Abstrak
Bukan hanya kulit yang
mengalami penuaan, otak manusia pun dapat mengalami penuaan. Salah satu tanda
penuaan yang terjadi pada otak adalah terjadinya penurunan daya ingat atau
pikun (demensia). Demensia atau pikun secara umum diartikan
sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan
otak (cortex). Terdapat berbagai
macam penyebab demensia (pikun),
diantaranya adalah: penyakit degeneratif (alzheimer,
demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit
serebrovaskular (stroke; kecelakaan serebrovaskular), trauma, penyakit menular,
hidrosefalus tekanan normal, tumor otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan
alkohol, gangguan metabolisme, ketidakseimbangan elektrolit, masalah tiroid,
dan kekurangan vitamin B12. Tetapi tidak perlu khawatir, ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mencegah demensia, antara
lain: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian
demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia. Selain hal-hal tersebut,
dapat dilakukan pencegahan diri (primary
prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya
pencegahan sekunder (secondary
prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.
Kata
Kunci: demensia (pikun), penyebab demensia, mencegah demensia
Abstract
Not
only skin that experience aging, the human brain can experience aging too. One
of the signs of aging that happen in brain is a memory decline or senile
(dementia). Senile or dementia is generally defined as an intellectual decline
because of the decreased function on the outside of the brain tissue (cortex).
There are various causes of senile (dementia), such as: degenerative deseases
(Alzheimer disease, Lewy body dementia, fronto-temporal dementia),
cerebrovascular disease (stroke; cerebrovascular accident), trauma, infectious
disease, normal pressure hydrocephalus, brain tumor, depression, autoimmune
disorders, alcoholism, metabolic disorders, electrolyte imbalance, thyroid
problems and vitamin B12 defiiency. Do not worry, there are several ways that
can be used to prevent dementia, such as: controlling the blood pressure,
treating diseases that aggravate the inidence of dementia and treat the
symptoms of mental disorders that may accompany dementia. Besides those things,
we could do self prevention (primary prevention) such as manage your diet, stop
smoking, etc, secondary prevention efforts (secondary prebention), and
constantly polish your memmory.
Keywords: dementia (senile), causes of dementia, prevent
dementia
Pendahuluan
Bukan hanya kulit yang mengalami
penuaan, otak manusia pun dapat mengalami penuaan. Bila kulit yang menua akan
tampak secara kasat mata, namun hal yang demikian tidak sama dengan otak. Kulit
yang mulai menua setidaknya dapat diperbaiki, akan tetapi otak yang telah menua
tidak dapat digantikan.1 Salah satu tanda penuaan yang terjadi pada
otak adalah terjadinya penurunan daya ingat atau pikun (demensia). Demensia atau pikun secara umum diartikan sebagai penurunan intelektual
karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex).2 Demensia
sendiri kebanyakan menyerang orang-orang pada rentan usia antara 40-90
tahun.3
Demensia bagaikan
mimpi buruk yang akan menyerang masa tua siapa saja. Untuk mendapatkan masa tua
yang terbebas dari demensia, ada baiknya untuk melakukan pencegahan sejak
sekarang. Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah: mengendalikan
tekanan darah, mengobati penyakit yang memperberat kejadian demensia dan
mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.2 Selain hal-hal tersebut,
dapat dilakukan pencegahan diri (primary
prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya
pencegahan sekunder (secondary
prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.4
Pembahasan
1. Tiga Tingkatan Lupa
Bentuk lupa terbagi atas tiga
tingkatan, yakni mudah lupa (forgetfulness),
amnesia, dan pikun (demensia). Mudah lupa, sering disebut sebagai
lupa yang wajar (benign forgetfulness),
terjadi jika simpanan memori jangka panjang dalam otak sulit diingat lagi saat
dibutuhkan atau mendadak lupa pada suatu hal, padahal sebelumnya ingatan
tersebut terasa sudah berada di dalam kepala. Amnesia adalah lupa akibat adanya
kerusakan pada sel-sel otak, misalnya akibat benturan di kepala. Sementara demensia atau biasa dikenal dengan pikun adalah
kondisi simana seseorang tidak hanya kehilangan daya ingat (memori), tapi juga
kehilangan kemampuan mengingat.4 Pada kesempatan kali ini, akan
lebih dibahas mengenai lupa jenis demensia
(pikun).
