vaksin polio). Tujuan dari imunisasi ini tidak lain bertujuan untuk menciptakan kekebalan anak agar dapat menurunkan angka mortalitas serta mengurangi kecatatan akibat penyakit.
6.2  Sasaran Imunisasi
Yang perlu diimunisasi adalah orang-orang yang rentan terkena penyakit tertentu pada suatu saat karena profesinya, misalnya: ibu hamil, bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja, orang tua, manula, profesional (dokter, para medis), calon jemaah haji, dan orang-orang yang akan berpergiaan ke luar negeri.
6.3  Imunisasi Wajib (Imunisasi Dasar) dan Imunisasi Pelengkap
Di Indonesia, terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi dasar) dan imunisasi yang hanya dianjurkan atau hanya sebagai pelengkap saja. Biasanya imunisasi yang merupakan imunisasi pelangkap dapat digunakan untuk mencegah kejadian luar biasa (KLB) atau penyakit endemik dan hanya untuk kepentingan tertentu (berpergian).11
Imunisasi yang diwajibkan merupakan sebuah Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang wajib diberikan kepada bayi usia satu tahun ke bawah. Imunisasi yang diwajibkan adalah program yang resmi dari pemerintah terutama dari Departemen Kesehatan). Setiap anak dibawah usia 1 tahun, wajib memperoleh lima jenis imunisasi. Kelima jenis imunisasi ini disebut dengan LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap). Lima imunisasi dasar yang diwajibkan antara lain BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), dan campak.12
Sementara itu, imunisasi yang hanya dianjurkan (imunisasi pelengkap) merupakan program imunisasi non-PPI. Meskipun hanya sebagai pelengkap, sebenarnya jenis imunisasi ini juga sangat penting bagi anak. Karena bertujuan agar sistem kekebalan tubuh anak menjadi lebih baik lagi. Imunisasi pelengkap biasanya dilakukan oleh dokter praktik swasta yang biayanya relatif lebih mahal. Beberapa jenis imunisasi pelengkap adalah: Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman), dsb.12
6.4  LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap)
6.4.1        Jenis-Jenis LIL
Tabel 1. Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL)12
Jenis Imunisasi
Penyakit yang Berusaha Dicegah
Cara pemberian Vaksin
BCG (Bacille Calmette Guerin)
TBC (tuberkulosis), yaitu penyakit yang menyerang paru-paru, selaput otak, tulang, kelenjar getah bening, dan usus.
Disuntikkan
(biasanya dilengan atas)
Hepatitis B
Hepatitis B, yakni penyakit yang menyerang hati, dapat juga menyebabkan sirosis (hari mengkerut) dan kanker hati.
Disuntikkan
(biasnaya di daerah paha)
Polio
Polio, yaitu penyakit yang mengakibatkan kelumpuhan, baik lumpu satu kaki saja atau kedua kakinya.
Diteteskan di mulut
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Difteri adalah salah satu penyakakit yang disebabkan bakteri. Tetanus adalah penykit akibat bakteri yang masuk melalui luka kulit, dapat menyebabkan kontraksi hebat pada otot. Pertusis adalah batuk rejan atau batuk seratus hari.
Disuntikan
Campak
Campaak adalah penyakit yang menyebabkan kulit kemerahan dan demam.
Disuntikan
6.4.2       
Jadwal Pemberian LIL

Gambar 3. Jadwal Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 200611

Secara lebih lengkap, pemberian imunisasi BCG diberikan sejak lahir, dan apbila usia >3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. BCH baru dapat diberikan apabila uji tuberkulin negatif. Sementara imunisasi Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1bulan dan kemudian pada rentan waktu 3-6 bulan. Untuk polio diberikan pada saar kunjungan pertama dan secara berkala dilakukan pada 2,4,6, 18 bulan, lalu pada usia 5 tahun. Imunisasi DPT dapat diberikan pada usia >= 6 minggu, secara terpisah atau dikombinasi dengan Hepatitis B (Hepatitis-combo/DPT-HB). Untuk campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, sedangkan campak-2 diberikan pada usia 6 tahun.

7.      Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)
Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization (AEFI). Secara khusus KIPI dapat didefinisikan sebagai kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik karena efek aksin, efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, dsb. Walaupun saat ini reaksi KIPI dapat diminimalkan, tetap saja petugas imunisasi maupun dokter mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kemungkinan reaksi KIPI apa saja yang dapat terjadi.13 Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan reaksi KIPI terhadap beberapa jenis imunisasi:
Tabel 2. Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)11
Imunisasi
Efek Samping
DPT
Difteri: umumnya demam dalam 24-48 jam, sakit, kemerahan dan bengkak pada daerah injeksi, rewel, mengantuk, serta anoreksia.
Tetanus: sama seperti difteri ditambah urtikaria dan malaise, adanya benjolan pada daerah injeksi.
Pertusis: sama seperti tetanus, namun dapat terjadi kehilangan kesadaran, kejang demam, dan reaksi alergi sistemik.
Haemophilus influenzae tipe b
Reaksi lokal ringan seperti eritema, nyeri, dan demam ringan
Polio
Paralisis karena vaksinasi jarang terjadi dalam 2 bulan imunisasi
MMR
Mumps (gondong): secara esensial tidak ada efek samping.
Rubella (campak jerman): anoreksia, malaise, ruam, dan demam sampai 10 hari.
Meassles (campak): Anoreksia, malaise, ruam, dan demam sampai 10 hari