2. Pengertian dan Penyebab Demensia
(Pikun)
Pikun atau demensia secara harafiah berarti de (kehilangan) dan mensia (jiwa). Tetapi, secara lebih umum demensia diartikan sebagai penurunan intelektual
karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex).2 Penderita demensia mengalami kemunduran beberapa fungsi mental, seperti mengingat,
berbicara, berpikir, berprilaku, dan melakukan berbagai pekerjaan.4
Contohnya, ia tidak mampu lagi mengenal orang-orang yang selama ini dikenalnya,
tidak bisa memebedakan siang dan malam, tidak mengenal hari, bulan, dan juga
tahun.
Terdapat berbagai macam
kondisi yang mungkin dapat menyebabkan demensia (pikun), diantaranya adalah: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan
serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor
otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme,
ketidakseimbangan elektrolit, masalah tiroid, dan kekurangan vitamin B12.5
Penyakit alzheimer paling
menyebabkan demensia karena bertanggung
jawab terhadap 50%-90% kasus-kasus demensia yang dirujuk ke rumah sakit.
3. Cara-cara Mencegah Demensia (Pikun)
Kepikunan tidak terjadi
secara tiba-tiba. Sebelum menjadi pikun, seseorang akan melewati tahap-tahap
prapikun atau prademensia. Seseorang akan mengalami gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment, MCI) selama
bertahun-tahun. Pada tahap ini, seseorang masih sanggup melakukan kegiatan
sehari-hari, karena yang terganggu hanyalah proses mengingat dan ingatan
tentang waktu kejadian.4
Ada baiknya sebelum mencapai
tahap tersebut dan pada akhirnya berujung demensia, setiap orang melakukan
beberapa tindakan pencegahan. Tidakan pencegahan demensia itu antara lain: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit
yang memperberat kejadian demensia dan mengobati gejala gangguan jiwa yang
mungkin menyertai demensia.2 Selain
hal-hal tersebut, dapat dilakukan pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola makan, berhenti merokok, dsb),
melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary
prebention), dan senantiasa mengasah daya ingat.4
Mengendalikan naiknya tekanan
darah, biasanya digunakan untuk mencegah demensia akibat matinya di banyak daerah jaringan otak (multi infarct dementia). Pencegahan tekanan darah yang dimaksud
adalah pencegahan agar tekanan darah tidak tinggi (hypertensi), termasuk dalam hal ini mencegah kakunya dinding
pembuluh darah otak.5 Pencegahan demensia juga dapat dilakukan dengan mengobati penyakit-penyakit yang dapat
memicu demensia seperti penyakit alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal, penyakit serebrovaskular (stroke), kencing manis,
dan pengapuran pembuluh darah.
Melakukan terapi pencegahan
diri (primary prevention),
diantaranya dapat dilakukan dengan membenahi pola makan agar komposs gizinya
seimbang, behenti merokok, menjauhi minuman beralkohol, membiasakan diri
berolahraga secara teratur, menghindari stress dan cukup melakukan rekreasi.4
Mengatur pola makan yang paling sederhana adalah dengan mengawali hari
dengan minum jus. Sebuah studi mengemukakan, orang yang minum jus buah atau
sayuran paling sedikit 3 kali seminggu menurunkan risiko pengembangan alzheimer (salah satu penyebab demensia) sampai 75%.1 Mengapa?
Karena jus buat atau sayuran yang kaya akan polifenol dan antioksidan dapat
menjadi pelindung otak.
Berolahraga juga sangat
dianjurkan untuk mencegah demensia. Sejumlah riset yang dilakukan di AS dan
Jepang membuktikan bahwa orang yang malas berolahraga akan lebih cepat pikun!