8.      Pembahasan Kasus
Kasus yang didapat pada PBL kali ini adalah: seorang bayi usia 4 bulan dibawa ke Puskesmas dengan keluhan agak demam setelah 1 hari sebelumnya mendapatkan imunisasi Hepatitis-combo (HB dan DPT). Anak agak rewel, mencret 2 kali dan sulit tidur, lengan bekas suntikan agak kemerahan dan bengkak. Dokter mengatakan bahwa itu normal dan menjelaskan tujuan dari pemberian imunisasi pada bayi.
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Dengan melakukan imunisasi, berarti kita telah melakukan pertahanan dengan memperbaiki mekanisme kekebalan tubuh. Imunisasi sendiri merupakan jenis mekanisme pertahanan tubuh aktif-buatan dan pasif-buatan.
Dari kasus tersebut, terlihat bahwa bayi telah mendapakan imunisasi dasar jenis Hepatitis B dan DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) yang digabungkan menjadi satu (Hepatitis-combo). Imunisasi adalah salah satu dari lima tingkat pencegahan penyakit yaitu specific protection. Adapun tujuan pemberian vaksin Hepatitis B, adalah untuk melindungi bayi dari kemungkinan penyakit Hepatits B yang menyerang hati, dan dapat menyebabkan sirosis (hari mengkerut) serta kanker hati. Sementara vaksin DPT bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus dan pertusis.
Setelah diberi imunisasi, ternyata bayi mengalami reaksi yang disebut dengan KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi). Ia mengalami gejala dari imunisasi yang diterimanya (HB-DPT) yaitu: demam dalam waktu 24 jam (satu hari setelah imunisasi), kemerahan dan bengkak pada daerah suntikan, dan rewel. Gejala lainnya seperti susah tidur biasanya dikarenakan demam yang ditimbulkan.
Ibu dari bayi tersebut membawa anaknya ke puskesmas untuk memeriksakan kondisi anaknya, dari sini terlihat bahwa mungkin belum ada penyuluhan yang dilakukan sebelum imunisasi kepada ibu berkaitan dengan KIPI. Atau mungkin saja telah dilakukan penyuluhan, namun tidak tersampaikan atau tidak dimengerti dengan baik. Penyuluhan yang termasuk dalam health promotion harus dilakukan dengan baik dan benar agar maksud dan tujuan yang diinginkan dapat tersampaikan.

Kesimpulan
Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Melalui visi tersebut dicanangkannyalah beberpa misi beserta beberapa program unggulan untuk mencapai visi. Salah satu program unggulan yang ada adalah imunisasi. Melalui konsep sehat-sakit yang ada, imunisasi adalah bentuk dari specific protection, sementara penyuluhan yang dilakukan sebelum imunisasi tergolong dalam health promotion.
Imunisasi sendiri merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tumbuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Sedangkan vaksin sendiri diartikan sebagai bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh. Tujuan dari imunisasi ini tidak lain bertujuan untuk menciptakan kekebalan anak agar dapat menurunkan angka mortalitas serta mengurangi kecatatan akibat penyakit. Imunisasi merupakan jenis mekanisme pertahanan tubuh aktif-buatan dan pasif-buatan.
Imunisasi yang ada di Indonesia terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi pelengkap. Lima imunisasi dasar yang diwajibkan antara lain BCG (Bacille Calmette Guerin), hepatitis B, polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), dan campak. Sementara itu, beberapa jenis imunisasi pelengkap adalah: Hib (Haemophilus influenzae type B), Penumokokus (PVC), Influenza, MMR (Measless/campak, Mumps/gondong, Rubella/campak jerman), dsb. Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Reaksi KIPI dapat berupa demam, sulit tidur, kejang, pembengkakan pada bekas suntikan, dsb.
Dari kasus yang didapat, bayi usia 4 bulan yang satu hari sebelumnya diimunisasi Hepatitis-combo (HB dan DPT) menderita demam, rewel, mencret 2 kali, sulit tidur, serta lengan bekas suntikan agak kemerahan dan bengkak. Dari beberapa sumber yang telah diperoleh, gejala-gejala yang timbul tersebut merupakan gejala KIPI dari imunisasi Hepatitis-combo yang telah dilakukan satu hari sebelumnya. Jadi dengan demikian, hipotesis yang telah disusun dapat dibenarkan.

Daftar Pustaka
1.      Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
2.      Rajab, Wahyudin. Buku ajar epodemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
3.      Sudiana, IK. Patobiologi molekuler kanker. Jakarta: Penerbit Salemba Madika; 2008.h.61-2.
4.      Acquired immunity. Diunduh dari http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/acquired+immunity, 21 November 2012.
5.      Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
6.      Timmreck TC. Epidemiologi: suatu pengantar. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.47.
7.      Maulana DJH. Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
8.      Kusnanto. Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.h.96.
9.      WHO. Pedoman praktis safe motherhood: perawatan ibu & bayi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.5.
10.  Suryanah. Keperawatan anak untuk siswa spk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.h.109-11.
11.  Hidayat, AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008.h.54-60.
12.  Eveline, Djamaludin N. Panduan pintar merawat bayi dan balita. Jakarta: KAWAHmedia; 2010.h.72-5.
13.  Cahyono JBSB, Lusi RA. Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K.
Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI); 2010.h.37.

0 comments:

Posting Komentar