Tim peneliti dari University of
California, memanfaatkan tikus-tikus percobaan yang telah diberi ransum
lema dan tinggi gula. Tikus-tikus tersebut akhirnya mengalami kemerosotan zat
penghantar saraf otak sehingga kesulitan mengingat kembali lorong-lorong jalan
yang pernah mereka lalu. Kemerosotan zat penghantar saraf ini dapat dikoreksi
melalui kegiatan fisik, karena setelah diolahragakan selama sebulan, mereka
dapat kembali normal. Hal yang seupa dilakukan juga di Jepang, dengan
membanding relawan yang rajin melakukan jogging
dengan yang tidak. Hasilnya, rewalan yang rajin melakukan jogging menunjukan hasil lebih baik
dalam hal belajar dan daya ingat.4
Salah satu upaya pencegahan
lainnya adalah dengan pencegahan sekunder (secondary
prevertion). Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melaksanakan
senam silang (tangan dan kaki digerakan menyilang secara bergantian), dengan
tujuan agar otak kiri dan kanan bekerja seimbang. Cara-cara lainnya adalah
dengan lebih aktif membaca, mengisi teka-teki silang, bermain catur, melibatkan
diri dalam kegiatan, sosial, maupun mempelajari hal-hal baru.4
Selalu mengasah daya ingat
juga dapat membantu mencegah demensia. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengasah daya ingat, diantaranya
adalah: sering mengamati kondisi sekeliling, melatih pancaindera, mengat
kembali nama-nama teman, mempelajari hal baru, belajar melukis maupun memainkan
alat musik, menekuni hobi, menghafalkan hal-hal yang disukai, memaknai
tanggal-tanggal penting, mempelajari buku pintar, dan meneliri ulang
pengeluaran sehari-hari. Diharapkan dengan melakukan pencegahan seperti yang
telah disebutan diatas, penyakit demensia
dapat dihindari agar masa tua menjadi lebih berarti.
Kesimpulan
Demensia diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi
bagian luar jaringan otak (cortex). Demensia
sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya: penyakit degeneratif (alzheimer, demensia tubuh Lewy, demensia fronto-temporal), penyakit serebrovaskular (stroke; kecelakaan
serebrovaskular), trauma, penyakit menular, hidrosefalus tekanan normal, tumor
otak, depresi, gangguan autoimun, kecanduan alkohol, gangguan metabolisme, dsb.
Biasanya demensia menyerang orang-orang yang telah
memasuki usia lanjut. Karena itu, masih ada kesempatan bagi orang-orang usia
muda untuk melakukan beberapa tindakan pencegahan. Pencegahan demensia ada
beragam, diantaranya: mengendalikan tekanan darah, mengobati penyakit yang
memperberat kejadian demensia, mengobati gejala gangguan jiwa yang mungkin
menyertai demensia, pencegahan diri (primary prevention) (membenahi pola
makan, berhenti merokok, dsb), melakukan upaya pencegahan sekunder (secondary prebention), dan senantiasa
mengasah daya ingat. Diharapkan dengan menerapkan hal-hal tersebut, penyakit demensia dapat dihindari sehingga tiap-tiap kita
dapat menikmati masa tua dengan kualitas otak yang masih baik.
Daftar
Pustaka
1.
Pangkalan
Ide. Seri tune up: gaya hidup
penghambat Alzheimer. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo; 2008.h.4.
2.
Yatim F.
Pikun (demensia), penyakit Alzheimer, dan sejenisnya: bagaimana
cara menghindarinya. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2003.
3.
Tapan E.
Kesehatan keluarga: penyakit degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo;
2005.
4.
Apriadji
WH, Siregar AH. Good mood food:
makanan sehat alami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2007.h.61-5.
5. Demensia
(pikun). Diunduh dari http://www.dinghealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/Dementia.aspx,
06 November 2012.
Demensia adalah termasuk penyakit penurunan fungsi luhur, yang lebih dikenal dengan istilah pikun. hal ini berbeda dengan "gila" atau "Schozophrenia" yang lebih menekankan aspek ketidakmampuan dalam menilai realitas. Artikel yang anda tulis sangat bermanfaat. Terima kasih, Semoga bisa menambah pengetahuan tentang Demensia
BalasHapusDemensia (dementia) atau pikun merupakan gangguan degenarasi otak. Terima kasih telah membagi informasi yang sebenarnya tentang Demensia.
BalasHapus